Jerit Ibu Tulang Punggung Keluarga saat Harga Beras Terus Melambung
Beras yang dibeli Risma pagi itu untuk 4 orang ditambah satu bayi berumur 7 bulan. Harga beras yang melambung tinggi membuatnya memutar otak agar cadangan beras cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Risma Nuri (45) terpaksa berutang Rp1.000 demi mendapatkan 2 liter beras yang dia beli di warung dekat rumahnya, Kota Bekasi. Uang jatah membeli beras dari sang anak baru akan diterima sore hari.
"Buat pagi ini saja, beli yang Rp10.500 per liter," ucap Risma saat ditemui merdeka.com di Pasar Cikunir, Kota Bekasi, Jumat (23/12).
-
Kenapa harga beras di Jawa Tengah naik? Kenaikan ini dinilai signifikan dengan kondisi kemarau panjang yang sedang melanda berbagai daerah di Jawa Tengah.
-
Mengapa harga beras di Jakarta naik? Harga beras kualitas premium mengalami kenaikan menjadi Rp16.700 per kilogram dari kemarin Rp16.570.
-
Kenapa harga sembako di Pasar Belakang Kodim Brebes naik? Kenaikan harga ini diduga karena tingginya permintaan menjelang Natal dan tahun baru.
-
Bagaimana kondisi harga beras di pasaran saat ini? Harga beras di pasaran masih di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
-
Kapan harga ayam potong mulai naik? Menurut salah seorang pedagang di sana, harga ayam potong mengalami kenaikan hingga Rp8 ribu per kilogramnya. Sebelum berada di angka Rp40 ribu, ayam potong masih stabil di Rp32 ribu per kilogram. "Sebelumnya harga ayam potong Rp32 ribu per kilogram (kg), namun saat ini mencapai Rp40 ribu per kilogram," kata salah seorang pedang, Yayan, mengutip ANTARA.
-
Kapan harga gula di Boyolali naik? Memasuki akhir November, harga sejumlah kebutuhan pokok melambung tinggi.
Beras yang dibeli Risma pagi itu untuk 4 orang ditambah satu bayi berumur 7 bulan. Harga beras yang melambung tinggi membuatnya memutar otak agar cadangan beras cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Risna memiliki tiga anak perempuan, anak sulung telah menikah dan memiliki anak usia 7 bulan, anak kedua bekerja sebagai pegawai swasta dengan gaji Upah Minimum Regional (UMR), dan anak bungsu masih bersekolah jenjang SMK swasta.
Dalam sehari, Risna memasak beras sekitar dua gelas. Jika dikalkulasi selama satu bulan, beras yang dibutuhkan keluarga Risna sekitar 10 Kg bahkan lebih. Untuk membeli 10 Kg beras saat ini, dia harus merogoh uang sekitar Rp120.000 sampai Rp130.000 tergantung kualitas beras.
"Beli yang Rp9.000 sudah jelek banget, kadang nanti enggak kemakan sayang kalau kebuang," kata dia.
Dihimpit dengan kenaikan harga beras, Risna tetap membeli beras dengan harga eceran Rp10.500 - Rp11.000 per liter. Beruntung, keluarga Risna terdaftar sebagai penerima Program Keluarga Harapan (PHK).
Di lokasi yang sama, Suhendra, pedagang beras pun sedikit dilema dengan harga beras yang akan dia jual. Harga terendah di lapaknya yaitu Rp9.000 per liter.
"Sudah enggak berani jual yang Rp7.000 kualitasnya buruk sekali, yang cari (beras Rp7.000) biasanya untuk burung atau anjing," ucap Suhendra.
Suhendra membeli beras dari Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur. Asal beras tersebut dari Solo, Jawa Tengah. Dia menambahkan, kenaikan harga beras bahkan terjadi setiap hari. Dari kenaikan Rp1.000 menjadi Rp2.000, Rp3.000 dan seterusnya. "Bisa Rp100.000 naiknya selama sebulan ini," kata Suhendra.
Meski terus melambung tinggi, penjualan beras tetap tidak berubah. Hanya saja pembeli memilih kualitas lebih ekonomis dibanding sebelumnya.
Harga Beras Indonesia Paling Mahal di ASEAN
Sementara itu, Bank Dunia menyebut harga beras yang menjadi makanan pokok di Indonesia sangat mahal. Bahkan harganya lebih tinggi dari negara-negara di ASEAN seperti Filipina, Vietnam, Kamboja, Myanmar dan Thailand.
"Harga eceran beras Indonesia secara konsisten menjadi yang tertinggi di ASEAN selama dekade terakhir 28 persen lebih tinggi dari harga di Filipina dan dua kali lipat harga di Vietnam, Kamboja, Myanmar dan Thailand," tulis Laporan Proyeksi Ekonomi Indonesia Bank Dunia Edisi Desember 2022, dikutip Senin (19/12).
Bank Dunia menilai tingginya harga beras ini karena adanya kebijakan harga pasar bagi produsen di bidang pertanian. Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk menaikkan harga domestik untuk produk pertanian pangan.
Buah dari kebijakan tersebut meliputi kebijakan pembatasan perdagangan melalui tarif impor, monopoli impor beras lewat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk sejumlah komoditas utama dan tindakan non tarif kainnya. Pemerintah juga membatasi harga pembelian minimum di tingkat petani, semisal dalam pembelian beras.
Tingginya harga beras di Indonesia juga disebabkan kurangnya investasi jangka panjang dalam RnD pertanian, layanan penyuluhan dan pengembangan sumber daya manusia pertanian. Hal ini tentu menjadi faktor penghambat peningkatan produktivitas.
Maka, Bank Dunia menyarankan agar Indonesia meningkatkan produktivitas dan mengurangi hambatan impor produk pertanian. Kebijakan ini bisa mendorong diversifikasi pangan yang lebih bergizi seperti dalam hal ternak, buah dan sayuran.
(mdk/idr)