Intip kondisi Amerika saat rupiah anjlok & pasar saham global ambruk
Ekonomi Amerika Serikat sangat baik.
Ekonomi global belakangan ini diselimuti awan mendung karena melemahnya pertumbuhan ekonomi China. Selain itu, kebijakan China mendevaluasi Yuan menghantam ekonomi banyak negara, termasuk Indonesia, Malaysia dan lain sebagainya. Nilai tukar Rupiah dan Ringgit keok melawan dolar Amerika (USD).
Tidak hanya itu, pasar saham juga bergerak liar belakangan ini. China misalnya, Shanghai Composite Index anjlok parah dan diikuti pelemahan Shenzen Composite Index. Bursa saham dalam negeri juga sempat turun beberapa waktu lalu.
-
Bagaimana kondisi ekonomi Indonesia di era Soekarno? Dalam buku berjudul 'Jakarta 1950-1970', seorang dokter bernama Firman Lubis mengutarakan kondisi ekonomi Indonesia saat itu amat kacau. "Inflasi melangit dan menyebabkan nilai rupiah merosot tajam dalam waktu yang relatif singkat. Sebagai gambaran, ongkos naik bus umum yang pada tahun 1962 masih Rp1 berubah menjadi Rp1000 pada tahun 65,"
-
Kenapa krisis moral menjadi masalah di Indonesia? Krisis moral tengah masif terjadi di tengah masyarakat. Apa yang menjadi penyebab dan bagaimana dampaknya?
-
Bagaimana responden menilai kondisi ekonomi nasional saat ini? Ini ditandai dengan 26,0 persen masyarakat yang menilai ekonomi nasional saat ini buruk. Angka ini seimbang dengan 26,0 persen masyarakat yang mengatakan ekonomi baik. Umumnya ekonomi nasional dinilai sedang, yakni sebesar 42,4 persen, akan tetapi lebih banyak yang menilai sangat buruk daripada yang sangat baik. Dengan persentase 3,5 persen sangat buruk. Lalu hanya 1,4 persen masyarakat yang menilai kondisi ekonomi nasional sangat baik.
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Kenapa penting untuk membuat anggaran yang ketat dalam menghadapi potensi krisis ekonomi? Mulailah dengan membuat anggaran yang sangat rinci untuk memantau pendapatan dan pengeluaran secara teratur. Identifikasi area di mana Anda dapat mengurangi biaya, seperti langganan yang tidak perlu atau pengeluaran makan di luar.
-
Apa saja contoh kerja sama di bidang ekonomi antara Indonesia dan Malaysia? Dalam bidang ekonomi, perdagangan, dan investasi, Malaysia merupakan partner perdagangan terbesar kedua Indonesia, dengan jumlah investasi ke-5 di tahun 2022 di ASEAN.
Banyak analis menyebut anjloknya pasar saham karena aksi jual para investor yang khawatir dengan kondisi ekonomi China. Namun, tidak satupun yang menyebut aksi jual terjadi karena kondisi ekonomi Amerika Serikat.
Lalu, bagaimana sebenarnya kondisi ekonomi Amerika Serikat saat ini?
Dilansir dari Business Insider, kondisi ekonomi Amerika Serikat saat ini amat baik. Angka pengangguran terus turun, pasar perumahan terus tumbuh. Kepercayaan konsumen Amerika sangat sehat dan PDB Negara Paman Sam masih terus tumbuh.
"Tidak ada tanda apapun atau penurunan besar dalam ekonomi AS. Volatilitas tidak mencerminkan kemerosotan ekonomi," ucap Paul Ashworth dari Capital Economics seperti dikutip dari Business Insider di Jakarta, Kamis (27/8).
Tidak hanya itu, Michael Gapen dan Rob Martin dari Barclays mengatakan pergerakan pasar saat ini tidak dipengaruhi ekonomi Amerika ataupun rencana The Fed menaikkan suku bunga.
"Kami terus memperhatikan kegiatan ekonomi Amerika Serikat dan rencana kenaikan suku bunga. Kami percaya, bank sentral Amerika tidak mungkin akan memulai suatu siklus yang menyulitkan ekonomi global karena takut langkah tersebut akan menggoyahkan pasar," ucap analis Barclays tersebut.
Selanjutnya, Jonathan Golub dari RBC Capital Markets juga menyoroti penurunan pasar saham bukan karena pelemahan ekonomi global maupun membaiknya Amerika. "Apa yang terjadi minggu lalu dan saham anjlok 6 persen karena tidak adanya katalis," katanya.
Menurut Jonathan, turunnya pasar saham beberapa waktu lalu karena capaian perusahaan pada kuartal II-2015 mengejutkan investor. Keuangan tidak mencapai target dan banyak yang beralasan ini terjadi karena kesulitan keuangan global.
"Akibatnya, berita difokuskan pada pasar keuangan global itu sendiri, bukan peristiwa yang mendasarinya (merosotnya kinerja perusahaan)," tutupnya.
(mdk/idr)