Alasan warga perbatasan pilih gunakan Ringgit daripada rupiah
"Kalau mau beli kan pakai ringgit cuma bawa berapa lembar, kalau pakai rupiah itu bawa berlembar-lembar" ucap Lambok.
Bank Indonesia (BI) terus menekankan penggunaan rupiah di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu cara yang telah dilakukan bank sentral adalah dengan melakukan penukaran rupiah rutin ke pelosok tanah air termasuk pulau terdepan Indonesia.
Ternyata tidak hanya masalah penukaran uang lusuh, redenominasi atau pemotongan tiga nol belakang di tiap mata uang dinilai juga perlu. Hal ini berkaca dari masyarakat Indonesia bagian barat yang cenderung menggunakan ringgit karena mempunyai nilai tukar yang tinggi.
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Apa yang dijelaskan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengenai redenominasi rupiah? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
-
Siapa yang memimpin rencana redenominasi rupiah di Indonesia? Rencana penyederhanaan mata uang telah digulirkan oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia (BI) melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 77/PMK.01/2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2020-2024.
-
Bagaimana Bank Indonesia memastikan bahwa rencana redenominasi rupiah tetap berjalan? Bank Indonesia pun memastikan bahwa rencana redenominasi rupiah atau Rp1.000 ke Rp1 masih terus berjalan. Bahkan, Bank Indonesia sudah siap dengan skenario dalam penerapan redenominasi rupiah ini.
-
Kapan redenominasi rupiah akan diimplementasikan? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
-
Kapan redenominasi rupiah pertama kali direncanakan di Indonesia? Di Indonesia, redenominasi telah dicanangkan sejak tahun 2010.
Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia Lambok Antonius mendapati masyarakat di perbatasan Indonesia bagian Barat yang lebih cenderung menggunakan Ringgit dengan nilai tukar yang lebih tinggi, Lambok berharap proses redenominasi bisa segera terlaksana.
"Kalau mau beli kan pakai ringgit cuma bawa berapa lembar, kalau pakai rupiah kan itu bawa berlembar-lembar. Makanya perlu redenominasi itu," kata Lambok di Gedung Bank Indonesia, Jumat (7/6).
Masyarakat di perbatasan Indonesia bagian Timur dan perbatasan Indonesia bagian Barat ternyata juga punya perbedaan dalam hal penggunaan uang kesehariannya. "Yang daerah timur, misalnya perbatasan Papua dengan Papua Nugini itu kecenderungannya mereka gunakan rupiah. Tapi yang barat itu cenderung (gunakan) ringgit," tambahnya.
Proses redenominasi sendiri, lanjut Lambok, saat ini sudah masuk dalam tahap konsultasi publik. Sedangkan penerapannya masih menunggu persetujuan RUU Redenominasi oleh DPR. "Sekarang baru tahap konsultasi publik. RUU sekarang sudah sampai DPR, semoga segera dibahas," tutup Lambok.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memberi penekanan pentingnya penggunaan mata uang rupiah dalam menjaga supremasi di wilayah-wilayah Tanah Air. Hal ini berkaca dari sengketa dengan negara tetangga yang pernah terjadi.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald Waas mengatakan, pada 17 Desember 2002 lalu, Indonesia harus rela kehilangan dua pulaunya, yakni Sipadan dan Ligitan yang jatuh ke tangan Malaysia.
"Kita pernah kehilangan dua pulau, Sipadan dan Ligitan. Kita tidak mau ini terjadi lagi. Pertimbangan Mahkamah Internasional kala itu, transaksi di sana tidak menggunakan rupiah tapi mata uang negara tetangga," ucap Ronald di Gedung Bank Indonesia, Rabu (5/6).
(mdk/idr)