Omzet pengrajin batik Pekalongan anjlok 50 persen
Naiknya harga BBM bersubsidi diikuti kenaikan harga bahan baku batik.
Sudah beberapa pekan terakhir omzet penjualan batik Pekalongan, mengalami kemerosotan sekitar 50 persen. Kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi membuat daya beli masyarakat berkurang.
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Daerah Kabupaten Pekalongan, Failasuf mengatakan kondisi perbatikan relatif lengang dan sepi pembeli. Sehingga omzet penjualan batik turun.
-
Kapan motif batik kawung diciptakan? Mengutip iwarebatik.org, motif kawung diciptakan oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo, Raja Mataram Islam (1593-1645).
-
Bagaimana para perajin batik Bayat mendapatkan inspirasi motif batik? Untuk motifnya kami membuat menurut kempuan dan kesukaannya, kadang kami dapat daun di kebun itu terus dipetik dan dibuat batik. Ada juga yang terjun ke sawah lalu lihat burung, kemudian dijadikan batik,” terangnya.
-
Apa itu batik kawung? Batik kawung termasuk jenis batik populer yang unik dan menarik. Batik adalah seni tradisional yang menjadi salah satu warisan budaya bangsa. Baju batik, dengan corak dan warnanya yang khas, tidak hanya sekadar pakaian tradisional, tetapi juga menjadi simbol kebanggaan bagi masyarakat Indonesia.
-
Di mana batik encim berasal? Pekalongan adalah kota di pesisir utara Pulau Jawa yang pada zaman dahulu dijadikan sebagai pelabuhan besar untuk disinggahi oleh kapal-kapal dari berbagai penjuru dunia seperti Cina, Arab, dan Eropa.
-
Apa itu batik encim? Batik encim merupakan batik yang telah mendapat pengaruh dari kebudayaan Tiongkok.
-
Siapa yang menciptakan motif batik kawung? Mengutip iwarebatik.org, motif kawung diciptakan oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo, Raja Mataram Islam (1593-1645).
"Naiknya harga bahan baku batik dan turunnya daya beli masyarakat terkait kenaikan harga BBM bersubsidi relatif berpengaruh besar terhadap usaha perbatikan," katanya dilansir Antara, Minggu (7/12).
Naiknya harga BBM bersubsidi kini juga telah diikuti dengan kenaikan harga bahan baku batik. Semisal kain dan obat batik yang mengalami kenaikan hingga 10 persen.
"Kain sutra semula Rp 100.000 per meter kini naik sekitar Rp 110.000/ meter. Oleh karena itu, kami harus pandai berupaya bagaimana usaha kerajinan batik ini bisa tetap bertahan di tengah menurunnya daya beli masyarakat," katanya.
Pengrajin batik tidak hanya dihadapkan pada persoalan kenaikan harga bahan baku kain, obat batik, dan BBM saja melainkan juga naiknya tarif dasar listrik, pajak, serta upah pekerja.
"Biaya operasional batik kian banyak dan membengkak tetapi daya beli masyarakat menurun. Hal inilah yang harus dihadapi perajin batik bagaimana agar usahanya tetap bertahan," katanya.
Untuk mengatasi persoalan yang dihadapi pelaku usaha batik, pemerintah dinilai perlu memberikan kompensasi pada dunia perbatikan agar kestabilan usaha mereka tetap terjaga.
"Kompensasi itu bisa berupa subsidi bahan baku. Kami berharap pada pemerintah mampu mengatasi persoalan yang sedang dihadapi pelaku usaha batik," katanya.
(mdk/noe)