Muhammadiyah Ternyata Punya Bisnis Startup Kesehatan, Pernah Dapat Uang Jutaan Dolar AS dari Modal Ventura
Dibutuhkan butuh banyak ilmu dan wawasan untuk meyakinkan perusahaan ventura agar mau berinvestasi.
Organisasi keagamaan Muhammadiyah menyita perhatian masyarakat usai membuka bisnis ojek online (ojol). Bisnis angkutan daring Muhammadiyah tersebut dinamai Zendo.
Sekretaris Jenderal Serikat Usaha Muhammadiyah (Sumu), Ghufron Mustaqim menyebut bahwa layanan ojek online (ojol) yang diinisiasi Muhammadiyah yakni Zendo, sama sekali tidak menerapkan biaya layanan (admin fee) untuk pemesanan makanan maupun antar jemput.
- Kemenperin Dorong Startup Teknologi Jadi Mitra Industri Kecil dan Menengah
- Startup di RI Masih Punya Banyak Tantangan Besar, Menteri UMKM: Akses Pembiayaan Belum Terpenuhi
- Menteri Teten Masduki Ungkap 3 Tantangan Besar Dihadapi Start-Up di Indonesia
- Perusahaan Modal Ventura Kumpulkan Investasi Rp1,1 Triliun untuk Startup di Asia, Indonesia Kebagian Rp146 Miliar
Perusahaan menyatakan, saat ini terdapat 700 lebih mitra ojek, 2.000 mitra layanan, serta lebih dari 100 ribu pengguna aktif.
Namun, rupanya masih banyak bisnis milik Muhammadiyah yang belum diketahui publik. Salah satunya bergerak di bidang perusahaan rintisan atau startup.
Melansir laman Serikat Usaha Muhammadiyah (Sumu), Sabtu (11/1), CEO dan Founder PathGen, Susanti, salah satu anggota dari Sumu bahkan meraih pendanaan hingga jutaan dolar AS (USD) dari perusahaan modal ventura terkemuka, yakni East Venture dan Royal Group pada April 2024 lalu. Namun, tidak disebutkan secara eksplisit nominal pendanaan tersebut.
"Kami senang menerima dukungan dari East Ventures dan Royal Group Indonesia. Kami yakin bahwa pendanaan ini akan mendukung misi kami dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan mendemokratisasi solusi pengujian molekuler yang sesuai dengan konteks lokal,” kata Susanti.
Kerja Keras Dapat Dana
Susanti menceritakan kerja kerasnya untuk memperoleh suntikan dana. Menurutnya dibutuhkan butuh banyak ilmu dan wawasan untuk meyakinkan perusahaan ventura agar mau berinvestasi.
"Saya mengawali usaha startup dengan minim pengetahuan, terutama mengenai investasi. Saya belajar banyak dengan berdiskusi dengan Mas Ghufron, terutama terkait dengan investasi pertama (seed funding) yang kami dapatkan untuk PathGen,” kenang Susanti.
Bisnis PathGen yang dipimpin Susanti merupakan perusahaan startup bioteknologi kesehatan dengan fokus inovasi diagnostik kanker yang berfokus pada Molecular Profiling dan Precision Medicine. PathGen mengembangkan solusi yang memungkinkan diagnosis lebih cepat, akurat, dan inklusif, guna menciptakan ekosistem layanan kesehatan onkologi yang optimal di Indonesia.
Melalui PathGen, dia memimpin upaya transformasi layanan diagnostik kanker dengan mengadopsi teknologi berbasis Molecular Profiling. Teknologi ini mampu mengidentifikasi karakteristik molekuler spesifik pada sel kanker sehingga memungkinkan penerapan terapi berbasis Precision Medicine.
Didirikan Tahun 2020
PathGen didirikan pada tahun 2020 oleh Dr. Susanti (Co-Founder dan Chief Executive Officer) dan dr. Michael Rampangilei (Co-Founder dan Chief Operating Officer) yang bergabung pada tahun 2023
Meski baru seumur jagung, PathGen telah mencatat beberapa pencapaian, termasuk kemitraan strategis dengan perusahaan bioteknologi, BioFarma, untuk memproduksi dan mendistribusikan produk perdananya, BioColoMelt-Dx, sebuah alat diagnostik molekuler untuk kanker kolorektal.
Saat ini, BioColoMelt-Dx telah tersedia di rumah sakit kanker besar di Indonesia, seperti Pusat Kanker Dharmais dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.