BPS sebut kemiskinan bisa timbulkan radikalisme
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menilai tingkat ketimpangan di Indonesia bisa mengakibatkan timbulnya radikalisme. Sebab, salah satu munculnya radikalisme adalah tingginya jumlah penduduk miskin di suatu negara. Dengan adanya ketimpangan tersebut, katanya, penduduk miskin di Indonesia merasa tersisihkan.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menilai tingkat ketimpangan di Indonesia bisa mengakibatkan timbulnya radikalisme. Sebab, salah satu munculnya radikalisme adalah tingginya jumlah penduduk miskin di suatu negara.
Seperti diketahui, radikalisme adalah suatu paham yang dibuat-buat oleh sekelompok orang yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik secara drastis dengan menggunakan cara-cara kekerasan.
-
Kapan BPS dibentuk? Sejarah BPS dimulai pada tahun 1960, ketika Biro Pusat Statistik didirikan.
-
Apa yang menjadi catatan BPS tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Bagaimana BPS berperan dalam penyusunan kebijakan pemerintah? BPS memiliki peran yang sangat vital dalam memberikan data statistik yang akurat dan terpercaya. Serta dalam mendukung penyusunan kebijakan pemerintah, dan dalam menunjang kepentingan masyarakat umum.
-
Apa tugas utama dari BPS? Tugas BPS adalah melaksanakan tugas pemerintahan di bidang statistik sesuai peraturan perundang-undangan.
-
Apa yang dimaksud dengan PBI BPJS? PBI BPJS merupakan bagian dari program pemerintah yang bertujuan untuk menanggung biaya iuran BPJS Kesehatan bagi individu atau kelompok yang memenuhi kriteria sebagai penerima bantuan.
"Ada enggak sih kaitannya? (Radikalisme dengan ketimpangan) Pasti ada. kalau bicara radikalisme, terorisme, kan hanya detilnya. Namun akarnya kan banyak sekali, salah satu faktornya adalah miskin atau timpang," ujar Suhariyanto di kantornya, Jakarta, Rabu (1/2).
Dengan adanya ketimpangan tersebut, katanya, penduduk miskin di Indonesia merasa tersisihkan dari negara. Akibatnya, mereka akan dengan mudah dipengaruhi oleh oknum-oknum yang menginginkan adanya perpecahan di Tanah Air.
"Mereka merasa bukan bagian dari negara ini, tersisihkan, dan tercerabut. Kalau itu terjadi, maka gampang dipengaruhi sehingga timbulkan radikalisme. Namun, itu bukan satu-satunya faktor ya," katanya.
Seperti diketahui, gini ratio di daerah perkotaan pada September 2016 sebesar 0,409, menurun tipis 0,001 poin dibanding Maret 2016 sebesar 0,410. Sedangkan dibanding September 2015, gini ratio ini menurun 0,010 poin dari sebelumnya sebesar 0,419.
Sementara itu, gini ratio di daerah pedesaan pada September 2016 sebesar 0,316, menurun 0,011 poin dibanding Maret 2016 sebesar 0,327. Angka ini juga menurun 0,013 poin dibanding September 2015 yang mencapai 0,329.
Baca juga:
Yogyakarta jadi provinsi dengan ketimpangan kaya-miskin tertinggi
Pemerintah diminta perbaiki mekanisme impor barang
Ini penyebab perbaikan gini ratio di Indonesia
September 2016, gini ratio RI turun tipis
BPS prediksi inflasi 2017 lebih tinggi karena banyak kenaikan harga
Dari cabai, rokok hingga pengurusan STNK sumbang inflasi Januari
Bos ADB puji kinerja Jokowi dan siapkan pinjaman USD 2 M untuk RI