Indonesia Bakal Utang Ratusan Triliun Rupiah untuk Transisi Energi, Minta Bunga di Bawah 5 Persen
Pemerintah tak ingin utang untuk transisi energi tersebut nantinya membebani generasi penerus bangsa.
Pihak JETP meminta agar Indonesia membatasi puncak emisi di pembangkit listrik tidak lebih dari 395 juta metrik ton CO2 pada 2030.
Indonesia Bakal Utang Ratusan Triliun Rupiah untuk Transisi Energi, Minta Bunga di Bawah 5 Persen
Indonesia Bakal Utang Ratusan Triliun Rupiah untuk Transisi Energi, Minta Bunga di Bawah 5 Persen
Indonesia tengah menanti pencairan dana Just Energy Transition Mechanism (JETP) senilai USD 20 miliar atau setara Rp300 triliun. Sebagian besar, dana ini dicairkan dalam bentuk pinjaman atau utang, dan sebagian kecil hibah untuk mendorong program transisi energi.
Dewan Energi Nasional (DEN) lantas meminta agar dana JETP yang dalam bentuk utang bisa dikenakan bunga di bawah 5 persen.
- 66 Tahun Pertamina Membangun Ketahanan Energi dan Ekonomi Indonesia
- Upaya Transisi Energi Ramah Lingkungan Pemerintah Dianggap Setengah Hati, Ini Buktinya
- Transisi Energi, Pemerintah Diminta Tak Lupakan Keadilan Sosial untuk Warga Terdampak
- Pertamina Patra Niaga Buat SPBU Ramah Lingkungan untuk Dukung Transisi Energi, Ini Keunggulannya
Anggota DEN, Satya Widya Yudha mengatakan, pihak JETP meminta agar Indonesia membatasi puncak emisi di pembangkit listrik tidak lebih dari 395 juta metrik ton CO2 pada 2030.
Di sisi lain, dalam Kebijakan Energi Nasional, DEN menetapkan target emisi dengan skenario rendah di level 463 juta metrik ton, dan skenario tinggi 621 juta metrik ton pada 2035.
merdeka.com
Dengan banyaknya syarat yang ditetapkan JETP, DEN lantas memohon agar JETP tidak mengenakan bunga komersil untuk porsi pinjamannya.
"Kalau bunga komersial dengan mensyaratkan bahwa tahun 2030 harus 395 juta ton, lantas JETP pilih jenis energi primer yang boleh dikembangkan hanya solar dan hidro. Banyak sekali batasan-batasan yang kita lihat atau review ulang apakah kita bisa menggunakan jalur ini," ungkapnya di Jakarta, Kamis (19/10).
"Masih ada gap, kebutuhannya. Kemarin JETP menganggarkan sekitar USD 20 miliar yang dikatakan available. Kalau kebutuhan yang ada lebih dari itu, maka kita harus kejar agar mampu mengisi gap apabila ini semua jadi kenyataan," sambung Satya.
Alhasil, Satya menilai Indonesia butuh pinjaman komersil atau utang yang lebih terukur dan tidak membebani pembiayaan jangka panjang, agar bisa mempercepat program transisi energi.
"Lain cerita kalau misalkan JETP akan mengatakan, kami memberikan interest yang bukan komersial dalam loan tersebut. Jadi bisa di bawah 5-6 persen atau lebih rendah dari itu," ungkapnya.
liputan6.com
Direktur Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Gigih Udi Atmo mengatakan, waktu pendanaan JETP ke Indonesia berjangka antara 3-5 tahun, dengan komitmen senilai USD 21,6 miliar.
Tapi, mayoritasnya merupakan utang jangka panjang. Gigih tak ingin utang untuk transisi energi tersebut nantinya membebani generasi penerus bangsa.
"Sebagian besar adalah loan. Loan konkretnya adalah pinjaman, atau bahasa lainnya adalah utang, utang yang long term loan. Itu nanti implikasinya adalah bisa jadi ini intergenerational loan," terang dia.
merdeka.com
"Utang ini harus bisa memberikan maksimal impact kepada Indonesia untuk develop atau akselerasi upaya dekarbonsiasi. Untuk yang paling penting adalah meningkatkan energy security, memastikan bahwa Indonesia mengurangi as much as possible ketergantungan terhadap sumber energi dari impor," tuturnya.