Cerita Warga Palestina: Rumah Dihancurkan Tentara, Barang dan Lahan Dijarah Warga Israel
Pemukim Israel melakukan penjarahan kepada rumah-rumah warga Palestina di Tepi Barat yang hancur luluh lanta oleh serangan militer Zionis.
Pemukim Israel melakukan penjarahan kepada rumah-rumah warga Palestina di Tepi Barat yang hancur luluh lanta oleh serangan militer Zionis.
Cerita Warga Palestina: Rumah Dihancurkan Tentara, Barang dan Lahan Dijarah Warga Israel
Rumah Dihancurkan Tentara, Barang dan Lahan Dijarah Warga Israel
Gencatan senjata antara milter Israel dengan kelompok Hamas diperpanjang dua hari.
Meski demikian, kondisi tersebut tidak menjadi jaminan warga Palestina terbebas dari segala kekerasan.
Mengutip Al Jazeera, pemukim Israel melakukan penjarahan kepada rumah-rumah warga Palestina di Tepi Barat yang hancur luluh lanta oleh serangan militer Zionis.
- Kesaksian Gadis Cilik Palestina Kembali ke Rumah Usai Dibom Israel, 'Semua Hancur Kecuali Alquran Ini'
- Potret Warga Palestina yang Ditahan Israel Bertahun-tahun Dibebaskan, Cintanya pada Hamas & Gaza Tak Terbendung
- Cerita Pejuang Palestina: Masjidil Aqsa Garis Merah, Tidak Boleh Disentuh Israel
- “Kami Tidak Akan Meninggalkan Rumah Sakit, Kecuali ke Surga”
Para petani Palestina di Tepi Barat yang hampir setiap hari menghadapi serangan dan kekerasan dari pemukim Israel, sudah berada pada titik hidup dalam ketakutan akan rumah dan tanah mereka dicuri.
Kekerasan yang dilakukan pemukim dan tentara Israel juga terjadi di kota-kota terdekat Tepi Barat, seperti kota Jenin dan kamp pengungsi.
Selama satu pekan, di lokasi tersebut, tentara Israel terus meningkatkan serangannya.
Akibatnya 10 orang terbunuh dan 20 orang terluka.
Seorang petani Palestina bernama Farmer Ayman Assad (45) bercerita dia dan keluarganya selalu mendengar dengan sangat jelas, serangan tentara dan pemukim Israel yang hanya berjarak 2 km dari kamp tempat mereka mengungsi saat ini.
"Kami bisa mendengar serangan-serangan dari kamp pengungsian, entah itu suara ledakan atau tembakan," kata Assad kepada Al Jazeera.
Semenjak perang antara Israel dan Hama pecah, anak Assad tak lagi bisa bersekolah karena gedung-gedung sekolah telah hancur.
Mereka juga tidak berani ke luar rumah karena banyak jalan yang diblokade tentara Israel.
Kekhawatiran terbesar Assad saat ini adalah nasib lahan peternakan ayam miliknya.
Jaraknya cukup jauh dari Area C Tepi Barat Gaza. Dia khawatir lahannya akan diserang pemukim Israel dan dirampas lantaran Assad saat ini tidak mampu mempertahankannya.
"Saya takut tanah saya akan dicuri," kata Assad.
Sebagaimana diketahui, Palestina terkenal dengan buah zaitun, minyak zaitun, dan sayurannya, yang diekspor ke berbagai negara.
Pohon zaitun, khususnya, merupakan simbol penting bagi warga Palestina terhadap tanah mereka.
Wilayah Tepi Barat telah diduduki Israel sejak tahun 1967. Sejak itu, sekitar 700.000 pemukim Israel menetap secara ilegal di wilayah Palestina.
Tak hanya itu, mereka juga mencuri, menyerang dan menghancurkan kebun zaitun, lahan pertanian dan properti di sana selama bertahun-tahun.
Direktur Persatuan Petani Palestina (PAFU), Abbas Milhem mengatakan serangan dari Israel terus meningkat beberapa pekan terakhir.
Tak hanya dilakukan militer, pemukim Israel juga turut serta menyerang Tanah Palestina.
"Serangan ini meningkat dalam beberapa pekan terakhir, ketika tentara Israel dan pemukim melakukan serangan bersenjata," kata Milhem di Ramallah.
Di sisi lain, warga Palestina dikurung di rumah mereka berdasarkan jam malam. Peternakan keluarga Milhem termasuk menjadi sasaran pencurian oleh pemukim Israel.
Lebih dari dua minggu yang lalu, pemukim Israel bersenjata menyerbu pertanian Milhem. Menembakkan senjata ke arah orang-orang yang bekerja di panen dan mencuri buah zaitun.
Salah satu pekerja di pertanian, Iman Abdallah Jawabri (45) sedang memanen buah zaitun bersama suaminya ketika lima pemukim datang. Dia mengaku gerombolan tersebut datang menakut-nakuti.
Mereka juga merampas telepon pekerja untuk mencegah mengambil foto atau video tindakan brutal. Para perempuan segera diusir dan laki-laki dipukulo.
"Mereka menyuruh semua perempuan untuk pergi dan mulai memukuli laki-laki, memaksa mereka duduk di tanah di bawah pohon zaitun," kata Jawabri.
"Kami (para perempuan) masih memandangi mereka dari jauh. Setelah itu, mereka mengambil semua buah zaitun kami dan memaksa kami pergi," sambungnya.
Peternakan tersebut sekarang berada di bawah kendali militer meskipun berada di Area B Tepi Barat. Tempat Otoritas Palestina secara teknis mengendalikan urusan sipil.
Keluarga Milhem dan para pekerjanya tidak dapat kembali. Mereka khawatir akan ditembaki jika kembali ke ladang.
"Para petani takut ditembak jika melakukannya,” kata Jawabri.
Dia juga mengkhawatirkan masa depan para keturunannya.
“Saya mempunyai beberapa cucu dan saya takut akan masa depan, tapi saya juga bersyukur kepada Tuhan atas apa yang kami miliki dan berdoa untuk masyarakat Gaza,” tambahnya.