Menteri Teten Sebut UMKM Mebel Sulit Beralih Jadi Bisnis Ramah Lingkungan, Ini Alasannya
Memang kontribusi sektor kriya memang tidak sebesar subsektor kuliner atau fesyen tapi masih berpotensi untuk pertumbuhan.
Memang kontribusi sektor kriya memang tidak sebesar subsektor kuliner atau fesyen tapi masih berpotensi untuk pertumbuhan.
- 10 Tahun di Pemerintahan, Mantan Menteri Koperasi Ingin Istirahat
- Mentan Salurkan Bantuan Benih dan Dorong Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat di Kampung Wanam
- Tingkatkan Porsi TKDN, BUMN Semen Ganti Suku Cadang Impor dengan Buatan UKM
- Mencicipi Lezatnya Mi Sagu, Kuliner Andalan Masyarakat Kabupaten Meranti
Menteri Teten Sebut UMKM Mebel Sulit Beralih Jadi Bisnis Ramah Lingkungan, Ini Alasannya
Menteri Teten Sebut UMKM Mebel Sulit Beralih Jadi Bisnis Ramah Lingkungan
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki melihat potensi besar para pengusaha UMKM mebel untuk beralih menuju ke bisnis ramah lingkungan.
Meskipun masih ada beberapa tantangan yang harus dihadapi, semisal biaya atau ongkos logistik yang tinggi.
Teten menjelaskan tren wirausaha muda cenderung beralih ke bisnis ramah lingkungan.
Dengan 84 persen di antaranya tertarik pada bisnis ramah lingkungan, 58 persen memulai bisnis untuk memperbaiki lingkungan, dan 56 persen memproduksi pakaian ramah lingkungan, produk rendah karbon, dan sistem pengurangan limbah.
merdeka.com
"Peluang yang besar pada industri furniture, kinerja UMKM Furniture 2021-2023, dengan USD 2,8 miliar pendapatan Indonesia dalam pasar furniture, 6,8 hektar hutan produksi milik Indonesia, 85 persen pemasok rotan dunia, 805 ribu tenaga kerja langsung terserap di industri furniture,"
kata Teten dalam acara Conference on Promoting Sustainable Furniture Ecosystem Leading to Net Zero Emission di Vivere Hotel, Gading Serpong, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (27/2).
Teten menilai kontribusi sektor kriya memang tidak sebesar subsektor kuliner atau fesyen.
Tetapi subsektor kerajinan tangan masih memiliki potensi besar untuk pertumbuhan.
Di sisi lain, dia tidak menampik jika sektor UMKM di industri furniture menghadapi sejumlah tantangan yang perlu kita diatasi bersama.
"Dari masalah bahan baku hingga biaya logistik yang tinggi, kita perlu mencari solusi bersama untuk memastikan kelangsungan dan pertumbuhan sektor ini," imbuh Teten.
Dalam mengatasi tantangan tersebut, Kementerian Koperasi dan UKM selalu berkomitmen untuk memperkuat kapasitas industri furniture melalui penguatan kapasitas bisnis Rumah Produksi Bersama (RPB).
"Telah dibangun RPB komoditi rotan di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah mengolah bahan baku rotan menjadi bahan baku setengah jadi dan furniture," kata Teten.
"Langkah-langkah ini diharapkan dapat menjamin ketersediaan bahan baku, memperkuat pasar dalam negeri, dan meningkatkan ekspor, yang pada gilirannya akan berkontribusi pada pendapatan daerah dan devisa negara," tutur Teten.