Prajogo Pangestu tambah kepemilikan saham di Barito Pacific
BRPT menggunakan hasil PUT II untuk mengakuisisi Star Energy. Sebagai produsen energi panas bumi terbesar di Indonesia dan kedua di dunia berdasarkan kapasitas produksi, Star Energy akan membantu diversifikasi pendapatan BRPT dengan arus kas kontraktual jangka panjang.
Pendiri dan pemilik Grup Barito Pacific (BRPT), Prajogo Pangestu memperbesar kepemilikan saham di perusahaannya, setelah sebelumnya juga sempat menggunakan haknya dalam rights issue. Prajogo melakukan pembelian 22,9 juta saham dari publik yang meningkatkan kepemilikannya menjadi 77,1 persen.
Sebelumnya, dalam PUT II (rights issue) yang telah selesai pada Juni 2018, Prajogo Pangestu telah melaksanakan haknya sebesar Rp 7,4 triliun dan melakukan pemesanan tambahan sebesar Rp 1,4 triliun pada harga Rp 2.330 per saham yang meningkatkan kepemilikannya dari 71,2 persen menjadi 77,1 persen.
-
Kapan PT Tera Data Indonusa Tbk melantai di bursa saham? Bahkan pada 2022, saat pandemi berlangsung, perusahaan ini berani mengambil langkah melantai di bursa saham.
-
Kapan Bursa Berjangka Aset Kripto diluncurkan? Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan meluncurkan Bursa Berjangka Aset Kripto di Jakarta, Jumat (28/7).
-
Kapan Bursa Karbon Indonesia resmi diluncurkan? Presiden Jokowi mengatakan ingin mengurangi dampak perubahan iklim yang saat ini terjadi di beberapa negara termasuk Indonesia. ”Karena memang ancaman perubahan iklim sangat bisa kita rasakan dan sudah kita rasakan. Dan, kita tidak boleh main-main terhadap ini, kenaikan suhu bumi, kekeringan, banjir, polusi, sehingga dibutuhkan langkah-langkah konkret untuk mengatasinya,” kata Presiden Jokowi.
-
Siapa yang merencanakan aksi teror di Bursa Efek Singapura? Pendalaman itu dibenarkan Juru Bicara Densus 88 Antiteror Polri Kombes Aswin Siregar bahwa YLK memang hendak merencanakan aksi teror ini pada 2015 silam.
-
Kenapa harga saham bisa naik turun? Salah satu yang sering jadi dilema adalah harga saham yang begitu cepat naik turun bagaikan roller coaster. Jadi, sebenarnya apa sih penyebab harga saham bisa naik turun?
-
Kenapa Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) diluncurkan? Tujuan bursa karbon sendiri untuk mencipatakan insentif bagi perusahaan dan negara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dengaan menyediakan mekanisme untuk membeli dan menjual izin emisi atau kredit karbon.
BRPT menggunakan hasil PUT II untuk mengakuisisi Star Energy. Sebagai produsen energi panas bumi terbesar di Indonesia dan kedua di dunia berdasarkan kapasitas produksi, Star Energy akan membantu diversifikasi pendapatan BRPT dengan arus kas kontraktual jangka panjang.
Menurut Kepala Analis Narada Kapital Indonesia, Kiswoyo Adi Joe, prospek bisnis BRPT akan meningkat pasca akuisisi Star Energy. Merujuk harga saham BRPT saat ini, menurut Kiswoyo sangat murah. Dia melihat, aksi penambahan saham Prajogo di Barito merupakan kepedulian dan optimisme owner terhadap perusahaannya. Tentunya, hal itu akan menjadi sentimen positif bagi investor publik maupun ritel.
"Efeknya bagus, sebagai owner atau pemilik melihat harga saham BRPT saat ini sudah murah sekali. BRPT masih di bawah harga wajar, hal ini bisa menjadi menjadi sentimen positif bagi investor publik dan institusi untuk masuk," ujar Kepala Analis Narada Kapital Indonesia, Kiswoyo Adi Joe seperti dikutip dari Antara Jakarta, Kamis (12/7).
Langkah korporasi ini diyakin tidak akan membuat bingung investor terkait harga wajar BRPT di pasar saham Indonesia. "Ownernya saja berani, apalagi investornya. Investor sebelumnya bingung, karena orang tahu kan sebelum harga naik, pasti harus masuk. Jadi ini akan banyak masuk dari para investor," ucap Kiswoyo.
Berdasarkan perhitungan yang ada, harga saham Barito akan makin meningkat pula. Dia memperkirakan, posisi harga saham Barito bisa mencapai Rp 3.000 per saham.
Kenaikan harga saham Barito ditopang bisnis Barito Pacific tidak memiliki kompetitor. Sehingga, bisnis yang dijalankannya akan melenggang terus. Pada akhirnya berdampak baik bagi kinerja keuangan perseroan ke depannya.
"Kinerja BRPT utamanya ditopang oleh Chandra Asri/TPIA dengan bisnis petrokimianya. Di sini kan kebutuhan petrokimia masih banyak dipenuhi impor. Di Indonesia hanya grup Barito satu-satunya perusahaan petrokimia yang terintegrasi dan terbesar di Indonesia. Ditambah lagi ada Star Energy, maka akan memberikan nilai tambah lebih bagi Barito," sebut dia.
Seperti diketahui, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk., anak entitas BRPT yang merupakan satu-satunya perusahaan petrokimia terintegrasi dan terbesar di Indonesia, baru-baru ini telah menyelesaikan pemilihan teknologi untuk komplek petrochemical kedua dengan perkiraan investasi sekitar USD 4- USD 5 miliar. Komplek petrokimia kedua akan terdiri dari 1,1 MMTA ethylene dengan berbagai produk hilir, yang ditargetkan beroperasi pada awal tahun 2024.
BRPT juga memiliki operasi greenfield sebagai produsen listrik independen melalui kerja sama dengan PT Indonesia Power untuk proyek pembangkit listrik PLTU Suralaya 9-10 Ultra Super Critical (2 x 1.000 MW) dengan total biaya proyek sebesar USD 3.1 Miliar. Proyek tersebut telah mengumumkan pemilihan EPC dan menargetkan financial closing pada kuartal I-2019.
Analis dari AAEI, Reza Priyambada menjelaskan, aksi penambahan kepemilikan saham yang dilakukan oleh Prajogo di Barito merupakan sikap kepercayaan pemilik terhadap perusahaannya. Apalagi, setelah Barito sukses mengakuisisi Star Energy. Jadi, ada potensi positif yang akan dikejar perusahaan.
"Bayangkan energi terbarukan belum sepenuhnya digunakan. Ke depan secara bertahap akan menggantikan minyak bumi dan batu bara, dan energi ini bisa dipebarui serta ini lebih murah dari pada batu bara dan minyak bumi. Jadi prospek energi panas bumi yang dimiliki Star Energy ini akan bagus ke depannya dan potensi bisnis Barito masih akan terus berkembang," tegas Reza.
Harga saham yang masih terbilang murah, Reza menyebutkan, maka pemilik menambah lagi porsi kepemilikan saham di perusahaannya. Bisa dipastikan, ada agenda yang bagus, setelah Prajogo menambah lagi kepemilikan sahamnya di Barito Pacific.
"Ini prospek positif, karena aksi korporasi Barito ini terbilang afiliasi yah. Meski afiliasi, kinerjanya akan bagus. Barito ada Chandra Asri dan Star Energy, dua bisnis itu yang membantu kinerja Barito, jadi masih bagus untuk investor masuk ke bisnis di Barito," pungkas Reza.
(mdk/idr)