Bos OJK Yakin Sektor Keuangan RI Masih Stabil di Tengah Ancaman Gejolak Ekonomi Global
Terdapat 5 ancaman ekonomi global saat ini, di antaranya penurunan inflasi hingga suku bunga tinggi.
Terdapat 5 ancaman ekonomi global saat ini, di antaranya penurunan inflasi hingga suku bunga tinggi.
- Ekonomi Global Melemah Dipengaruhi Dinamika Negara-Negara Maju
- ASEAN Jadi Terbaik di Tengah Tantangan Ekonomi Global, PDB Indonesia Diprediksi Tumbuh 5,2 Persen
- Menko Airlangga Jadikan ASEAN Sebagai Mesin Pertumbuhan Ekonomi Global
- Di Pertemuan Gubernur dan Wali Kota se-ASEAN, Sektor Ekonomi Jadi Pembahasan Krusial
Bos OJK Yakin Sektor Keuangan RI Masih Stabil di Tengah Ancaman Gejolak Ekonomi Global
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menanggapi pernyataan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo yang menyebutkan ada 5 gejolak global yang dapat berdampak terhadap perekonomian Indonesia pada 2024-2025.
Diketahui, lima gejolak tersebut di antaranya, redupnya ekonomi global, penurunan inflasi yang lambat, tren suku bunga tinggi masih akan berlangsung lama, dolar AS masih kuat. Terakhir, larinya modal dalam jumlah besar dari negara emerging ke negara maju (cash is the king).
Merdeka.com
Menurutnya, 5 gejolak global tersebut beresiko dapat mempengaruhi perkembangan pertumbuhan ekonomi nasional, termasuk menganggu stabilitas sektor jasa keuangan dalam negeri.
"Dalam asesment kami memang 5 gejolak tadi merupakan faktor yang terus kami pantau resiko ke bawahnya atau down side risk nya, karena kita merasa bahwa hal-hal tadi merupakan perkembangan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global dan pada gilirannya risiko kepada pertumbuhan nasional kita," kata Mahendra dalam konferensi pers RDK Bulan November 2023, Senin (4/12/2023).
Kendati demikian, jika dilihat secara menyeluruh maupun masing-masing bidang, saat ini sektor jasa keuangan nasional terjaga stabil yang didukung dengan permodalan yang solid dan juga tingkat modalitas yang baik dalam menghadapi berbagai risiko ketidakpastian di masa yang akan datang.
Merdeka.com
"Sehingga kami optimis, bahwa sektor jasa keuangan kita mampu menyerap resiko tadi terkait guncangan-goncangan yang ada di tingkat global," ungkapnya.
Mahendra menjelaskan, dilihat dari kesiapan sektor jasa keuangannya, Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan nasional tingkat agregat CAR pada saat ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara lainnya, yang sebagian besar tidak mencapai 20 persen, sedangkan Indonesia CAR perbankan Indonesia per Oktober 2023 sebesar 27,48 persen.
Merdeka.com
"Itu jelas menunjang solidnya sektor jasa keuangan nasional kita, terutama di perbankan dan apalagi mengingat krisis perbankan di Amerika Serikat dan juga di Swiss pada awal tahun ini kelihatan betul bahwa sektor jasa keuangan kita khususnya perbankan akan tetap mampu memiliki daya tahan yang tinggi," pungkasnya.
Merdeka.com