Stabilkan Ekonomi, Kemendag Bidik Cuan dari Ekspor ke Asia Selatan dan Afrika
Pemerintah siapkan strategi ekspor produk ke negara lain.
Stabilkan Ekonomi, Kemendag Bidik Cuan dari Ekspor ke Asia Selatan dan Afrika
Stabilkan Ekonomi, Kemendag Bidik Cuan dari Ekspor ke Asia Selatan dan Afrika
Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat pergerakan ekonomi global masih mengalami ketidakpastian di tahun ini. Sehingga diperlukan strategi lain untuk menjaga kinerja perekonomian Indonesia. Salah satu yang dibidik Kemendag yakni pasar ekspor non tradisional Indonesia. Artinya, ada wilayah-wilayah baru yang bakal dioptimalkan sebagai tujuan ekspor.
Sekretaris Badan Kebijakan Perdagangan Kemendag, Hari Widodo menyebut 3 wilayah yang jadi target, yakni Afrika, Timur Tengah, dan Asia Selatan.
Pilihan ini menurutnya bakal diperkuat melihat adanya pelemahan pertumbuhan ekonomi di negara-negara barat.
Sumber: Liputan6.com
"Kemendag akan terus menggencarkan penetrasi ekspor ke pasar non tradisional seperti Asia Selatan, Afrika dan wilayah Timur Tengah,"
kata Hari dalam Diseminasi Hasil Analisis BKPerdag Tahun 2023, di Semarang, Jawa Tengah, Jumat (14/7).
Menurut catatannya, ekspor RI ke Afrika mencapai USD6,18 miliar pada 2022 lalu. Kemudian ekspor ke Timur Tengah bisa mencapai USD10,23 miliar. Sedangkan ekspor ke wilayah Asia Selatan tercatat sebesar USD32,01 miliar. Angka-angka ini diproyeksi terus meningkat. Mengingat adanya sejumlah potensi perdagangan antara Indonesia dengan tiga negara tersebut. Dia menuturkan kawasan Asia Selatan memiliki penduduk lebih dari 1,8 miliar jiwa dengan PDB USD4,43 triliun. Sementara Afrika dengan penduduk 1 miliar miliki PDB USD2,98 triliun. Sementara di Timur tengah PDB-nya mencapai USD4,97 triliun meskipun penduduknya sedikit."Timur Tengah yang meskipun jumlah pendudukannya sedikit namun memiliki PDB yang sangat besar USD 4,97 triliun," kata Hari.
Tantangan Ketidakpastian Global
Pada kesempatan yang sama, Hari menjelaskan ketidakpastian ekonomi global tercermin dari melemahnya proyeksi pertumbuhan ekonomi. Tahun ini, perekonomian dunia diperkirakan hanya sekitar 2,8 persen. Meski begitu, tingkat inflasi bisa diprediksi mengalami penurunan menjadi 7 persen dari sebelumnya 8,7 persen di 2022 lalu."Dalam kondisi global dan nasional yang dipenuhi berbagai tantangan, tugas menjaga dan meningkatkan kinerja perdagangan menjadi semakin kompleks," kata dia.
Untuk itu, Hari mengatakan masih ada beberapa tantangan yang perlu dihadapi Indonesia.
Mulai dari ancaman resesi dan stagflasi, inflasi hingga krisis pangan dan energi. Tak hanya itu, meningkatnya penggunaan trade restriction dan trade remedies di berbagai negara untuk menghadapi ancaman krisis.
"Kemudian meningkatnya itu multi dimensi, penurunan harga komoditas dunia dan terkait isu decarbonisation dan green trade," pungkasnya.
Sumber: Liputan6.com Reporter: Arief Rahman Hakim