BPS catat pertumbuhan ekonomi kuartal II 2018 capai 5,27 persen
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2018 sebesar 5,27 persen. Angka ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan periode sama tahun lalu hanya 5,01 persen. Angka ini juga lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2018 yang saat itu 5,06 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2018 sebesar 5,27 persen. Angka ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan periode sama tahun lalu hanya 5,01 persen.
"Pertumbuhan ini cukup bagus. Dan pendorong utamanya karena di triwulan II ini ada moment Ramadan dan Lebaran," kata Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Senin (6/8).
-
Kapan BPS dibentuk? Sejarah BPS dimulai pada tahun 1960, ketika Biro Pusat Statistik didirikan.
-
Apa yang menjadi catatan BPS tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Bagaimana BPS berperan dalam penyusunan kebijakan pemerintah? BPS memiliki peran yang sangat vital dalam memberikan data statistik yang akurat dan terpercaya. Serta dalam mendukung penyusunan kebijakan pemerintah, dan dalam menunjang kepentingan masyarakat umum.
-
Apa tugas utama dari BPS? Tugas BPS adalah melaksanakan tugas pemerintahan di bidang statistik sesuai peraturan perundang-undangan.
-
Apa yang dihapus dari BPJS? Kepala Humas BPJS Kesehatan Rizzky Anugerah menjawab pertanyaan publik terkait naiknya iuran ketika Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) berlaku.
Dia menjelaskan, selain lebih tinggi jika dibandingkan periode sama 2017, angka ini juga lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2018 yang saat itu 5,06 persen. "Memang ini cukup bagus, namun kalau di 2018 ditargetkan sebesar 5,4 persen, ini masih belum capai target," tambah dia.
Sebelumnya, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2018 diprediksi berada pada kisaran 5,15 persen. Angka ini lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2018 yang sebesar 5,06 persen.
Pengamat Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira, mengatakan salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi di kuartal II adalah pencairan tunjangan hari raya (THR) dan libur panjang Lebaran. Hal ini menjadi stimulus bagi konsumsi rumah tangga.
Konsumsi rumah tangga memang terbantu besarnya kenaikan THR dan libur panjang. Serapan belanja pemerintah, khususnya belanja pegawai, juga menstimulus ekonomi nasional. Meskipun tantangannya kelas menengah masih menahan belanja untuk antisipasi kenaikan harga BBM nonsubsidi dan pangan di semester II," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Senin (6/8).
Di sisi yang lain, kata Bhima, di kuartal II neraca perdagangan masih defisit karena pelemahan kurs dan proteksionisme global terjadi di April dan Mei. Hal ini menjadi tekanan bagi pertumbuhan ekspor.
Efeknya net ekspor lebih rendah dari kuartal I. Kemudian libur yang panjang juga menurunkan produksi sektor industri pengolahan. Logistik ikut terpengaruh karena prioritas fungsi tol dan pelabuhan untuk mudik," kata dia.
Sementara dari sisi investasi, karena bertepatan pemilihan kepala daerah (pilkada), pada kuartal II ini investor cenderung wait and see. "Realisasi investasi langsung secara seasonal baru tinggi di kuartal III dan IV. Itu pun sedikit terganggu oleh pelemahan kurs rupiah yang merubah rencana investasi jangka panjang," tandas dia.
Reporter: Ilyas Istianur Praditya
Sumber: Liputan6
Baca juga:
Pengusaha kapal RI kumpul di Menara UOB, ini yang dibahas
KSSK jamin stabilitas sistem keuangan terjaga
Cara pemerintah jaga pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global
Tertekan gejolak dunia, pertumbuhan RI 2018 diprediksi hanya 5,2 persen
Fintech dinilai jadi salah satu kunci UKM Indonesia naik kelas
Peran KPR Indonesia pada pertumbuhan ekonomi tertinggal dari Filipina hingga Thailand
Pemerintah diminta perkuat sektor jasa guna dukung pertumbuhan ekonomi