OJK Beberkan Kondisi Terkini Industri Jasa Keuangan
Dalam mendukung program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dan menjaga kondisi industri jasa keuangan tetap berjalan baik, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan beberapa kebijakan yang disinergikan dengan Pemerintah dan Bank Indonesia.
Dalam mendukung program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dan menjaga kondisi industri jasa keuangan tetap berjalan baik, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan beberapa kebijakan yang disinergikan dengan Pemerintah dan Bank Indonesia.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan, kebijakan OJK di antaranya stabilisasi pasar untuk menjaga sentimen pasar, komunikasi kebijakan yang efektif dan masif, restrukturisasi, dan memberikan kredit modal kerja tambahan.
-
Bagaimana OJK mendorong pengembangan perbankan syariah? Berbagai kebijakan dikeluarkan OJK untuk mendorong pengembangan perbankan syariah bersama stakeholders terkait beberapa inisiatif seperti: Mulai dari perbaikan struktur industri perbankan syariah yang dilakukan melalui konsolidasi maupun spin-off unit usaha syariah (UUS). Lalu penguatan karakteristik perbankan syariah yang dapat lebih menonjolkan inovasi model bisnis yang lebih rasional, serta pendekatan kepada nasabah yang lebih humanis; Pengembangan produk yang unik dan menonjolkan kekhasan bank Syariah, sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat untuk meningkatkan competitiveness perbankan syariah. Lalu, peningkatan peran bank syariah sebagai katalisator ekosistem ekonomi syariah agar segala aktivitas ekonomi syariah, termasuk industri halal agar dapat dilayani dengan optimal oleh perbankan syariah; dan Kelima, peningkatan peran bank syariah pada dampak sosial melalui optimalisasi instrumen keuangan sosial Islam untuk meningkatkan social value bank syariah.
-
Kenapa OJK menyelenggarakan Pasar Keuangan Rakyat (PKR) di Sumbawa Barat? Perluasan akses keuangan merupakan salah satu strategi yang efektif untuk menurunkan tingkat kemiskinan dan meningkatkan stabilitas sistem keuangan. Melalui akses pembiayaan yang mudah dan murah, penciptaan pusat-pusat kegiatan ekonomi baru di berbagai daerah akan dapat terwujud,” kata Ogi, Minggu (29/10).
-
Kenapa OJK mengupayakan perluasan akses keuangan di Jawa Tengah? Otoritas Jasa Keuangan bersama seluruh pemangku kepentingan terus memperluas akses keuangan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendukung pertumbuhan ekonomi di daerah.
-
Apa yang dikatakan OJK mengenai sektor jasa keuangan Indonesia saat ini? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga dan resilien dengan indikator prudensial. seperti permodalan maupun likuiditas yang memadai serta profil risiko yang terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global.
-
Apa yang ingin dicapai OJK dari pengembangan perbankan syariah? Bank syariah saat ini sedang kita coba arahkan untuk memberikan alternatif produkproduk perbankan syariah yang bukan merupakan bayangan dari produk-produk yang sudah ada di perbankan konvensional,” kata Dian.
-
Kenapa OJK mengimbau masyarakat waspada terhadap penipuan keuangan? Masyarakat Indonesia diimbau agar selalu waspada terhadap modus penipuan layanan di sektor jasa keuangan. Pasalnya sudah terjadi penipuan yang merugikan banyak korban.
Adapun Wimboh menjelaskan kondisi terkini industri jasa keuangan baik di sisi pasar modal, maupun perbankan, dalam paparan FGD ADK OJK dengan pemimpin redaksi media massa, Jumat (17/9).
1. Pasar Modal
Wimboh mengatakan kinerja pasar saham (IHSG) tercatat relatif stabil, misalnya IHSG per 14 September 2021 tercatat 6.129,10 atau naik 2,51 persen. Kemudian Yield Surat Berharga Negara (SBN) masih mampu menguat seiring masih tingginya.
Selanjutnya, investor no-residen masih mencatatkan inflow di pasar saham dan SBN. Spread yield UST dibandingkan SBN sedikit mengalami penurunan, hal yang sama juga terjadi penurunan yield pada korporasi di Indonesia.
Sementara itu, kata Wimboh, dilihat dari demand side minat penghimpunan dana dan investasi di pasar modal juga mengalami peningkatan. Investor pasar modal terus meningkat signifikan di tengah pandemi menjadi 5,8 juta, mayoritas oleh investor ritel.
Hal itu bisa terjadi lantaran, “Investor ritel berusia kurang 30 tahun semakin mendominasi dibandingkan tahun lalu dimana Juli tahun 2020 tercatat 46 persen, dan di Juli 2021 tercatat 58 persen. Antusiasme investor ritel menjadi penyumbang tingginya nilai transaksi bursa saham,” ujarnya.
Dari sisi supply side, penghimpunan dana di pasar modal di 2021 telah melampaui nilai di 2020, yaitu sampai dengan 7 September 2021 sebesar Rp 257,9 triliun dari 129 Penawaran Umum (PU), selain itu masih terdapat 74 PU Rp39,05 triliun yang masih dalam pipeline, diperkirakan target 2021 tercapai.
Kemudian, terdapat 35 emiten baru di 2021, dan nilai penawaran umum terbesar dilakukan oleh sektor keuangan.
2. Perbankan
Hampir serupa dengan kondisi pasar saham, bahkan sektor perbankan masih mencatatkan kinerja yang positif. Hal itu terlihat dari beberapa indikator berikut:
- Leading indicator perbankan yang mengalami kenaikan di sisi laba bersih yakni 9,69 persen.
- Dana pihak ketiga per Juli 2021 sebesar Rp 6.966 triliun atau meningkat 10,4 persen Year on Year (YoY) atau 4,51 year to date (ytd) , kredit Juli 2021 juga meningkat 0,5 persen YoY atau 1,83 ytd yakni sebesar Rp 5.564 triliun.
- Risiko likuiditas, AL/NCD 15,66 persen threshold 50 persen, dan AL/DPK 34,36 persen threshold 10 persen.
- Risiko kredit meningkat di Juli 2021 sebesar 3,35 persen dibanding Juli 2020 sebesar 3,22 persen.
- Permodalan, Capital Adequency Ratio (CAR) pada Juli 2021 tercatat 24,67 persen, sedangkan Juli 2020 sebesar 22,96 persen.
Khusus untuk kredit perbankan, kata Wimboh masih mencatatkan pertumbuhan. Kredit UMKM dan Ritel masih mencatatkan pertumbuhan positif, sementara kredit korporasi sedikit terkontraksi secara mtm. "Seiring penurunan mobilitas, kredit modal kerja dan konsumsi mengalami penurunan secara mtm," ujarnya.
Wimboh menyebut, Bank Persero menjadi penopang pertumbuhan kredit. Di mana Bank BUMN dan BPD masih menjadi pendorong pertumbuhan kredit dengan kredit di BUSN memperlihatkan tren kenaikan sejak April 2021.
"Pertumbuhan Kredit ditopang oleh BUKU 4 3,37 persen yoy meskipun sedikit menurun secara mtm," pungkasnya.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)