Indonesia Ekspor Ikan Tuna Hingga Paha Kodok ke Eropa, Nilainya Tembus Rp5,2 Triliun
Ekspor ikan Indonesia ke Uni Eropa didominasi oleh komoditas tuna, tongkol, dan cakalang dengan kontribusi sebesar 30,3 persen.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat nilai ekspor produk perikanan Indonesia ke Uni Eropa sebesar USD 335,27 juta, atau setara Rp5,24 triliun (kurs Rp 15.635 per USD) di 2023. Nilai ekspor disumbangkan oleh berbagai macam komoditas, mulai dari ikan tuna, udang, rumput laut, hingga paha kodok.
Kepala Badan Pengendalian dan Pengawasan Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan KKP, Ishartini mengatakan, ekspor ikan Indonesia ke Uni Eropa didominasi oleh komoditas tuna, tongkol, dan cakalang dengan kontribusi sebesar 30,3 persen.
"Ekspor kita ke sana, memang tuna-cakalang yang paling besar, 30 persen. Kemudian cumi-sotong-gurita, udang, rumput laut, paha kodok, dan kepiting. Ini lima komoditas utama yang masuk ke Uni Eropa dari Indonesia," jelasnya dalam sesi konferensi pers, Kamis (24/10).
Secara angka, nilai ekspor USD 335,27 juta pada 2023 mengalami penurunan 11,2 persen secara tahunan (year on year/YoY) dibanding tahun sebelumnya. Begitu pun secara volume ekspor sebesar 55,88 ribu ton, minus 5,6 persen (YoY).
Penurunan nilai ekspor ke Eropa juga dirasakan untuk beberapa kelompok komoditas. Semisal cumi-sotong-gurita, merosot 31,1 persen (YoY) menjadi USD 59,83 juta.
Kemudian udang yang turun 24 persen menjadi USD 43,98 juta. Lalu rumput laut yang anjlok 47,1 persen menjadi USD 27,24 juta, dan kepiting minus 22,5 persen menjadi USD 14,03 juta.
Di sisi lain, lonjakan nilai ekspor justru dialami komoditas tuna-cakalang, sebesar 15,7 persen (YoY) menjadi USD 101,42 juta. Begitu pun ekspor paha kodok yang naik 11,3 persen menjadi USD 14,61 juta.
Penyebab Turunkan Nilai Ekspor
Pemangkasan nilai ekspor ini terjadi lantaran angka impor Uni Eropa di 2023 pun merosot 2 persen secara tahunan, menjadi USD 36,15 miliar atau setara Rp 565,2 triliun.
"Pasar Uni Eropa di 2022 USD 36,88 nilai impornya, 2023 USD 36,15 miliar. Mereka pun turun 2 persen dari tahun sebelumnya. Tapi kalau pertumbuhan 5 tahun dia masih positif 3,6 persen (per tahun)," terang Ishartini.
Namun begitu, dia melihat porsi Indonesia untuk ekspor produk perikanan ke Uni Eropa memang masih lebih kecil dibanding negara lain.
"Kalau dilihat top supplier-nya siapa saja, masih paling atas adalah Norwegia. Kemudian China, Maroko, Ekuador, Great Brittain. Indonesia baru peringkat ke-20 produknya bisa masuk ke Uni Eropa, dengan pangsa masih 1 persen. Tentu ini yang harus kita genjot," jelasnya.
Secara produk, impor perikanan Uni Eropa didominasi oleh komoditas Trout Salmon (32,4 persen) yang memang tidak dimiliki oleh Indonesia.
"Tapi yang nomor dua kita lihat, ada udang, cumi-sotong-gurita, tuna-cakalang, ini kita punya. Sehingga tiga komoditas ini yang bisa kita tingkatkan volume dan nilainya masuk ke Uni Eropa," tegas Ishartini.