Produsen Serat Kain RI Target Tembus Pasar Turki hingga Pakistan
Direktur APR, Basrie Kamba mengatakan, saat ini APR telah mengoperasi pabriknya yang berlokasi di Riau dengan nilai Rp 10,9 triliun. Fasilitas produksi tersebut mampu menghasilkan viscose rayon hingga 240 ribu ton per tahun.
Produsen serat kain viscose rayon nasional, Asia Pasific Rayon (APR) mengincar pasar ekspor ke empat negara di kawasan Asia. Hal ini seiring dengan potensi pertumbuhan kebutuhan serat kain tersebut di pasar global.
Direktur APR, Basrie Kamba mengatakan, saat ini APR telah mengoperasi pabriknya yang berlokasi di Riau dengan nilai Rp 10,9 triliun. Fasilitas produksi tersebut mampu menghasilkan viscose rayon hingga 240 ribu ton per tahun.
-
Kenapa bisnis baju bekas impor dilarang di Indonesia? Presiden Jokowi mengungkapkan bisnis baju bekas impor ilegal sangat mengganggu industri tekstil dalam negeri.
-
Bagaimana Kemendag memfasilitasi eksportir Indonesia di pameran EIM? “Kemendag memfasilitasi puluhan eksportir Indonesia untuk memamerkan produk-produk potensial melalui pameran EIM agar pangsa pasar produk Indonesia di negara Meksiko semakin luas,” tambahnya.
-
Apa yang menunjukkan pertumbuhan industri manufaktur Indonesia? Geliat pertumbuhan ini dapat terlihat dari peningkatan permintaan baru yang menunjukkan aktivitas produksi yang semakin terpacu.
-
Mengapa industri tembakau dianggap vital bagi perekonomian Indonesia? Setidaknya dalam beberapa tahun terakhir, industri tembakau telah berkontribusi kepada penerimaan negara sebesar ratusan triliun rupiah setiap tahunnya.
-
Bagaimana Kemendag melindungi industri dalam negeri dari serbuan barang impor? Sebaliknya, Kementerian Perdagangan akan menggunakan otoritas yang dimiliki untuk melindungi industri dalam negeri dari serbuan barang impor. Yaitu melalui pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) dan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) atau safeguard.
-
Kenapa Gulat Manurung menganggap pembentukan aturan ISPO seperti skenario untuk menjatuhkan pelaku industri sawit di Indonesia? Menurut dia, aturan ISPO ini seperti skenario untuk menjatuhkan para pelaku industri sawit di Tanah Air.
"Kami produsen viscose rayon yang terintegrasi satu-satunya di Asia Tenggara. Lokasinya ada di Riau. Kapasitas 240 ribu ton per tahun," ujar dia di kawasan Kemayoran, Jakarta, Jumat (29/3).
Dari jumlah kapasitas produksi tersebut, lebih dari 50 persennya ditujukan untuk pasar ekspor. Meski saat ini kebutuhan global akan viscose rayon masih terhitung kecil, namun ke depannya diperkirakan akan terus meningkat.
"Lebih dari 50 persen kita tujukan untuk ekspor. Dan sisanya tentu saja untuk domestik karena kita kan masih bergantung pada bahan baku dari luar. Kebutuhan global (saat ini) 5,6 juta ton, itu pun hanya 3 persen dari kebutuhan tekstil dunia. Tapi nanti di 2020 kebutuhannya itu akan menjadi 8 juta ton, itu pun masih 7 persen. Di indonesia, saya tidak ada angka pasti tetapi impor viscose di 2017 itu sebesar USD 149 juta," jelas dia.
Untuk tahap awal, APR mengincar empat negara untuk menjadikan pasar ekspor produknya, yaitu Turki, Pakistan, Bangladesh dan Vietnam.
"Untuk ekspor, pasar kami sementara Turki, Pakistan, Bangladesh dan Vietnam. Memang viscose ini kebanyakan memang untuk pakaian muslim karena dia bahannya jatuh, ringan. Ini juga dipakai untuk brand-brand besar seperti H&M dan lain-lain," tandas dia.
Reporter: Septian Deny
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Genjot Ekspor, Japnas Gandeng Organisasi Pengusaha Muda Thailand
Gaikindo Dorong Pemerintah Ekspor Mobil ke Australia
Faisal Basri Sindir Cara Pemerintah Ancam Boikot Produk Uni Eropa
Kejar Target Ekspor USD 15 Miliar, Pameran Industri Tekstil Kembali Digelar di RI
Penyumbang Ekspor dan Devisa Besar, Industri Jasa Diminta Dioptimalkan
Pemerintah Diminta Terapkan Strategi Menyerang Hadapi Ketidakpastian Global