Kayu dan Bambu Bersertifikat FSC Jadi Solusi Masalah Iklim dan Keberlanjutan Hutan dari Dunia Arsitektur
Penggunaan kayu dan bambu dalam dunia arsitektur dan konstruksi masih terbatas pada aspek keindahan dibandingkan aspek kekuatannya.
Kayu dan bambu disebut sebagai material bahan bangunan yang ramah lingkungan.
Kayu dan Bambu Bersertifikat FSC Jadi Solusi Masalah Iklim dan Keberlanjutan Hutan dari Dunia Arsitektur
Kayu dan Bambu Bersertifikat FSC Jadi Solusi Masalah Iklim dan Keberlanjutan Hutan dari Dunia Arsitektur
- Bikin Geger Ilmuwan, Penelitian ini Disebut Bisa Mengubah Cerita Sejarah Bumi
- Ilmuwan Mulai Bersiap Produksi Batu Bata Luar Angkasa untuk Bangun Rumah di Bulan
- Dukung Pembangunan Rendah Karbon, BUMN Semen Ciptakan Bahan Bangunan Ramah Lingkungan
- Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca, BUMN Semen Gunakan 559.625 Ton Sampah Jadi Bahan Bakar Subtitusi Batu Bara
Meningkatnya jumlah penduduk sejalan dengan meningkatnya kebutuhan akan perumahan dan bangunan.
Namun demikian, dunia arsitektur dihadapkan dengan lingkungan dan perubahan iklim.
Kayu dan bambu disebut sebagai material bahan bangunan yang ramah lingkungan. Namun penggunaannya dalam dunia arsitektur dan konstruksi masih terbatas pada aspek keindahan dibandingkan aspek kekuatannya.
Selain itu, perspektif lama bahwa menggunakan kayu dapat menyebabkan habisnya hutan juga mengurangi minat penggunaan kayu dan bambu, yang sebenarnya dapat menjadi solusi masalah perubahan iklim.
Dalam upaya memberikan pilihan material kayu dan bambu dari sumber yang berkelanjutan kepada dunia arsitektur, beberapa kelompok petani hutan pengelola hutan lestari dan UKM yang telah bersertifikasi FSC.
Di antaranya adalah Karya Wahan Sentosa (KWaS), UD. Amratani Kekayon Bhumi, Kostajasa, BambooCoop, SOBI, serta Promotional Licence Holder IRCOMM.
Saat ini, material kayu dan bambu dari hutan bersertifikasi FSC dipamerkan melalui booth exhibition pada Expo ARCH:ID 2024 yang merupakan Architecture Forum, Exhibition & Trade Event yang dinantikan kalangan arsitek di Indonesia di ICE BSD – Tangerang Selatan selama 4 hari dimulai pada tanggal 22 hingga 25 Februari 2024.
Penggunaan material kayu dan bambu pada booth hasil kerja sama pengelola hutan dan UKM pemegang sertifikasi FSC di Exhibition ARCH:ID yang diberi nama ‘Tree of Life’.
Ini menyiratkan pesan penggunaan material kayu dari sumber yang berkelanjutan merupakan bentuk toleransi dan adaptasi manusia terhadap perubahan iklim.
"Partisipasi industri kayu UKM dan petani hutan bersertifikasi FSC di Expo ARCH:ID 2024 ini ingin menyebarluaskan kepada publik khususnya dunia arsitek dan industri bangunan terkait pentingnya penggunaan kayu dari sumber yang berkelanjutan terhadap keberlanjutan hutan," ucap Technical Director FSC Indonesia, Hartono Prabowo.
Dia mengatakan, pengelolaan hutan yang baik dan bertanggung jawab bertujuan untuk melindungi keberlanjutan hutan sedangkan manusia tetap dapat memanfaatkan hasil hutan baik kayunya, non kayu dan jasa lingkungan.
Berhenti menggunakan kayu bukan merupakan solusi jangka panjang yang diharapkan untuk keberlanjutan hutan.
"Dengan berhenti menggunakan kayu akan meniadakan manfaat ekonomi hutan bagi pengelola hutan untuk mengelolanya dengan baik dan bertanggung jawab," jelasnya.
Menurut dia, ketiadaan manfaat ekonomi dari hutan dapat menggiring pada penutupan usaha pengelolaan hutan secara luas yang mendorong pada pembukaan lahan hutan untuk penggunaan lain yang lebih menguntungkan secara ekonomi.
“Namun menyebabkan semakin luasnya pembukaan hutan yang menghasilkan kerusakan lingkungan yang lebih besar,” katnaya.
Oleh karena itu, sertifikasi FSC memberikan jaminan kepada publik bahwa sumber kayu dan bambu berasal dari hutan yang dikelola secara berkelanjutan berstandar FSC.
Dengan penggunaan kayu dan bambu, maka penanaman dan permudaan kembali menjadi wajib dilakukan di mana hal ini akan meningkatkan penyerapan karbon dari hutan yang dikelola secara bertanggung jawab dan ini merupakan salah satu solusi adaptasi dunia arsitektur dan konstruksi mengatasi masalah perubahan iklim.
“Booth Tree of Life mengedepankan penggunaan material kayu dan bambu dari hutan berkelanjutan berstandar FSC guna menginspirasi dunia konstruksi dan arsitektur atas masalah perubahan iklim dan keberlanjutan hutan,” jelas Manager Marketing & Communications FSC Indonesia, Indra Setia Dewi.
Koperasi Kostajasa sebagai pengelola hutan rakyat dari Kabupaten Kebumen telah mendapatkan sertifikasi FSC sejak 2009. Ini membuktikan masyarakat petani dapat mengelola hutan dengan berkelanjutan.
“Pohon bagi kami merupakan tabungan masa depan yang dapat kami panen untuk membiayai kebutuhan hidup yang krusial seperti biaya pendidikan, perbaikan rumah, pengobatan rumah sakit, dan lain-lain," ucap Untung Karnanto, pimpinan UD Amratani, sebuah industri kecil penggergajian bagian dari Koperasi Kostajasa."Maka dari itu, kami jaga keberlangsungan hutan agar dapat bermanfaat untuk anak cucu kami. Sertifikasi FSC yang kami dapatkan membuktikan hal itu,” jelas Supriyono staff dari Koperasi Kostajasa," tambahnya.