Indonesia impor singkong dari China dan Vietnam
Indonesia rencananya akan menghabiskan USD 1,64 juta untuk impor singkong tahun ini.
Sungguh ironis bila Indonesia yang di beberapa daerah masih kaya akan singkong, dan bahkan menjadikan singkong sebagai makanan pokok, malah mengimpor singkong dari luar negeri.
Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Viva Yoga Mauladi mengatakan selama bulan Apri-Mei 2012, Pemerintah Indonesia telah mengimpor singkong dari Vietnam sebanyak 1.342 ton dengan harga USD 340.000. Selain dari Vietnam, Indonesia juga mengimpor singkong dari China.
-
Di mana cecak diburu untuk ekspor? Mereka bisa ditangkap untuk dijadikan hewan peliharaan atau konsumsi, kata Dr Satyawan Pudyatmoko, direktur jenderal konservasi sumber daya alam dan ekosistem di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
-
Bagaimana cara warga kampung memproses cecak untuk ekspor? "Warga kampung membantu menangkap, mengumpulkan, memilah berdasarkan ukuran, mengeringkan dan akhirnya dikemas," kata Satyawan.
-
Apa yang membuat sepak bola menjadi mimpi yang diwujudkan? Sepak bola adalah mimpi yang dibuat nyata melalui kerja keras dan semangat.
-
Apa yang menjadi komoditi utama ekspor Kerajaan Demak? Ia menulis komoditi utama yang menjadi ekspor Kerajaan Demak adalah beras dan bahan-bahan makanan lainnya.
-
Ke mana tembakau dari Jember diekspor? Tembakau-tembakau dari Jember serta beberapa daerah lain di Hindia Belanda diekspor ke luar negeri.
-
Apa yang dimaksud dengan empon-empon? Empon-empon adalah istilah dalam bahasa Jawa yang merujuk pada akar dari berbagai jenis tanaman obat. Istilah ini juga biasanya digunakan untuk menyebut ramuan seduhan dari minuman hangat dengan bahan akar dan tanaman herbal.
“Kalau dari China sebanyak 5.057 ton dengan seharga USD 1,3 juta," kata Viva kepada wartawan di DPR, Jakarta, Selasa, (10/7).
Menurutnya, dengan masuknya impor singkong dari Vietnam dan China tersebut, menandakan bahwa pemerintah tidak mampu melindungi petani dalam negeri dan meningkatkan kesejahteraannya. Viva juga menjelaskan alokasi APBN untuk petani masih sangat kecil, setiap tahun rata-rata hanya 1,3 persen dari total APBN. Di tahun 2012 hanya Rp 17,8 triliun saja.
"Pemerintah tidak memiliki political will terhadap pembangunan pertanian," tegas Viva.
"Bandingkan dengan sektor pendidikan sebesar 20 persen dari APBN karena sesuai dengan amanah UUD 1945. Dengan dana sekecil itu bagaimana pemerintah akan merealisasikan program Swasembada Pangan 2014, yang meliputi beras, jagung, kedelai, daging, gula, dan garam?" tambahnya.
Politisi PAN ini berharap dalam setiap pembahasan anggaran, ada tambahan alokasi anggaran melalui sektor pertanian dalam APBN. Sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan Petani Indonesia.
Selain itu, Viva menilai belum ada langkah yang maksimal dalam memperbaiki infrastruktur pertanian dan jaringan irigasi. Pemerintah tidak menyediakan benih unggul dalam meningkatkan produksi. Akibatnya, petani masih kesulitan dan hasil produksinya menurun. "Bila rusak, maka produktivitas pertanian akan menurun," jelas Viva.
“Kurang adanya koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi antar kementrian dalam fokus pembangunan sektor pertanian. Saat ini masih overlapping, tidak efisien, dan salah sasaran," pungkasnya.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia tahun lalu telah memproduksi singkong sebesar 24 juta ton, naik tipis bila dibandingkan produksi 2010 yaitu 23,9 juta ton.
(mdk/rin)