Limbah Serbuk Gergaji Ternyata Bisa Dijadikan Campuran Bahan Bakar PLTU
Uji bakar cofiring serbuk gergaji tersebut menggunakan 250 ton atau 10 persen dari total pemakaian batu bara PLTU Bengkayang per harinya.
PT PLN Indonesia Power (PLN IP), melalui Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Singkawang memanfaatkan limbah serbuk gergaji atau sawdust untuk campuran bahan bakar (cofiring) PLTU Bengkayang, Kalimantan Barat.
- Bulog Sebut Serapan Beras Dalam Negeri Capai 535 Ribu Ton
- PLTU Ini Ganti Bahan Bakar Batu Bara dengan Sampah dan Limbah Uang Kertas, Emisi CO2 Langsung Turun 555.000 Ton
- Kejar Bauran EBT, PLTU di Jawa Tengah Campur Bahan Bakar Batu Bara dengan Biomassa
- Gantikan Batu Bara, 30 Ton Olahan Sampah Dipasok ke Pabrik SBI untuk Jadi Bahan Bakar
Direktur Utama PLN Indonesia Power, Edwin Nugraha Putra mengatakan, selain mendukung transisi energi dan pencapaian target net zero emission, inovasi tersebut juga memberikan manfaat ganda bagi korporasi dan kesejahteraan masyarakat.
Menurut dia, cofiring dari biomassa sawdust juga merupakan salah satu upaya mengakselerasi peningkatan bauran energi terbarukan di Indonesia.
"Penggunaan biomassa sawdust di PLTU Bengkayang akan menurunkan emisi yang berasal dari sektor kelistrikan dan merupakan dukungan PLN IP sebagai Subholding PT PLN (Persero) kepada pemerintah untuk mencapai net zero emission pada 2060," katanya dikutip dari Antara.
Edwin mengungkapkan uji bakar cofiring serbuk gergaji tersebut menggunakan 250 ton atau 10 persen dari total pemakaian batu bara PLTU Bengkayang per harinya.
"Uji bakar cofiring biomassa sawdust ini merupakan salah satu komitmen PLN dalam mendukung konversi energi baru terbarukan," tuturnya.
Manajer PLN IP UBP Singkawang Slamet Muji Raharjo mengatakan, produksi listrik dari biomassa di PLTU Bengkayang ditargetkan sebesar 4 persen dari total produksi listrik yang dihasilkan.
"Setelah uji bakar cofiring sawdust ini ke depannya tentu kami akan lakukan secara berkelanjutan menggunakan biomassa sawdust dan alternatif lainnya," ujarnya.
Dalam prosesnya, pemanfaatan biomassa serbuk gergaji sebagai energi primer PLTU Bengkayang itu melibatkan masyarakat, salah satunya Kelompok Sawmill.
Ketua Sawmill Muhsinin mengaku pihaknya mendapat manfaat dengan adanya program cofiring sawdust, yaitu meningkatkan produktivitas sawmill.
Sebelumnya, limbah serbuk gergaji memenuhi area kerja, sehingga area menjadi terbatas dan kotor, namun kini dengan adanya program cofiring di PLTU Bengkayang memberikan nilai ekonomi, penghasilan meningkat, dan menyerap tenaga kerja.
"Pekerja yang dilibatkan dalam ekosistem biomassa sebelumnya merupakan pengangguran, sehingga dengan adanya program ini sangat membantu memberikan penghasilan per orang Rp100.000 per truk. Dengan asumsi satu hari, satu truk, maka sebulan mendapat penghasilan Rp3 juta atau lebih besar dari UMK di Mempawah sebesar Rp2,7 juta. Penghasilan tersebut digunakan untuk kebutuhan sehari-hari maupun sekolah anak," jelasnya.
Muhsinin melanjutkan, selain berdampak pada kesejahteraan masyarakat, program pemanfaatan serbuk gergaji untuk cofiring juga berdampak pada perbaikan lingkungan yakni mengatasi permasalahan limbah kayu.
"Biomassa yang berasal dari sawdust ini memberikan beragam manfaat, baik dari sisi kesejahteraan masyarakat hingga kelestarian lingkungan," imbuhnya.
PLN IP sebelumnya juga telah melaksanakan cofiring di PLTU Bengkayang, dengan memanfaatkan limbah racik uang kertas (LRUK) sebagai bahan bakar pengganti batu bara.
Pemanfaatan LRUK tersebut merupakan wujud kolaborasi antara PLN Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Singkawang bersama Bank Indonesia (BI) Provinsi Kalimantan Barat.