Jakarta kebanjiran, pengusaha makanan rugi Rp 200 M per hari
Pengusaha jamin tidak membebankan biaya produksi dan kerugian ke harga makanan dan minuman yang dijual ke konsumen.
Banjir besar yang mengepung Jakarta dan sekitarnya sejak sepekan terakhir membuat industri makanan dan minuman merugi. Tak tanggung-tanggung, potensi kerugian industri makanan dan minuman di Jakarta bisa menembus Rp 200 miliar per hari.
Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi Lukman menjelaskan, transaksi industri makanan dan minuman seluruh Indonesia mencapai Rp 700 triliun setahun. Dari total tersebut, 40 persen transaksi berada di Jakarta dan sekitarnya.
-
Di mana banjir terjadi di Jakarta? Data itu dihimpun hingga Jumat 15 Maret 2024 pada pukul 04:00 WIB. "Kenaikan status Bendung Katulampa dan Pos Pantau Depok menjadi Siaga 3 (Waspada) dari sore hingga malam hari serta menyebabkan genangan di wilayah DKI Jakarta," kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji dalam keterangan tertulis, Jumat (15/3).
-
Siapa yang menangani banjir di Jakarta? Dia menjelaskan, BPBD DKI Jakarta mengerahkan personel untuk memonitor kondisi genangan di setiap wilayah dan mengkoordinasikan unsur Dinas SDA, Dinas Bina Marga, Dinas Gulkarmat untuk melakukan penyedotan genangan dan memastikan tali-tali air berfungsi dengan baik bersama dengan para lurah dan camat setempat. "Genangan ditargetkan untuk surut dalam waktu cepat," ujar dia.
-
Kapan banjir pertama kali terjadi di Jakarta? Pada masa VOC sendiri telah dilakukan berbagai cara untuk menanggulangi banjir di Batavia (kini Jakarta). Gubernur Jenderal silih berganti mencoba berbagai upaya.
-
Di mana banjir Jakarta pada tahun 1960 terjadi? Mengutip dari buku Sejarah Kota Jakarta 1950-1980 karya Edi Setyawati dkk mengatakan, pada awal tahun 1960 terjadi banjir di Jakarta, setelah mengalami musim hujan yang hebat sehingga 7 kelurahan sangat menderita, terutama daerah Grogol dan sekitarnya.
-
Siapa saja yang terdampak oleh banjir? Dampak banjir sangat luas dan kompleks, melibatkan aspek kesehatan, ekonomi, dan lingkungan. Banjir sering kali menyebabkan penyakit yang disebarkan melalui air, seperti kolera dan leptospirosis, yang dapat menyebar dengan cepat di antara populasi yang terdampak. Dari sisi ekonomi, banjir dapat menghancurkan tanaman pangan, merusak infrastruktur, dan menghentikan aktivitas bisnis, mengakibatkan kerugian finansial yang signifikan.
-
Di mana banjir di Cirebon timur terjadi? Banjir di wilayah Cirebon timur ini kemudian viral di media sosial pada Rabu (6/3). Dalam video yang beredar terlihat sejumlah karyawan kesulitan mengevakuasi kendaraan roda dua miliknya yang terparkir di area pabrik.
"Jabodetabek itu 40 persen berarti Rp 200 triliun. Kalau kita bagi satu hari berarti bagi 365 hari Rp 800 miliar sehari pasar Jabodetabek. Karena banjir saya perkirakan potensi kerugian 25 persen karena dampak banjir, banjir total ngirim produk jalur terputus. Jadi kerugian Rp 200 miliar sehari," ucap Adhi dalam konferensi pers di Kantor Kadin, Jakarta, Selasa (21/1).
Adhi menyebut, potensi kerugian tersebut kemungkinan makin semakin besar karena ada dampak lain di produksi. Beberapa pabrik ada yang tutup karena banjir serta ada pabrik yang tidak beroperasi karena listrik mati.
"Rp 200 miliar per hari itu potensi kerugian kalau kita biarkan terus. Pemerintah harus memikirkan ini. Belum kita hitung industri berhenti karena banjir dan listrik mati karena PLN. Listrik mati buruh tetap bekerja dan biaya overhead cost harus tetap dibayar itu kerugian," tambahnya.
Walau merugi, Adhi memastikan pengusaha tidak akan membebankan biaya produksi atau potensi kerugian ini ke harga makanan dan minuman yang dijual ke konsumen. Adhi menjamin tidak akan ada kenaikan harga makanan dan minuman karena bencana banjir ini.
"Ini tidak sengaja, kita tidak membebankan biaya ini kenaikan harga. Kenaikan harga karena banjir tidak ada. Biaya distribusi meningkat," tutupnya.
(mdk/noe)