Menengok Pergerakan Saham Emiten Konsumer di Libur Akhir Tahun & Momen Kenaikan UMP
Selain dari aspek liburan, momentum kenaikan upah minimum pendorong pertumbuhan ekonomi.
Momentum libur Natal dan Tahun Baru bakal berdampak positif bagi emiten konsumer, seiring dengan window dressing.
- Demi Pertumbuhan Ekonomi Nasional 8 Persen, Kemenperin Bakal Ambil Strategi Begini
- 3 Emiten Saham Ini Langsung Menghijau Serentak Usai IPO
- Tingkatkan Porsi TKDN, BUMN Semen Ganti Suku Cadang Impor dengan Buatan UKM
- Ekonomi Kuartal III-2023 Turun, Masyarakat Lebih Banyak Bayar Cicilan Dibanding Belanja
Menengok Pergerakan Saham Emiten Konsumer di Libur Akhir Tahun & Momen Kenaikan UMP
Menengok Pergerakan Saham Emiten Konsumer di Libur Akhir Tahun & Momen Kenaikan UMP
Analis Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta menyoroti potensi dampak positif pada saham sektor konsumer menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024, atau yang dikenal sebagai Nataru.
"Momentum libur Natal dan Tahun Baru bakal berdampak positif bagi emiten konsumer, seiring dengan window dressing," ungkap Nafan.
Data dari Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan mencatat bahwa sekitar 24,19 persen warga, atau setidaknya 26,03 juta jiwa, berencana bepergian dengan mobil pribadi.
Sedangkan sepeda motor menjadi pilihan 18,71 persen, atau sekitar 20,14 juta jiwa.
"Selain dari aspek liburan, momentum kenaikan upah minimum yang diharapkan berkisar antara 8 persen hingga 10 persen juga dianggap sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi dan dapat menjadi katalis positif bagi emiten di sektor konsumer. Hal ini diharapkan memberikan dorongan untuk pertumbuhan perusahaan dalam arena konsumer."
Di tengah perubahan eksternal dan dampak geopolitik, emiten sektor konsumer dianggap memiliki keunggulan karena mampu beradaptasi dan memiliki strategi bisnis yang inovatif.
Nafan mengungkapkan bahwa pergerakan emiten ritel pada libur Natal dan Tahun Baru berpotensi positif, terutama dengan peningkatan daya beli masyarakat menjelang akhir tahun.
Nafan juga memberikan sorotan terhadap Unilever Indonesia (UNVR), pemimpin pasar di sektor konsumer.
"Manajemen Unilever perlu melakukan berbagai strategi inovasi demi menjaga kepemimpinan di tengah pasar dalam negeri yang makin kompetitif," katanya.
Nafan juga melihat pergantian direksi sebagai momen penting bagi Unilever.
"Momen pergantian direksi dapat menjadi peluang untuk melakukan penyesuaian navigasi bisnis yang lebih baik lagi. Yang paling penting, bagaimana melakukan eksekusi strategi bisnis dengan lebih baik," ujar Nafan.
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), PT Unilever Indonesia Tbk menyetujui pengangkatan Benjie Yap sebagai Presiden Direktur Perseroan mulai Januari 2024.
Nurdiana Darus, Direktur dan Sekretaris Perseroan PT Unilever Indonesia, menyatakan, perubahan kepemimpinan dan kerangka baru organisasi Unilever Compass membawa Unilever Indonesia memasuki babak baru untuk terus memaksimalkan potensi pertumbuhan berkelanjutan.
Benjie Yap menggantikan Ira Noviarti, yang berhasil memimpin perusahaan di tengah pandemi global Covid-19 pada 2020-2021.
Ira diberikan apresiasi atas kepemimpinannya yang tangguh dan berdedikasi tinggi, membawa Perseroan berada pada posisi yang lebih kuat.
Benjie Yap diharapkan membawa keahlian dan kontribusi berharga bagi UNVR dan industri konsumer secara keseluruhan.
Berdasarkan data resmi emiten, hingga akhir kuartal III-2023, UNVR mengantongi laba sebesar Rp4,18 triliun serta memiliki total aset sebesar Rp18,92 triliun per akhir kuartal III-2023 atau meningkat dibandingkan total aset perusahaan pada akhir 2022 yakni senilai Rp18,31 triliun.
Adapun total ekuitas UNVR per akhir kuartal III-2023 tercatat sebesar Rp5,38 trilliun, naik dibandingkan total ekuitas perusahaan pada akhir 2022 senilai Rp3,99 triliun.