Penampakan Lukisan Gua di Sulawesi Berusia 51.200 Tahun, Jadi Catatan Manusia Purba yang Pernah Ditemukan
Lukisan manusia purba berusia puluhan ribu tahun ditemukan di Pulau Sulawesi.
Penampakan Lukisan Gua di Sulawesi Berusia 51.200 Tahun, Jadi Catatan Manusia Purba yang Pernah Ditemukan
Lukisan manusia purba berusia puluhan ribu tahun ditemukan di Pulau Sulawesi.
Mengutip laman Science Alert, Jumat (19/7) para ilmuwan berhasil menemukan gambar babi dan manusia pada dinding gua.
Dengan menggunakan teknik mutakhir, para ilmuwan telah menentukan bahwa penggambaran kuno ini dapat mencakup contoh seni figuratif dan naratif tertua yang terungkap di dunia.
Lukisan tersebut ditaksir sudah ada sejak 51.200 tahun yang lalu dan lebih tua dari pemegang rekor sebelumnya.
Adhi Agus Oktaviana dan Maxime Aubert, peneliti dari Universitas Griffith di Australia berhasil menemukan sketsa gambar tersebut.
Lukisan babi yang terlihat samar-samar itu barangkali adalah babi terpenting dalam sejarah manusia.
“Komposisi naratif yang menggambarkan sosok mirip manusia berinteraksi dengan babi, kini menjadi contoh seni representasional dan penceritaan visual paling awal yang diketahui di dunia.”
“Temuan kami menunjukkan bahwa penggambaran figuratif figur antropomorfik dan hewan memiliki asal muasal yang lebih dalam dalam sejarah pembuatan gambar manusia modern (Homo sapiens) daripada yang diketahui hingga saat ini, seperti halnya representasi mereka dalam adegan-adegan yang dibuat,” kata peneliti Universitas Griffith.
Bukti Kekayaan Seni Gua di Sulawesi
Kekayaan seni gua kuno di Sulawesi sudah sejak lama diketahui oleh para Arkeolog.
Pada 2019 lalu, Aubert dan timnya menemukan sebuah pemandangan di sebuah gua bernama Leang Bulu' Sipong 4 di mana sosok mirip manusia berputar-putar bersama binatang berusia hingga 43.900 tahun.
Sebelum temuan babi ada, karya seni gua itu menjadi yang tertua dan teridentifikasi hingga saat ini.
Dua tahun kemudian, lukisan gua lainnya di Sulawesi ditemukan oleh tim yang sama.
Pada saat itu, temuan tersebut memecahkan rekor lukisan tertua yang mewakili objek nyata, dengan gambaran seekor babi yang berasal dari setidaknya 45.500 tahun yang lalu.
Penghitungan Tanggal dengan Metode Baru
Penelitian baru ini menggunakan metode penanggalan baru, dan menemukan bahwa seni Leang Bulu' Sipong 4 tak sekedar lebih tua dari yang diduga yaitu sekitar 48.000 tahun.
Akan tetapi seni sebelumnya yang berada di gua lain yang disebut Leang Karampuang lebih tua dari yang diperkirakan.
Metode mengungkap usia temuan menggunakan teknik baru yang disebut pencitraan seri uranium ablasi laser, dan teknik ini bergantung pada endapan batu kapur di dalam gua.
Saat air merembes melalui batu kapur di gua, ia mengumpulkan sejumlah kecil uranium. Kemudian, ketika air mengalir di atas lukisan gua, ia mengendapkan lapisan kalsit yang terakumulasi secara bertahap selama ribuan tahun.
Proses tersebut tidak cukup untuk menyembunyikan lukisan tersebut, namun cukup untuk meninggalkan lapisan tipis.
Seiring berjalannya waktu, uranium semakin luruh menjadi torium dengan kecepatan yang diketahui secara pasti.
Karena sifat torium tidak larut dalam air, setiap pengukuran unsur dalam lapisan kalsit harus menunjukkan jejak uranium yang membusuk setelah air permukaan menguap atau mengalir.
Penggunaan ablasi laser diperlukan untuk menghilangkan dan mengukur uranium dan thorium dalam sampel.
Metode penanggalan ini memungkinkan peneliti menghitung ulang usia adegan Leang Bulu' Sipong 4.
Kemudian, mereka menerapkannya pada lukisan di Leang Karampuang, dan berhasil menampilkan tiga sosok mirip manusia sedang berinteraksi dengan babi dengan pigmen merah yang sangat samar dan agak terdegradasi.
Proses ini menghasilkan sebuah lukisan gua yang paling relevan dan merupakan representasi figur tertua di dunia, baik yang mirip manusia maupun hewan serta menggambarkan semacam cerita, meskipun detailnya kini hilang selama ribuan tahun.
Lokasi tersebut banyak ditemukan lukisan, Bahkan banyak lukisan gua yang sangat mirip dan sangat tua di Sulawesi, serta di pulau Kalimantan.
Lukisan tersebut menunjukkan bahwa wilayah itu merupakan salah satu wilayah yang sangat penting bagi sejarah budaya Homo sapiens.
“Berdasarkan penelitian penanggalan kami, kini tampaknya penggambaran figur antropomorfik (termasuk therianthropes) yang berinteraksi dengan hewan muncul dalam seni gua Pleistosen Akhir di Sulawesi pada frekuensi yang tidak terlihat di tempat lain hingga puluhan ribu tahun kemudian di Eropa,”
“Ini menyiratkan bahwa budaya bercerita yang kaya berkembang pada periode awal sejarah panjang H. sapiens di wilayah ini – khususnya, penggunaan representasi pemandangan untuk menceritakan kisah visual tentang hubungan manusia-hewan,” kata peneliti Australia.