Profil Israel Katz, Menteri Pertahanan Baru Israel Pengganti Yoav Gallant
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memecat Menteri Pertahanan Yoav Gallant dan menunjuk Israel Katz sebagai penggantinya.
Pada Selasa malam, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memecat Menteri Pertahanan Yoav Gallant dan menunjuk Israel Katz sebagai penggantinya. Katz merupakan seorang politisi senior dari partai Likud.
Katz yang berusia 69 tahun telah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri sejak 2019 dan dikenal sebagai sekutu setia Netanyahu. Katz ditunjuk lantaran hubungan Netanyahu dan Gallant semakin memburuk terkait penanganan konflik yang berlangsung di Gaza dan Lebanon.
- Mantan Panglima Perang Israel Ungkap Tak Ada Lagi yang Bisa Dilakukan Tentara Israel di Gaza
- Profil Yoav Gallant, Menteri Pertahanan Israel yang Dipecat Benjamin Netanyahu
- Demo Besar-besaran Guncang Tel Aviv, Demonstran Sebut Netanyahu Pengkhianat
- Netanyahu Pecat Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, Terungkap Karena Hal Ini
Katz dikenal sebagai seorang politisi garis keras dan dipandang sebagai figur yang lebih patuh terhadap arahan Netanyahu. Berbeda dengan Gallant yang cenderung memiliki pandangan berbeda dalam beberapa isu.
Setelah kemenangan Donald Trump dalam pilpres yang diumumkan pada hari Rabu, Katz mengungkapkan di media sosial bahwa Amerika Serikat dan Israel akan memperkuat aliansi AS-Israel, membawa kembali para sandera, dan berdiri teguh untuk mengalahkan poros kejahatan yang dipimpin oleh Iran.
Profil Israel Katz
Dilansir dari Al Jazeera, Katz lahir di Ashkelon pada tahun 1955. Katz bergabung dengan militer Israel pada tahun 1973. Saat itu, Katz bertugas sebagai penerjun payung selama empat tahun sebelum melanjutkan pendidikan di Universitas Ibrani Yerusalem.
Katz pertama kali mencoba memasuki dunia politik pada 1992 dan 1996, namun baru berhasil memperoleh kursi di Knesset pada 1998. Sejak itu, Katz telah memegang berbagai jabatan penting, termasuk Menteri Pertanian, Transportasi, Intelijen, Energi, Keuangan, dan dua kali menjabat sebagai Menteri Luar Negeri.
Beberapa kebijakan yang ia terapkan selama menjabat dianggap menguntungkan bagi pihak tertentu, misalnya komunitas Ortodoks konservatif Israel dan pemukim sayap kanan.
Hal itu menjadikannya sosok yang mendukung visi Netanyahu mengenai masa depan Israel dan wilayah sekitarnya. Beberapa analis memprediksi dapat mencakup pengusiran dan pembersihan etnis di Gaza serta Tepi Barat, serta kebijakan terhadap Lebanon selatan.
Kemungkinan Adanya Kebijakan Keras Terhadap Palestina
Berbeda dengan Gallant yang memiliki hubungan lebih dekat dengan Amerika Serikat, Katz sering terlibat dalam konflik dengan organisasi internasional, terutama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Ia adalah salah satu figur utama di balik upaya Israel untuk menghentikan pendanaan UNRWA, yang pada bulan lalu dilarang beroperasi di Yerusalem Timur oleh Knesset.
Katz juga dikenal dengan sikap keras terhadap Palestina. Sejak 2011, ia menyerukan pemutusan hubungan dengan Palestinian Authority (PA) dan baru-baru ini berjanji untuk memecah dan membubarkan PA jika PBB terus mengajukan resolusi terhadap Israel.
Pada Agustus lalu, ia juga mendesak pengusiran warga Palestina dari Tepi Barat yang diduduki dengan alasan untuk menangani ancaman teror dengan cara yang lebih tegas. Hal ini serupa dengan tindakan terhadap infrastruktur teror di Gaza.
Dengan dilantiknya Katz sebagai Menteri Pertahanan, banyak yang memperkirakan bahwa kebijakan Israel terhadap Palestina dan negara-negara tetangga akan semakin keras dan lebih mengikuti visi Netanyahu untuk wilayah tersebut.
Reporter Magang: Thalita Dewanty