Harga Beras Mahal, Warga Lebak Terpaksa Beralih Makan Singkong
Warga Rangkasbitung mengaku memilih mengonsumsi singkong sebagai makanan alternatif saat harga beras meroket.
Warga Rangkasbitung mengaku memilih mengonsumsi singkong sebagai makanan alternatif saat harga beras meroket.
- Warga Jerman Rela Antre 10 Jam Demi Beli Makanan Ini, Menunggu di Toko Sejak Tengah Malam
- Harga Beras Melonjak, Begini Perjuangan Warga di Jateng Saling Berebut Beras Murah
- Tak Hanya Beras, Harga Kebutuhan Sehari-Hari Ikut Meroket Usai Pemilu
- Beras Langka dan Mahal, Ini 4 Makanan Pengganti Nasi yang Lebih Sehat dan Murah
Harga Beras Mahal, Warga Lebak Terpaksa Beralih Makan Singkong
Harga Beras Mahal, Warga Lebak Terpaksa Beralih Makan Singkong
Omzet pedagang singkong di Kabupaten Lebak, Banten melonjak hingga 2 kali lipat di tengah kenaikan harga beras.
Seorang pedagang singkong, Suhari (50) mengaku dalam sehari bisa mendapatkan omzet Rp5 juta dalam sehari.
"Pendapatan kami sekarang bisa Rp5 juta dari sebelumnya Rp2,5 juta/hari," kata Suhari seperti dikutip dari Antara, Kamis (7/3).
Suhari menjelaskan sejak harga beras melambung, penjualan singkong mengalami peningkatan.
Khususnya ketika harga beras medium naik menjadi Rp14.000 per kg.
Semula dalam sehari dia hanya menjual 500 kg. Kini naik menjadi 1 ton per hari. Meski begitu, harga jual singkong tetap Rp5.000 per kg.
Suhari mengatakan pembeli singkong kebanyakan masyarakat yang berpendapatan rendah.
Hal ini sebagai cara masyarakat mencari alternatif makanan pokok.
Kenaikan pendapatan juga diungkapkan pedagang singkong lainnya Sarman (45).
Biasanya dalam sehari dia hanya mampu menjual 300 kg dan membawa pulang uang Rp1,5 juta.
Namun sejak harga beras mahal, dia bisa menjual singkong 600 kg per hari dan mengantongi pendapatan Rp3 juta.
"Pendapatan itu naik hingga 100 persen dari sebelumnya Rp1,5 juta/hari," kata Sarman.
Titi (50) seorang ibu rumah tangga warga Komdik Rangkasbitung, Kabupaten Lebak mengaku memilih mengonsumsi singkong sebagai makanan alternatif saat harga beras meroket.
"Pagi dan siang hari kami mengonsumsi singkong yang kami olah menjadi getuk. Baru sore hari kami makan nasi," kata Titi.
Kepala Bidang Distribusi dan Sumber Daya Pangan, Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Lebak Benu Dwiyana membenarkan jika saat ini banyak masyarakat yang mengonsumsi singkong dampak kenaikan beras di pasaran.
Apalagi, masyarakat Kabupaten Lebak sudah mampu mengelola panganan singkong menjadi makanan yang lezat dan nikmat seperti menjadi bolu maupun roti dengan varian rasa.
"Kami hingga kini terus memberikan pelatihan kepada masyarakat agar mampu memproduksi singkong menjadi makanan yang memiliki varian panganan lokal dan bisa menggantikan beras sebagai makanan pokok," kata Benu.
Sebagai informasi saat ini banyak pedagang singkong dadakan di Kabupaten Lebak.
Selain berjualan di sejumlah pasar tradisional, mereka juga berjualan di tepi jalan dan keliling ke pemukiman.
Harga singkong yang dijual pun bervariasi, mulai dari Rp5.000-Rp7.000 per kg.