Harga Gabah Kering Naik 2,73 Persen
Gabah kering panen di tingkat petani naik 2,73 persen, sementara beras deflasi di tingkat grosir.
Gabah kering panen di tingkat petani naik 2,73 persen, sementara beras deflasi di tingkat grosir.
Harga Gabah Kering Naik 2,73 Persen
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani mengalami kenaikan sebesar 2,73 persen secara bulanan (month to month/mtm) atau secara tahunan naik 4,64 persen (year on year/yoy) .
Plt Kepala BPS, Amalia A Widyasanti mengatakan untuk gabah kering giling turun sebesar 4,06 persen secara (mtm) dan naik sebesar 8,40 persen secara (yoy).
Sementara itu untuk rata-rata harga beras di penggilingan pada bulan Mei 2024 turun sebesar 4,41 persen (mtm), namun naik sebesar 10,71 persen (yoy).
"Gabah kering panen di tingkat petani naik sebesar 2,73 persen secara mtm dan sebesar 4,64 persen secara yoy," kata Amalia dalam konferensi pers, Senin (3/6).
Amalia menuturkan untuk inflasi beras di tingkat grosir pada Mei 2024 deflasi sebesar 3,11 persen (mtm) dan terjadi inflasi sebesar 10,30 persen (yoy).
Sedangkan inflasi beras di tingkat eceran juga mengalami deflasi sebesar 3,59 persen (mtm) dan inflasi sebesar 11,75 persen (yoy).
Dia melanjutkan untuk harga tersebut merupakan rata-rata beras yang mencakup berbagai jenis dan kualitas di wilayah Indonesia.
"Perlu saya informasikan bahwa harga beras yang kami sampaikan merupakan rata-rata harga beras yang mencakup berbagai jenis kualitas beras dan juga mencakup seluruh wilayah di Indonesia," terang Amalia.
Sementara itu nilai tukar petani (NTP) pada Mei 2024 sebesar 116,71 atau turun 0,06 persen dibandingkan April 2024. Penurunan NTP terjadi karena indeks harga yang diterima petani turun sebesar 0,16 persen.
Hal ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani turun 0,16 persen lebih dalam dibandingkan dengan penurunan indeks harga yang dibayar petani yang sebesar 0,10 persen.
Komoditas yang dominan mempengaruhi penurunan indeks harga terima petani (it) nasional adalah kelapa sawit, gabah, jagung dan cabai rawit.
Sementara itu, peningkatan NTP tertinggi pada subsektor hortikultura naik sebesar 1,26 persen kenaikan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik sebesar 1,13 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani Mengalami penurunan sebesar 0,14 persen.
Sedangkan, penurunan NTP terdalam terjadi pada subsektor tanaman pangan yang turun sebesar 0,86 persen, penurunan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani turun sebesar 0,99 persen atau lebih dalam dibandingkan penurunan indeks harga bayar petani (ib) sebesar 0,13 persen.