Kurs Rupiah Melemah Menuju Rp16.000 per USD, Sri Mulyani Beri Penjelasan Begini
Menurut Sri Mulyani, banyak masyarakat Indonesia yang melihat pelemahan Rupiah itu dari nominalnya terhadap USD.
Menurut Sri Mulyani, banyak masyarakat Indonesia yang melihat pelemahan Rupiah itu dari nominalnya terhadap USD.
Kurs Rupiah Melemah Menuju Rp16.000 per USD, Sri Mulyani Beri Penjelasan Begini
Kurs Rupiah Melemah Menuju Rp16.000 per USD, Sri Mulyani Beri Penjelasan Begini
Nilai tukar atau kurs Rupiah terhadap Dolar AS atau USD masih terus melemah hingga perdagangan hari ini.
Pagi tadi kurs Rupiah melemah sebesar 0,13 persen atau 21 poin menjadi Rp15.870 per USD dari sebelumnya Rp15.849 per USD.
Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati mengatakan, sebetulnya kondisi Rupiah berada dalam posisi yang relatif baik. Depresiasi Rupiah tercatat hanya 0,7 persen secara Year to Date (YTD).
- Rupiah Nyaris Rp16.000 per USD, Sri Mulyani Nilai Pelemahan Mata Uang Negara Lain Lebih Parah
- Kurs Rupiah Hampir Sentuh Rp16.000 per USD, Ternyata Ini Biang Keroknya
- Rupiah Nyaris Tembus Rp16.000, BI Klaim Masih Lebih Baik dari Ringgit Malaysia
- Jokowi Patok Kurs Rupiah di Kisaran Rp15.000 per USD di 2024
"Dengan capital outflow yang terjadi pada bulan September-Oktober ini, maka kita lihat pergerakan nilai tukar kita sebetulnya Rupiah kita dalam posisi yang relatif baik depresiasinya," kata Sri Mulyani dalam konferensi Pers APBN KiTa Oktober, Rabu (25/10).
Menurut Sri Mulyani, banyak masyarakat Indonesia yang melihat pelemahan Rupiah itu dari nominalnya terhadap USD. Padahal, jika dilihat dari pergerakan nilai tukar secara ytd, depresiasinya hanya 0,7 persen.
"Meskipun orang Indonesia lihatnya nominal. Kalau kita lihat pergerakan nilai tukar year to date depresiasiny di 0,7 persen. Jadi, penyebabnya mungkin bukan Rupiah-nya tapi mungkin Dolar-nya yang menguat," ujarnya.
merdeka.com
Alhasil dengan menguatnya Dolar AS tersebut membuat banyak mata uang beberapa negara mengalami pelemahan.
Di antaranya Filipina, Vietnam, Thailand, Korea Selatan, dan bahkan Malaysia mengalami depresiasi cukup dalam. Kata Menkeu, jika dibandingkan dengan negara-negara tersebut, depresiasi nilai tukar Indonesia masih kecil.
"Dolar dengan Interest Rate yang tinggi, ini yang menggambarkan bahwa Dolar yang menguat maka banyak mata uang yang melemah dibandingkan dengan USD. Kita lihat negara tetangga kita Filipina, Vietnam, Thailand, Korea Won, bahkan Malaysia mengalami depresiasi yang cukup dalam," kata Sri Mulyani.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengatakan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang sempat terdepresiasi atau melemah pada Senin (23/10) kemarin tidak mengganggu sektor riil dan keuangan dalam negeri.Dia menilai, Indonesia patut bersyukur karena pertumbuhan ekonomi masih di atas 5 persen di tengah kondisi perekonomian global yang melemah.
Salah satunya karena dolar AS yang terus menguat.
"Kemudian kalau kita lihat persentase depresiasi mata uang kita, juga masih aman. Aman untuk sektor riil untuk sektor keuangan, dan aman untuk inflasi," kata Presiden Jokowi dalam sambutannya pada pembukaan Investor’s Daily Summit 2023 di Jakarta, Selasa.
Jokowi mengaku sempat menerima laporan terkait perkembangan situasi perekonomian terkini dari Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang terdiri dari Menteri Keuangan Sri Mulyani, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Ketua OJK Mahendra Siregar, dan Ketua Lembaga Penjamin Simpanan Purbaya Yudhi Sadewa.
Dalam laporan tersebut, selain kurs rupiah yang masih terkendali untuk sektor riil dan keuangan, pertumbuhan kredit perbankan juga masih pada level 8,69 persen.
"Kemarin saya bertemu dengan Pak Gubernur BI dan OJK. Saya tanya pertumbuhan kredit di angka berapa? Menurut saya masih tumbuh baik di 8,69 persen. Ini angka yang cukup baik," kata Jokowi.