Ini Tipe Kapal Pelni Relatif Aman dari Cuaca Buruk
Untuk kapal Pelni tipe 1000 memiliki panjang kapal 99 meter, tinggi haluan kapal 9,4 meter, dan bobot 1.450 ton, sedangkan kapal tipe 2000 memiliki kisaran panjang 146 meter, tinggi 10 meter, dan bobot 3.175 ton.
Manajer Komunikasi PT Pelni (Persero), Ditto Pappilanda menyatakan bahwa kapal Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) tipe 1.000-2.000 pax masih relatif aman dari cuaca buruk dengan karakter laut di Indonesia.
Untuk kapal Pelni tipe 1000 memiliki panjang kapal 99 meter, tinggi haluan kapal 9,4 meter, dan bobot 1.450 ton, sedangkan kapal tipe 2000 memiliki kisaran panjang 146 meter, tinggi 10 meter, dan bobot 3.175 ton.
-
Apa usia Bumi? Dilaporkan ScienceFocus, Jumat (7/7), faktanya Bumi telah berusia 4,54 miliar tahun.
-
Di mana Umbul Pelem berada? Lokasi tempat wisata ini berada di Desa Wunut, Kecamatan Tulung.
-
Apa arti Pemilu? Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, Pemilu atau Pemilihan Umum merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
-
Kapan Curug Bibijilan buka? Curug Bibijilan buka setiap hari mulai pukul 08.00 – 16.00 WIB.
-
Bagaimana Pecco Bagnaia meraih posisi pole? Pembalap dari Ducati Lenovo Team, Pecco Bagnaia, berhasil meraih posisi pole setelah mencatatkan waktu tercepat dalam sesi kualifikasi MotoGP San Marino 2024 yang berlangsung di Sirkuit Misano, Italia, pada hari Sabtu (7/9/2024).
-
Siapa penemu burjo? Ide jualan burjo pertama kali datang dari seorang pria asal Kuningan, Jawa Barat, yang dikenal dengan nama Salim.
"Dengan ukuran di atas, kapal Pelni masih relatif aman melewati ombak/gelombang laut sekitar 6 meter," kata dia kepada Antara di Jakarta, Kamis (29/12).
Meskipun demikian, pihaknya tetap akan memperhatikan maklumat pelayaran dari Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) selaku pihak yang mengeluarkan izin berlayar. Adapun sejumlah imbauan yang diberikan manajemen kepada kru kapal antara lain melakukan pengecekan terhadap segala kesiapan kapal sebelum berlayar.
Pengecekan ini mencakup kesiapan alat navigasi dan sistem permesinan berfungsi dengan baik, mengisi checklist kapal sebelum memulai pelayaran dan saat memasuki pelabuhan, kesiapan peta sesuai dengan koreksi Berita Pelaut Indonesia/BPI (Notice to Marine) terbaru, lalu mempelajari berita cuaca terbaru yang diterbitkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Kemudian juga memperhatikan draft dan menghitung stabilitas kapal (GM/Metacentris Height) dengan cermat pada waktu kapal akan berangkat, melakukan pemeriksaan terhadap semua cargo securing, alat-alat lashing dan safety equipment untuk keselamatan dan keamanan muatan kapal, juga melakukan pengawasan dan pengecekan pada lashing rantai jangkar, gripes wire pada sekoci penolong, dan lashing/banstrip pada Inflatable Liferaft.
"Selanjutnya, memanfaatkan fasilitas Pandu (prasarana pemanduan adalah tempat yang dilengkapi dengan fasilitas untuk memonitor gerakan kapal serta memberi dan menerima komunikasi) dan Tunda (aktivitas untuk mendorong dan menarik kapal, baik menuju maupun keluar dermaga). Serta, berkoordinasi dengan otoritas/pihak eksternal dan cabang PT. Pelni setempat," ujarnya.
Imbauan Selanjutnya
Imbauan berikutnya ialah pemeriksaan dan memastikan kelengkapan semua alat-alat keselamatan ready to use (siap pakai) dan dapat difungsikan sebagaimana mestinya, melaksanakan look out dan ronda keliling kapal setiap saat serta mengoptimalkan fungsi CCTV di atas kapal agar penumpang merasa aman saat berada di atas kapal.
Melaksanakan safety meeting dan security meeting sebelum melakukan pelayaran, serta memberikan arahan kepada ABK (Anak Buah Kapal) dalam menghadapi keadaan darurat dan cuaca buruk.
Dia juga mengimbau agar nakhoda dan Kepala Kamar Mesin (KKM) agar membuat dan melaksanakan night order di anjungan dan kamar mesin, lalu menerapkan good seaman ship (kecakapan pelaut yang baik.
Dalam berolah gerak kapal di alur pelabuhan maupun alur pelayaran sempit, diminta pula memperhitungkan kondisi arus, angin, keadaan di sekitar kapal serta menggunakan alat bantu navigasi semaksimal mungkin. Dengan itu, kapal yang berlayar dalam kecepatan aman sehingga dapat menghindari bahaya-bahaya navigasi yang akan timbul.
Ditto menekankan agar kru kapal mematuhi maklumat pelayaran yang dikeluarkan oleh otoritas setempat.
"Bilamana dalam pelayaran menghadapi cuaca buruk, nakhoda dapat menggunakan kewenangan lebih yang dimiliki (Master Overriding Authority) seperti melakukan shelter (berlindung ke tempat yang aman) dan tetap berkoordinasi dengan manajemen (DPA-QHSSE)," ungkapnya.
(mdk/idr)