Menko Airlangga: Indonesia Masuk Negara Menengah Atas, Pendapatan per Kapita Capai USD 5.400
Salah satu faktornya adalah kinerja ekspor sepanjang tahun 2023 mampu menembus USD 258,82 miliar.
Airlangga menyebut di tengah berbagai tekanan dan ketidakpastian global dan pasca Covid-19 Indonesia telah masuk upper middle income country.
Menko Airlangga: Indonesia Masuk Negara Menengah Atas, Pendapatan per Kapita Capai USD 5.400
Menko Airlangga: Indonesia Masuk Negara Menengah Atas, Pendapatan per Kapita Capai USD 5.400
- Menko Airlangga Ajak Pengusaha Kanada Jajaki Investasi di Indonesia
- Menko Airlangga Klaim Jakarta hingga Kalimantan Timur Setara Singapura, Ini Datanya
- Menko Airlangga: Kerugian Ekonomi Akibat Karhutla Capai Rp150 Miliar
- Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lebih Baik Dibanding AS dan China
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto memperkirakan pendapatan per kapita Indonesia di tahun 2024 akan tembus di angka USD 5.000 hingga USD 5.400.
"Kita perkirakan di tahun 2024 income per kapita kita bisa menebus antara USD 5.000 sampai USD 5.400," kata Airlangga dalam acara Investor Daily Round Table, Cirebon, Jawa Barat, Rabu (24/1).
Airlangga menyebut di tengah berbagai tekanan dan ketidakpastian global dan pasca Covid-19 Indonesia telah masuk upper middle income country atau negara menengah atas.
"Pasca Covid kita masuk ke upper middle income country lagi, tidak banyak negara masuk ke uper middle secara konsisten," jelasnya.
Salah satu faktornya adalah kinerja ekspor sepanjang tahun 2023 mampu menembus USD 258,82 miliar dibandingkan nilai impor yang menyentuh USD 221,89 miliar.
"Dengan demikian sebetulnya langkah-langkah makro yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia sudah berada dalam trek yang benar," ucap Airlangga.
Selain itu, Airlangga menyebut proyek jangka panjang Giant Sea Wall (GSW) yang bertujuan untuk menjaga keberlangsungan Pulau Jawa sebagai salah satu mesin ekonomi nasional.
Dia menilai perlindungan pesisir pulau Jawa akan meningkatkan resiliensi baik secara ekonomi maupun keamanan. Sebab di koridor utara Jawa itu menjadi sebuah koridor yang seharusnya tidak diganggu.
"Nah, salah satu tidak ada gangguan itu adalah untuk menekan logistic cost lebih rendah dari 20 persen. Nah, salah satunya tadi ada Pelabuhan Patimban. Jadi selain yang Tanjung Priok, Tanjung Emas, Tanjung Perak, ada Patimban," tutupnya.