Cerita Sukses Mantan Marbot Kini Dilantik Jadi Menteri
Kementerian ATR/BPN secara resmi memiliki dua pemimpin yang mengawali karier sebagai marbot masjid.
Momen unik terekam dalam kegiatan Serah Terima Jabatan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Nusron Wahid dari Menteri Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) pada Senin (21/10).
Menteri ATR Nusron Wahid mengaku dirinya pernah menjadi seorang marbot masjid. Menariknya, kisah ini sama seperti yang dialami mantan Menteri ATR, Sofyan A. Djalil.
- Gara-Gara Tempat Salat Jumat, Kades di OKU Timur Tusuk Marbot Masjid hingga Kritis
- Dua Menteri ATR/BPN Ternyata Jebolan Marbut, Ini Sosoknya Bikin Terkesima
- Berkah Mengabdi kepada Tamu Allah, Marbot di Semarang Ini Bisa Keliling Dunia
- Marbot Usia 95 Tahun Tinggal di Masjid Rumahnya Nyaris Ambruk, Curhat Sarung Buat Salat Rusak dan Robek
"Pak Sofyan, pendahulu kita semua, ini juga kebetulan saya sangat mengikuti jejak beliau dan hari ini ndilalah mengikuti jejak beliau lagi. Beliau datang dari Aceh kuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI) tidur di Masjid UI jadi marbot masjid, akhirnya jadi menteri,” kata Nusron Wahid di Kantor Kementerian ATR/BPN, Jakarta.
"Saya juga sama, datang dari Kudus, kuliah di UI, tinggal di masjid jadi marbot masjid juga sama. Kok ndilalah hari ini jadi Menteri ATR/Kepala BPN juga," lanjut Nusron Wahid.
Dengan demikian ia mengatakan, Kementerian ATR/BPN secara resmi memiliki dua pemimpin yang mengawali karier sebagai marbot masjid. Nusron Wahid kemudian menyebut Menteri ATR/Kepala BPN periode Juli 2016-Juni 2022 ini dengan julukan Serba Menteri.
“Menteri Komunikasi pernah, Menteri BUMN pernah, Menteri Bappenas pernah, Menteri ATR pernah,” pungkas Nusron Wahid.
Profil Menteri ATR/BPN Nusron Wahid
Nusron Wahid merupakan politikus kelahiran Kudus, 12 Juli 1973 ini merupakan lulusan Universitas Indonesia dengan menempuh pendidikan S1 Ilmu Budaya pada tahun 1993-1998. Ia kemudian melanjutkan pendidikan magister Ilmu Ekonomi di Institut Pertanian Bogor.
Saat masih kecil, meski tidak masuk pesantren, Nusron mendapat pendidikan agama yang cukup kuat. Hal tersebut dibuktikan dari sekolah yang dipilih Nusron sejak Sekolah Dasar (SD). Nusron kecil mengenyam pendidikan di MI Miftahutthalibin Mejobo Kudus dan melanjutkan ke MTS Qudsiyyah Kauman Menara Kudus kemudian bersekolah ke SMA NU Al-Ma'ruf Kudus sebelum menjadi mahasiswa UI.
Nusron merintis karier politiknya sejak bergabung dengan Partai Golongan Karya (Golkar) dan menjadi salah satu kader yang cukup dikenal publik.
Di kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar, Nusron pernah menjabat sebagai Koordinator Bidang Agama pada tahun 2004-2009. Nusron juga pernah menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) selama dua periode berturut-turut yaitu pada periode 2004-2009 dan 2009-2014.
Selama menjabat sebagai anggota DPR Komisi VI periode 2009-2014, Nusron juga mengemban tugas sebagai pengawas kebijakan yang berkaitan dengan koperasi Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), perindustrian, perdagangan, investasi dan standardisasi nasional.
Berkat hubungan harmonis antara NU dan Nusron serta rekam jejak dirinya yang aktif mengurusi perihal kebutuhan umat Islam. Muhaimin Iskandar atau lebih dikenal sebagai Cak Imin memberi kepercayaan kepada Nusron untuk memimpin Pansus Angket Haji DPR.