Arkeolog Takjub, Ukiran Gambar Hewan dan Benda Langit Berusia 2.000 Tahun Ditemukan di Gunung Berbatu
Arkeolog Takjub, Ukiran Gambar Hewan dan Benda Langit Berusia 2.000 Tahun Ditemukan di Gunung Berbatu
Ukiran berbentuk benda-benda langit dan hewan berusia 2000 tahun ditemukan di gunung berbatu
-
Dimana arkeolog menemukan gambar? Lokasi situs ini mengejutkan karena dua alasan, yaitu jaraknya jauh dari sumber air terdekat, Danau Nubia, yaitu lebih dari 97 kilometer, dan lanskap gersang yang tidak ideal untuk beternak hewan bertanduk besar, kata para penulis penelitian.
-
Apa benda yang ditemukan oleh arkeolog? Arkeolog menemukan patung emas yang menggambarkan seorang pejuang tengah menunggang kuda menuju medan pertempuran.
-
Apa yang ditemukan arkeolog? Arkeolog Dikejutkan dengan Penemuan Fosil Dinosaurus Bertangan Mungil Menariknya tangan dinosaurus ini lebih kecil dibandingkan T-Rex. Tyrannosaurus rex dikenal sebagai dinosaurus buas yang memiliki tangan kecil. Kini, kelompok dinosaurus dengan karakteristik seperti itu mendapat anggota baru dengan ditemukannya sebuah spesies dinosaurus baru di Formasi La Colonia, Patagonia, Amerika Selatan.
Arkeolog Takjub, Ukiran Gambar Hewan dan Benda Langit Berusia 2.000 Tahun Ditemukan di Gunung Berbatu
Arkeolog Brasil menemukan banyak pahatan batu berusia 2.000 tahun yang menunjukkan jejak manusia, figur seperti benda langit, dan representasi hewan seperti rusa dan babi hutan.
Penemuan ini dilakukan selama tiga ekspedisi antara tahun 2022 dan 2023 di Taman Negara Bagian Jalapão, yang terletak di Negara Bagian Tocantins.
Dilansir laman Live Science, penelitian bersama Institut Nasional Warisan Sejarah dan Seni Brasil (IPHAN) mengidentifikasi 16 situs arkeologi prakolonial, semuanya terletak di tebing berbatu yang berdekatan satu sama lain.
"Kedekatan ini menunjukkan kemungkinan adanya hubungan antara situs-situs tersebut dan memperjelas pola pemukiman masyarakat kuno yang mendiami wilayah tersebut," ujar Rômulo Macêdo, arkeolog yang memimpin penelitian ini, kepada Live Science melalui Whatsapp.
Banyak ukiran yang baru ditemukan dibuat dengan mengikis bebatuan. Tim juga menemukan lukisan merah di beberapa lokasi.
Macêdo mengatakan, "Kemungkinan lukisan-lukisan itu lebih tua dari ukirannya, dan dibuat oleh kelompok budaya lain."
Marcos Zimmermann, profesor arkeologi di Universitas Federal Tocantins, Brasil yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan kepada Live Science melalui WhatsApp, temuan seni cadas ini "langka dan penting" karena hingga saat ini, arkeolog hanya menemukan artefak batu dari masyarakat adat prakolonial Jalapão.
Artefak keramik dan perkakas batu yang ditemukan di situs arkeologi di Jalapão mungkin merupakan benda-benda penting untuk menghasilkan karya seni.
"Ukiran-ukiran itu mungkin dibuat dengan menggunakan batu runcing dan potongan-potongan kayu, sementara pigmen-pigmen lukisan dihasilkan dari penghancuran mineral besi yang sangat berlimpah di wilayah tersebut; bubuknya kemudian dicampur dengan lemak hewan atau tumbuhan dan dioleskan ke batu dengan menggunakan jari-jari tangan atau tongkat," kata Macêdo.
Temuan di Jalapão belum dipelajari secara menyeluruh, tetapi mereka memiliki kesamaan teknis dan tematik dengan situs arkeologi lain di berbagai negara bagian Brasil, menurut Macêdo, yang menunjukkan seni cadas tersebut berasal dari sekitar 2.000 tahun lalu.
"Analisis lebih lanjut dari seni cadas dan penggalian arkeologi di situs-situs tersebut akan memberikan informasi baru mengenai cara hidup dan spiritualitas kelompok-kelompok masyarakat adat ini," katanya.
Temuan-temuan ini juga dapat menjelaskan "khasanah simbolis populasi prakolonial," tambah Macêdo.
Taman Negara Bagian Jalapão memiliki luas sekitar 34.000 km persegi dan terdiri dari bukit pasir, sungai, dan formasi bebatuan raksasa.
Zimmermann menyatakan arkeologi Jalapão masih sangat sedikit dan sebagian besar berkonsentrasi pada studi arkeologi penyelamatan yang disebabkan oleh perkembangan infrastruktur atau pertanian.
Koordinator umum penelitian di Pusat Arkeologi Tocantins (NUTA) ini, mengatakan beberapa bagian negara bagian ini telah menghasilkan artefak yang berasal dari antara 425 dan 12.000 tahun yang lalu, termasuk keramik dan mata panah.
Terlepas dari pentingnya penemuan-penemuan ini, taman nasional ini menghadapi ancaman seperti erosi, vandalisme, dan penggundulan hutan.
IPHAN telah mengumumkan rencana untuk berkolaborasi dengan lembaga-lembaga penelitian untuk mengembangkan proyek-proyek guna melestarikan dan menyebarluaskan warisan arkeologi di kawasan ini. "Batu pasir, bersama dengan faktor lingkungan seperti angin dan matahari, merusak lukisan cadas," kata Zimmermann.