Impor Melejit, Tanda Ekonomi RI Mulai Bangkit
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Indonesia pada Agustus 2021 mencapai USD 16,68 miliar. Angka tersebut secara tahunan naik sebesar 55,26 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Indonesia pada Agustus 2021 mencapai USD 16,68 miliar. Angka tersebut secara tahunan naik sebesar 55,26 persen.
Kepala BPS, Margo Yuwono menandakan, ekonomi Indonesia mulai bergeliat. Aktivitas industri perlahan bangkit sebab bahan barang impor mulai mengalir.
-
Apa yang di ekspor oleh Kementan? Wakil Presiden RI, KH Maruf Amin melepas ekspor komoditas pertanian ke 176 negara dengan nilai transaksi sebesar 12,45 triliun.
-
Kapan BPS dibentuk? Sejarah BPS dimulai pada tahun 1960, ketika Biro Pusat Statistik didirikan.
-
Bagaimana BPS berperan dalam penyusunan kebijakan pemerintah? BPS memiliki peran yang sangat vital dalam memberikan data statistik yang akurat dan terpercaya. Serta dalam mendukung penyusunan kebijakan pemerintah, dan dalam menunjang kepentingan masyarakat umum.
-
Bagaimana upaya Kementerian Pertanian untuk meningkatkan ekspor pertanian? Kementerian Pertanian selama ini telah berupaya untuk melakukan upaya - upaya peningkatan ekspor.
-
Bagaimana Kementan meningkatkan ekspor pertanian? Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mengatakan bahwa kegiatan ekspor pertanian akan terus ditingkatkan dengan mendorong pengembangan hilirisasi produk jadi sesuai arahan Wapres "Oleh karena itu kemajuan kita dalam ekspor harus lebih kuat. Kita tidak boleh kalah dengan negara lain. Dan ini suatu kebanggan Karena apa yang kita lakukan ini lahir dari sebuah proses dan kerja keras," jelasnya.
-
Apa yang dihapus dari BPJS? Kepala Humas BPJS Kesehatan Rizzky Anugerah menjawab pertanyaan publik terkait naiknya iuran ketika Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) berlaku.
"Kalau impor naik berarti menunjukkan kebutuhan industri makin bagus," kata Margo dalam konferensi secara online, Jakarta, Rabu (15/9).
Terkait dengan pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), Margo mengatakan, akan memberikan dorongan terhadap mobilitas. Terutama sektor industri tertentu.
"Kalau dikaitkan mobilitas penduduk makin bertambah, sektor industri bergeliat bisa dikaitkan. Itu menunjukkan geliat ekonomi makin bagus," jelas Margo.
Meski demikian masih perlu dikaji seberapa besar pengaruh pelonggaran PPKM terhadap kenaikan ekspor dan impor. "Ini tidak bisa dilihat langsung bahwa PPKM berpengaruh terhadap impor atau ekspor, jadi perlu dikaji," katanya.
Perekonomian Indonesia di 2022 Diprediksi akan Cemerlang
Ekonom UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja mengaku optimis bahwa perekonomian Indonesia di tahun 2022 akan lebih baik dan diharapkan bisa tumbuh di kisaran 5 persen atau lebih tinggi, sehingga bisa keluar dari keterpurukan di tahun 2020.
"Kami melihat bahwa tahun depan 2022 adalah tahunnya Indonesia, di mana kita diharapkan akan bertumbuh 5 persen atau lebih tinggi keluar dari keterpurukan tahun 2020. Di mana kita mengalami kontraksi dan berangsur-angsur pulih ke angka 3,5 persen di tahun 2021," kata Enrico dalam webinar UOB Economic Outlook 2022, Rabu (15/9).
Optimisme itu muncul, lantaran dia melihat inflasi di Indonesia terjaga di kisaran 2,4 persen pada tahun 2021 dan menuju 2,7 persen di tahun berikutnya. Sehingga ini memungkinkan untuk monetary Policy untuk lebih akomodatif.
Ditambah dengan sinergi kebijakan ekspansif fiskal dan restrukturisasi utang dari OJK memungkinkan pemulihan Ekonomi Indonesia untuk lebih menyeluruh dan berkesinambungan. Selain itu, dia optimis dengan meningkatnya program vaksinasi dan juga menurunnya infeksi covid-19, memungkinkan perekonomian Indonesia dibuka dengan lebih leluasa.
Kendati begitu, dia juga memprediksi dengan adanya normalisasi dari suku bunga The Fed, Bank Indonesia pun kemungkinan besar harus menaikkan suku bunga mereka. Selain itu, mutasi dari dari varian covid-19 yang baru memungkinkan nilai tukar rupiah Indonesia diprediksi ke arah yang lemah.
"Mungkin di paruh kedua tahun depan dan seiring dengan volatilitas yang masih ada ditambah dengan faktor resiko ada mutasi dari varian-varian baru, kemungkinan menyebabkan nilai tukar kita akan terus menuju kearah yang lebih lemah tapi masih terjaga dengan baik karena aliran dana asing pun kami rasa masih akan baik," ungkapnya.
Degan demikian, Enrico memprediksi nilai tukar rupiah berada dikisaran Rp 14.650 sampai Rp 14.850 untuk akhir tahun 2021. Namun, dengan berangsurnya kembali meningkatnya impor Indonesia seiring dengan pemulihan pertumbuhan ekonomi Indonesia dia menyebut gradual depreciation akan mencapai Rp 15.000 di tahun depan.
"Maka sangat mungkin bahwa gradual depreciation ini akan mencapai kisaran Rp 15 ribuan di tahun depan," imbuhnya.
Namun, dengan adanya reformasi yang sudah berlangsung pada saat ini yang seperti contohnya omnibus law dan juga undang undang Cipta kerja beserta dengan adanya Sovereign wealth fund, dia percaya net FDI atau investasi real di Indonesia ini akan masuk untuk menutup adanya current account defisit yang mungkin akan melebar secara perlahan namun pasti kedepannya.
"Konsep yang dinamakan basic balance ini akan semakin bertumbuh menjadi positif ini akan memberikan jangkar yang positif dan baik untuk stabilisasi nilai tukar dan bahkan Rupiah ke depannya pun diharapkan mampu untuk menguat," pungkasnya.
(mdk/bim)