Jepang beri pinjaman Rp 14,2 triliun bangun Pelabuhan Patimban tahap 1
Pemerintah Indonesia dan Jepang resmi menandatangani pinjaman proyek Pelabuhan Patimban tahap 1 senilai 118,9 miliar yen atau setara Rp 14,2 triliun melalui Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA). Dalam perjanjian ini, konstruksi akan dimulai pada Januari 2018.
Pemerintah Indonesia dan Jepang resmi menandatangani pinjaman proyek Pelabuhan Patimban tahap 1 senilai 118,9 miliar yen atau setara Rp 14,2 triliun melalui Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA).
Wakil Duta Besar Jepang untuk Indonesia Kozo Honsei menjelaskan seiring dengan ditandatanganinya perjanjian pinjaman tersebut, financial closing akan dikebut dan kontraktor akan segera ditentukan untuk mengejar konstruksi yang dimulai pada Januari 2018.
-
Bagaimana Pertamina membangun infrastruktur hijau? Langkah konkrit perseroan dalam pengembangan infrastruktur hijau, lanjut Fadjar tidak hanya dilakukan dalam Pertamina Group, tetapi juga bersama BUMN yang tergabung dalam Indonesia Battery Corporation (IBC) dalam pengembangan pabrik baterai kendaraan listrik (EV).
-
Gimana konstruksi jembatan Panyindangan dibangun? Melansir dari laman Pemkab Sumedang, jembatan ini menggunakan teknologi “judesa” untuk memperkokoh strukturnya. Judesa memiliki desain khas berupa sistem lantai, batang yang menggantung serta kabel baja sebagai pengikatnya.
-
Siapa saja yang terlibat dalam pembangunan Jembatan Akashi Kaikyo? Proyek pembangunannya memakan waktu hampir 10 tahun dan melibatkan ribuan insinyur serta pekerja konstruksi.
-
Apa saja contoh infrastruktur yang dibangun oleh Kementerian PUPR? Kementerian PUPR diamanahi 125 PSN yang harus dikerjakan, yang terdiri dari 51 ruas jalan tol dan jembatan, 56 bendungan dan irigasi, 13 proyek sektor air dan sanitasi, 2 proyek perumahan, 1 proyek tanggul pantai, 1 proyek pembangunan Indonesia Internasional Islamic university dan 1 proyek kawasan industri batang.
-
Kapan Jembatan Shijo-ohashi dibangun? Jembatan Shijo-ohashi yang berada di atasnya dibangun pada tahun 1142. Strukturnya yang sekarang terbuat dari baja dan dibuat pada tahun 1942.
-
Bagaimana cara Jepang membangun terowongan di Bukittinggi? Sistem Kerja Paksa Selama proses membangun terowongan tersebut, telah menyisakan luka mendalam bagi warga pribumi. Karena ditempat inilah mereka menggunakan sistem kerja paksa atau Romusha yang membuat kondisi warga pribumi begitu tersiksa.
"Dari awal Pemerintah Indonesia meminta kepada Pemerintah Jepang untuk menggunakan teknologi Jepang dan membangun secepat mungkin," katanya seperti dikutip Antara, Senin (13/11).
Dia mengatakan untuk pengoperasian Terminal Kendaraan pada ditargetkan rampung Maret 2019 (soft opening), sementara itu untuk pengoperasian keseluruhan Tahap 1 ditargetkan selesai 2023.
Terkait kontraktor proyek, Kozo mengatakan sudah dilakukan tender baik itu untuk perusahaan Jepang maupun perusahaan dari Indonesia. Sementara terkait operator, pihak Jepang dan Indonesia juga sudah sepakat akan menentukan operator pada tahun ini.
"Mengenai hal ini, pada pertemuan bilateral Januari tahun ini sepakat pada pertemuan sepakat mengupayakan sebisa mungkin proyek ini diusahakan bersama. Operator akan dipilih kalau bisa tahun ini, sekarang akan buat rencana pengoperasian, berusaha menyiapkan dokumen tender biar mencapai target soft opening," imbuhnya.
Kozo menuturkan saat ini pihaknya tengah bernegosiasi dengan pihak Indonesia terkait operator Pelabuhan Patimban. Dia berharap banyak swasta nasional yang terlibat sebagaimana permintaan pihak Jepang untuk mengurangi porsi perusahaan atau badan milik pemerintah, seperti Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Perhubungan.
Perwakilan Senior JICA di Indonesia Kawabata Tomoyuki mengatakan total kebutuhan Proyek Pelabuhan Patimban Tahap 1 adalah 144 miliar yen atau sekitar Rp17,2 triliun.
Namun, Kawabata menjelaskan nilai tersebut termasuk akses jalan, listrik dan pajak yang akan dibiayai Pemerintah Indonesia. "Tahap 1 ini ada dua tahap, pembangunan akses jalan termasuk dalam Tahap 1 ini," jelas Kawabata.
Pembangunan Pelabuhan Patimban terbagi menjadi tiga tahap, khusus untuk tahap pertama terbagi lagi ke dalam dua fase.
Tahap pertama fase 1 Pelabuhan Patimban akan memiliki terminal kendaraan dengan dermaga sepanjang 300 meter serta terminal peti kemas 420x35 meter dari total panjang dermaga keseluruhan tahap 1, 2 dan 3 sepanjang 4.320 meter, serta kedalaman perairan -10 m LWS. Sedangkan lapangan peti kemas memiliki luas 35 hektar dengan kapasitas 250.000 TEUs dari total kapasitas Tahap 1 sebesar 3,75 TEUs.
Selanjutnya, di tahap pertama fase kedua nantinya terminal kendaraan menjadi 690 m sedangkan terminal peti kemas diperpanjang dan diperluas menjadi 1.740x35 meter dari total panjang dermaga keseluruhan 4.320 meter, dengan kedalaman -14 m LWS. Sedangkan lapangan peti kemas ditambah seluas 66 hektar dengan kapasitas 3,5 juta TEUs dari total kapasitas 3,75 TEUs utk Tahap 1.
Baca juga:
Kerja sama proyek transportasi dengan asing bukan berarti dijual
Menteri Basuki berenang di kolam Rp 274 M, cek kualitas renovasi Stadion Renang GBK
Korsel tertarik investasi di proyek infrastruktur seperti kereta Trans Sulawesi
Menhub Budi duga masih ada monopoli dalam program Tol laut
Perusahaan Korea biayai pembangunan LRT Jakarta Rp 6,7 triliun
Diberlakukan awal tahun, Tarif Tol Palindra seksi I dipatok hingga Rp 17.500
Kontribusi infrastruktur ke pertumbuhan RI masih kalah dari India dan Afsel