Masyarakat Buat Paspor Melonjak Tiga Kali Lipat
Tren ini berkaitan dengan perubahan gaya hidup masyarakat untuk berwisata.
Tren ini berkaitan dengan perubahan gaya hidup masyarakat untuk berwisata.
- Masyarakat Diimbau Tak Golput dan Kawal Ketat Pilkada 2024
- Menilik Kehidupan Masyarakat Nusantara, Kawasan Maritim yang Sangat Disegani Dunia Internasional sejak Ratusan Tahun Silam
- Khidmatnya Upacara Melasti di Pantai Parangtritis, Bangun Keharmonisan Umat Beragama
- Sehari Setelah Dilantik, AHY Langsung Blusukan ke Manado Temui Warga untuk Berikan Sertifikat Tanah
Masyarakat Buat Paspor Melonjak Tiga Kali Lipat
Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.
Bahkan kenaikannya mencapai tiga kali lipat.
“Tiga kali lipat (kenaikan permintaan) tapi data persis harus ke imigrasi. Signifikan sekali karena tidak hanya volume tapi spesifikasi meningkat. Mungkin kalau bisa dibilang lebih dari dua kali lipat. Dua setengah kali lah pada 2023,”
ujar Direktur Utama Perum Peruri Dwina Septiani dilansir Antara, Kamis (25/4).
Kenaikan permintaan itu diakuinya tak hanya setelah status pandemi Covid-19 dicabut.
Hingga kini, tren permintaan pembuatan paspor masih meningkat.
Hal ini berkaitan dengan perubahan gaya hidup masyarakat untuk berwisata.
“Dan kita lihat tren peningkatan paspor masih bertahan di tahun ini. Tapi kemudian ada perubahan gaya hidup di mana alokasi masyarakat untuk hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman berwisata meningkat, memengaruhi rencana bisnis Peruri,”
ujarnya.
Ke depan, lanjut dia, Peruri bakal menyiapkan bahan baku atau komposisi paspor secara mandiri (end to end) alias tak hanya mencetak paspor saja, namun juga memproduksi dari awal hingga akhir.
Pasalnya, sejumlah komposisi dari paspor konvensional maupun paspor elektronik masih memanfaatkan dari sumber yang berbeda.
Hal itu juga bertujuan untuk meningkatkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) dalam paspor yang dicetak.
Rencana tersebut juga berkaca pada program yang telah dijalankannya yakni, meterai yang dulunya menggunakan kertas buatan luar negeri, namun kini lewat sejumlah upaya akhirnya kini meterai 100 persen dibuat dengan memanfaatkan dalam negeri.
“Contoh meterai dulu kertas dari laut, beberapa tahun kita coba di grup kita di PT Kertas Padalarang itu dua hingga tiga tahun terakhir, sudah 100 persen dari PT Kertas Padalarang,”
jelasnya.
Demikian dengan permintaan pita cukai dari Nepal, diakuinya bahan tinta dan lainnya telah menggunakan komposisi buatan dalam negeri yang kini diproduksi di Karawang.