Kisah Sukses Guo Wenjing Nekat Keluar dari Harvard dan Dirikan Startup, Perusahaannya Kini Bernilai Rp7,6 Triliun
Guo dipandang sebagai panutan di antara para orang tua China karena riwayat hidupnya yang sempurna.
Guo dipandang sebagai panutan di antara para orang tua China karena riwayat hidupnya yang sempurna.
-
Apa ciri khas utama yang membedakan unicorn dari startup biasa? Salah satu ciri-ciri unicron adalah adanya inovasi bisnis.
-
Siapa saja yang terlibat dalam pendanaan startup nasional ini? PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) melalui entitas Corporate Venture Capital (CVC) MDI Ventures, dan juga Telkomsel Mitra Inovasi (TMI), berpartisipasi dalam penandatanganan Perjanjian Partisipasi Merah Putih Fund di Jakarta, Senin (4/9).
-
Kenapa perusahaan startup di bidang teknologi dan informasi berbasis internet disebut unicorn? Dalam mitologi Yunani, unicorn adalah hewan langka mirip kuda yang memiliki tanduk di kepala. Kemudian istilah ini diambil untuk menggambarkan perusahaan startup dengan nilai valuasi yang mencapai 1 miliar dollar.
-
Kenapa BNI menggandeng startup? Tak hanya itu, BNI juga menggandeng startup agar bisnis terus bertumbuh.
-
Apa saja yang menjadi kelebihan bekerja di perusahaan rintisan atau startup? Bekerja di perusahaan rintisan atau startup mempunyai beberapa kelebihan. Pertama, kamu bisa berlatih membangun perusahaan dari nol secara langsung. Kedua, kamu bisa bekerja di posisi mana saja yang tersedia di perusahaan, jadi kamu bisa belajar banyak hal dan kemampuan makin meningkat.
-
Apa saja ide bisnis startup yang ditawarkan peserta Jagoan Digital? Dalam presentasi (pitching) Jagoan Digital sejumlah ide bisnis start up diangkat oleh peserta. Seperti layanan jasa servis elektronik, jasa pendidikan, kesehatan hingga pariwisata. Juga ada marketplace untuk UMKM, fashion batik lokal, pertanian hingga produk digital. Selain itu ada juga ide pengembangan usaha dan investasi yang semuanya dikembangkan lewat platform teknologi digital.
Kisah Sukses Guo Wenjing Nekat Keluar dari Harvard dan Dirikan Startup, Perusahaannya Kini Bernilai Rp7,6 Triliun
Baru-baru ini, warga China tengah ramai membahas Guo Wenjing, pendiri start up kecerdasan buatan, Pika Labs.
Perempuan keturunan China-Amerika ini baru saja mendapatkan suntikan modal sebesar USD135 juta atau setara Rp2 triliun.
Dengan demikian, perusahaan yang dia rintis saat ini bernilai USD470 juta atau setara Rp7,6 triliun.
Melansir South China Morning Post, Guo adalah seorang China-Amerika yang berasal dari Hangzhou, ibu kota provinsi Zhejiang China timur.
Guo dipandang sebagai panutan di antara para orang tua China karena riwayat hidupnya yang sempurna.
Guo memenangkan medali perak dalam Olimpiade Internasional Informatika (IOI) pada tahun 2015 dan kemudian diterima di Universitas Harvard, tempat ia memperoleh gelar sarjana matematika dan kemudian gelar master dalam ilmu komputer.
- Setelah Laku Rp 57 Triliun, Pendiri Startup ini Menyesal Jual Perusahaannya
- Menteri Teten Masduki Ungkap 3 Tantangan Besar Dihadapi Start-Up di Indonesia
- Kisah Sukses Liu Yonghao, Lahir dari Keluarga Sederhana Hingga Jadi Juragan Pakan Ternak Berharta Rp157 Triliun
- Girangnya Elon Musk Uji Coba Tanam Implan di Otak Manusia Akhirnya Sukses
Selama masa kuliahnya di universitas Ivy League yang bergengsi, ia juga magang di perusahaan teknologi terkemuka seperti Microsoft dan Google.
Kemudian, Guo melanjutkan pendidikannya dengan meraih gelar PhD dalam ilmu komputer di Universitas Stanford, bekerja di bidang persimpangan antara pemrosesan bahasa alami dan grafik.
Saat merenungkan pilihannya sendiri, Guo berpikir memiliki bakat menulis saja tidak cukup keren.
"Saya pandai menulis dan memenangkan banyak penghargaan, tetapi saya tidak pandai matematika. Saya pikir menjadi pandai menulis tidak cukup keren, dan karena pemrograman dan matematika adalah bidang yang didominasi laki-laki, menjadi ahli matematika terasa lebih menantang," ujar Guo.
"Baik itu Harvard, MIT, atau Stanford, itu tidak penting. Yang penting adalah pertumbuhan pribadi Anda," imbuhnya.
Ibu Guo adalah lulusan MIT, dan ayahnya, Guo Huaqiang, adalah mantan ketua perusahaan layanan TI Sunyard Technology yang berpusat di Hangzhou.
Ide mendirikan start up bernama Pika berasal dari pengalamannya di “AI Film Festival” 2022 yang diselenggarakan di New York City, di mana Guo dan beberapa teman sekelasnya yang meraih gelar doktor ilmu komputer dari Stanford turut berpartisipasi namun gagal menang.
Rasa frustrasi mereka terhadap alat video yang ada membuat mereka mengembangkan alat pembangkit video AI yang unggul.
Pada bulan April tahun lalu, Guo memutuskan untuk keluar dari Stanford dan, bersama dengan Chenlin Meng, sesama mahasiswa PhD Stanford, mendirikan Pika, dengan fokus pada pengembangan generator video AI yang mudah digunakan.
"Jika Anda membandingkan video yang dihasilkan AI dari tahun lalu dengan video yang dihasilkan Maret ini dan video dari satu atau dua bulan terakhir, Anda akan melihat bahwa model pembuatan video berkembang sangat cepat," kata Guo dalam wawancara dengan media China Overseas Unicorn, merinci alasan utama mengapa ia memutuskan untuk meninggalkan sekolah.
Sejak peluncurannya, Pika telah berkembang pesat dan telah mengumpulkan USD135 juta dengan valuasi pasar sebesar USD470 juta.
Patut dicatat, peluncuran versi Pika 1.0 tak hanya melambungkan Guo ke puncak popularitas bisnis, tetapi juga menyebabkan harga saham Sunyard Technology naik lebih dari 20 persen dalam satu minggu, sehingga mendapat julukan “saham konsep anak”.
Banyak orang yang mendengar kisah Guo khususnya tertarik pada narasi Silicon Valley tentang pendiri inovatif yang meluncurkan perusahaan rintisan yang sukses.
Ada juga yang merasa capaian Guo didasari dengan keunggulan materi yang dimiliki, dengan keluarga berpendidikan elit.
"Sebagai putri bos Sunyard, titik awalnya berbeda. Jika dia memulai dari awal tanpa latar belakang apa pun, maka dia akan menjadi seorang jenius sejati. Kita mengakui keunggulannya, tetapi kita tidak boleh terlalu memujinya," tulis netizen.