Kurs Rupiah Ditutup Menguat Tajam ke Level Rp14.118 per USD
Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp14.080 hingga Rp14.130 per USD.
Nilai tukar atau kurs Rupiah ditutup menguat tajam 100 poin walaupun sebelumnya sempat menguat 120 poin di level Rp14.118 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp14.217 per USD.
Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp14.080 hingga Rp14.130 per USD.
-
Apa yang dimaksud dengan nilai tukar Dolar Singapura dan Rupiah? Nilai tukar antara Dolar Singapura dan Rupiah mencerminkan perbandingan nilai antara mata uang Singapura (SGD) dan mata uang Indonesia (IDR).
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Kapan Indonesia mendevaluasi nilai tukar rupiah untuk pertama kalinya? Pada 7 Maret 1946, pemerintah mendevaluasi nilai tukar rupiah sebesar 29,12 persen, dari Rp1,88 per USD1 menjadi Rp2,65 per USD1.
-
Apa yang dijelaskan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengenai redenominasi rupiah? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
-
Bagaimana nilai IDR ditentukan? Perubahan nilai IDR dapat dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan politik, seperti inflasi, tingkat pertumbuhan ekonomi, stabilitas politik, dan faktor-faktor global seperti kondisi pasar internasional.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim mengatakan, pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2021 sebentar lagi akan dirilis. Diperkirakan perekonomian Indonesia akan tumbuh sekitar 3,5 sampai 4,5 persen year on year (YoY) walaupun turun dari Kuartal Kedua 2021 sebesar 7,07 persen. Namun pemerintah masih optimis bahwa perekonomian akan kembali bangkit .
"Optimisme tersebut dipengaruhi oleh low base effect dan pengendalian Covid-19 yang semakin baik. Low base effect terjadi ketika ekonomi mengalami pemulihan dari basis perbandingan tahun sebelumnya (kuartal-III 2020) yang sangat rendah atau minus 3,49 persen," ujarnya dalam riset harian, Jakarta, Kamis (14/10).
Ibrahim mengatakan, pengendalian Covid-19 sampai dengan bulan September sebenarnya beberapa daerah sudah turun status PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) ke level yang lebih rendah. Hanya saja belajar dari pengalaman pelonggaran restriksi sebelumnya bahwa diperlukan masa tunggu.
"Selain itu, mobilitas masyarakat yang membaik mulai akhir kuartal III-2021 atau bulan September 2021 turut menopang belanja masyarakat. Karena itu, konsumsi rumah tangga pun mulai rebound disusul oleh produksi industri manufaktur yang tercatat memasuki fase ekspansi," jelasnya.
Sebagai informasi, PMI Manufaktur per September 2021 mencapai 52,2 atau berada di atas level 50. Produsen mulai berekspektasi pemulihan permintaan domestik cukup solid hingga akhir tahun. Apalagi menjelang perayaan natal dan tahun baru 2020, masyarakat akan semakin banyak melakukan belanja dan wisata ke depan sehingga konsumsi masyarakat diperkirakan akan terus membaik.
Booming Komoditas
Sementara itu, secara global, booming komoditas yang masih berlangsung pada kuartal III-2021 cukup membantu pemulihan sektor perkebunan maupun pertambangan.
Itu bisa terlihat dari kinerja ekspor masih bisa bertahan positif dengan surplus perdagangan yang menakjubkan yakni 4,7 miliar dolar AS per Agustus 2021 lalu.
"Tren pembukaan kembali aktivitas ekonomi pasca Covid-19 membuat komoditas Indonesia diperebutkan oleh banyak negara," tandasnya.
(mdk/idr)