Para Pekerja Ini Rela Tinggalkan Gaji Besar Mencapai Rp5,8 Miliar, Alasannya karena Tak Nyaman
Eric sadar meninggalkan pekerjaan dengan gaji USD370.000 atau setara Rp5,8 miliar per tahun terdengar sangat gila.
Bekerja dengan gaji tinggi pun tidak menjamin Anda nyaman menjalani kehidupan. Seperti yang dialami Vivian Tu.
Para Pekerja Ini Rela Tinggalkan Gaji Besar Mencapai Rp5,8 Miliar, Alasannya karena Tak Nyaman
Para Pekerja Ini Rela Tinggalkan Gaji Besar Rp5,8 Miliar, Alasannya karena Tak Nyaman
Bekerja di sebuah perusahaan multinasional dengan gaji fantastis menjadi impian bagi kebanyakan masyarakat. Perusahaan seperti McKinsey, JPMorgan, Meta hingga perusahaan multinasional lainnya kerap kali menjadi incaran para pencari kerja level internasional.
Namun, bekerja dengan gaji tinggi pun tidak menjamin Anda nyaman menjalani kehidupan. Seperti yang dialami Vivian Tu. Dia merupakan mantan trader di JPMorgan. Dia juga bekerja sebagai sales dan marketing di BuzzFeed.
- Ini Cara Ganjar-Mahfud Wujudkan 17 Juta Lapangan Kerja Baru Jika Menang Pilpres 2024
- Penjualan Rokok Ketengan Bakal Dilarang dan Iklan Diperketat, Pelaku Industri Respons Begini
- Ekonom: Kenaikan Gaji PNS Lebih Tinggi dari Pertumbuhan Ekonomi, Bisa Picu Kesenjangan Sosial
- 10 Negara Pemberi Gaji Tertinggi di Dunia, Ada Mencapai Rp1 Miliar per Tahun
Mengutip Business Insider, keputusannya berhenti dari JPMorgan merupakan pilihan terbaik dalam hidupnya. Dia menyadari bahwa cukup berkompeten dalam melakukan hal lain dengan bayaran yang rasional.
Dia pun mengembangkan keahliannya ke ramah digital dengan membuat akun YouTube bernama "Your Rich BFF".
"Saya menganggap diri saya beruntung dalam karir, karena saya tidak memiliki penyesalan, dan hal ini jarang terjadi. Oleh karena itu, saya berharap kisah saya tentang berpindah pekerjaan dapat menunjukkan kepada orang-orang bahwa loyalitas terhadap perusahaan tidak lagi menjadi hal yang biasa, dan sejujurnya hal itu tidak membuahkan hasil," kata Vivian.
Sama haknya dengan Vivian, Angelina Lu memutuskan keluar dari pekerjaannya sebagai analis bisnis di McKinsey & Company. Angelina mengatakan, bekerja di McKinney sangat dituntut untuk lembur.
"Kami rata-rata bekerja 12-15 jam," ucap Angelina
Angelina keluar dari pekerjaannya karena ingin mengeksplorasi dan mengembangkan aspek lain dalam karirnya. Meski dalam keputusannya itu, dia harus menanggung konsekuensi seperti pemotongan gaji, kehilangan kesempatan untuk mengejar gelar lanjutan yang disponsori oleh McKinsey.
Saat ini, Angelina bekerja sebagai manajer produk di sebuah startup teknologi dan senang melihat dampak yang dihasilkannya.
merdeka.com
Terakhir, ada Eric Yu yang memutuskan berhenti sebagai software engineer di Meta. Dia berhenti karena mengalami serangan panik ketika bekerja di bawah tekanan.
Mengutip Business Insider, Eric bercerita ketika dia mengalami serangan panik saat perusahaan menerapkan kebijakan bekerja dari rumah (work from home).
Eric sadar meninggalkan pekerjaan dengan gaji USD370.000 atau setara Rp5,8 miliar per tahun terdengar sangat gila. Sebab, dia pun menyadari bekerja di Meta selama sisa hidupnya akan menjamin keamanan finansial.
Tetapi dia tahu itu tidak tepat untuknya. Kini, Eric dan tunangannya telah mulai merintis bisnis rumah berbiaya rendah untuk memasuki dunia real estate.
"Pada November 2019, saya mengalami serangan panik pertama saat saya bekerja dari rumah. Saat itu sekitar jam 4 sore, dan kelingking kiri saya mati rasa sepenuhnya. Pada awalnya, saya mengabaikannya, tapi keadaannya menjadi lebih buruk. Satu jam kemudian, telinga saya berdenging, dan jantung saya berdetak sangat kencang," kata Eric.