Petani di Indonesia kebanyakan berusia tua
8,26 juta petani tanaman pangan berusia di atas 54 tahun, sedangkan yang berusia 45-54 tahun hanya 6,5 juta.
Sebagai negara agraris, jumlah petani di Indonesia makin lama makin berkurang. Banyak petani yang akhirnya beralih profesi ke sektor lain. Kalaupun masih ada, petani di Indonesia rata-rata sudah berusia uzur atau didominasi usia tua.
Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah petani tanaman pangan di Indonesia mencapai 26,40 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, yang berusia di atas 54 tahun mencapai 8,26 juta. Untuk petani usia 45-54 tahun sebanyak 6,5 juta.
-
Kapan BPS dibentuk? Sejarah BPS dimulai pada tahun 1960, ketika Biro Pusat Statistik didirikan.
-
Apa yang dimaksud dengan PBI BPJS? PBI BPJS merupakan bagian dari program pemerintah yang bertujuan untuk menanggung biaya iuran BPJS Kesehatan bagi individu atau kelompok yang memenuhi kriteria sebagai penerima bantuan.
-
Apa tugas utama dari BPS? Tugas BPS adalah melaksanakan tugas pemerintahan di bidang statistik sesuai peraturan perundang-undangan.
-
Apa yang dihapus dari BPJS? Kepala Humas BPJS Kesehatan Rizzky Anugerah menjawab pertanyaan publik terkait naiknya iuran ketika Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) berlaku.
-
Bagaimana BPS berperan dalam penyusunan kebijakan pemerintah? BPS memiliki peran yang sangat vital dalam memberikan data statistik yang akurat dan terpercaya. Serta dalam mendukung penyusunan kebijakan pemerintah, dan dalam menunjang kepentingan masyarakat umum.
"Jumlah petani utama dengan usia di atas 54 tahun masih relatif besar," ujar Kepala BPS Suryamin di Kantor BPS, Jakarta, Senin (2/12).
Jumlah petani terbanyak berada di sektor pertanian, mencapai 31,7 juta. Petani sektor peternakan 14,1 juta dan sektor perkebunan 14,7 juta. Sedangkan, jumlah petani sektor penangkapan ikan hanya 927.250 petani.
Sebelumnya, BPS melansir jumlah petani gurem atau petani yang mengolah lahan kurang dari setengah hektar mengalami penurunan 4,77 juta atau 25,07 persen. Pada 2003, jumlah rumah tangga petani gurem mencapai 19,02 juta. Seiring perjalanan waktu, saat ini jumlah rumah tangga petani gurem hanya 14,25 juta.
Penurunan terbesar terjadi di provinsi Jawa Tengah. Jumlah rumah tangga petani gurem turun 1,32 juta atau 28,46 persen. Penurunan ini disebabkan luas lahan yang terlalu kecil, sehingga terpaksa dijual atau disewakan ke orang lain, kemudian mereka beralih profesi ke sektor lainnya.