Hampir 90 Persen Pekerja Korea Selatan Ingin Tetap Bekerja di Usia Senja
Pekerja khawatir di usia senja mengalami stabilitas keuangan jika tidak bekerja, sementara kenaikan usia pensiun menjadi ancaman bagi SDM muda.
Hampir 90 persen pekerja di Korea Selatan mendukung kebijakan batas usia kerja yang dinaikan. Ini disebabkan, populasi Korea Selatan didominasi oleh generasi lansia.
Dilansir dari The Korea Times, para pekerja ingin di usia mereka menuju senja, masih dapat bekerja dengan alasan kekhawatiran mengenai stabilitas finansial setelah pensiun.
- Menteri UMKM Pastikan Kenaikan PPN 12 Persen Bukan untuk Masyarakat Kelas Menengah ke Bawah
- Atasi Ancaman Siber & Judol, Langkah Tepat Kemenko Polkam Jaga Stabilitas Nasional
- Utang Turun, Peringkat Semen Indonesia Naik Menjadi idAAA Stabil
- Ternyata Ini Alasan Pekerja Paruh Waktu di Korea Selatan Merasa Senang Bekerja dengan AI
Menurut survei terbaru yang dilakukan oleh layanan jaringan bisnis Remember, 88,3 persen pekerja menyatakan persetujuan mereka untuk memperpanjang usia pensiun atau mengadopsi strategi mempekerjakan kembali.
Survei tersebut, yang mencakup tanggapan dari 514 karyawan di berbagai sektor seperti teknologi informasi, keuangan, manufaktur, layanan, dan ritel, mengungkapkan dukungan luas terhadap kebijakan yang akan memungkinkan pekerja untuk tetap bekerja setelah usia pensiun saat ini, yang biasanya ditetapkan pada usia 60 tahun.
Isu Stabilitas Keuangan
Survei yang dilakukan bekerja sama dengan organisasi jajak pendapat Southern Post ini dilaksanakan dari tanggal 7 November hingga 12 November.
Di antara responden, mayoritas, tanpa memandang usia, mendukung opsi pekerjaan yang berkelanjutan. Dukungan sangat kuat di kalangan pekerja berusia 40-an dan 50-an, dengan masing-masing 92,2 persen dan 90,2 persen mendukung perpanjangan usia pensiun dan opsi pekerjaan ulang.
Bahkan di antara responden berusia 60 tahun ke atas, semuanya mendukung kebijakan tersebut.
Alasan utama dukungan ini adalah karena kekhawatiran seputar isu stabilitas keuangan setelah pensiun.
Hampir sepertiga (33,7 persen) dari mereka yang mendukung menyebutkan "kekhawatiran tentang kehidupan setelah pensiun," sementara 30,8 persen percaya bahwa mereka masih memiliki kemampuan untuk terus bekerja.
Faktor lain yang mendorong dukungan termasuk penurunan berkelanjutan dalam populasi usia kerja (20,3 persen) dan meningkatnya usia pensiun (15 persen).
Ancaman Bagi SDM Muda
Di sisi lain, 9,1 persen responden menentang perpanjangan usia pensiun atau penerapan kebijakan ketenagakerjaan ulang, dengan kekhawatiran tentang berkurangnya produktivitas tenaga kerja sebagai alasan utama.
Hampir 49 persen penentang menyebutkan penurunan produktivitas, sementara 31,9 persen khawatir tentang berkurangnya kesempatan kerja bagi kaum muda.
Survei tersebut juga menanyakan kepada responden tentang seberapa besar pengurangan upah yang dapat diterima bagi pekerja yang lebih tua jika usia pensiun diperpanjang.
Separuh dari mereka yang disurvei (48,2 persen) setuju bahwa pengurangan upah akan diperlukan, dengan pengurangan yang paling umum dapat diterima berkisar antara 10 hingga 20 persen dari gaji mereka.
Sebagian kecil (21,8 persen) menyatakan bahwa mereka dapat menerima pengurangan hingga 30 persen, sementara 8,4 persen bersedia menerima pemotongan upah lebih dari 40 persen.
Namun, 12,1 persen responden menyatakan bahwa mereka tidak akan menerima pengurangan upah apa pun.