Risiko ketidakpastian investasi migas masih tinggi
Sejak 2003, sekitar USD 1,6 miliar biaya investasi tidak bisa dikembalikan lantaran mereka gagal melakukan pengeboran.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan investasi di sektor migas masih memiliki risiko tinggi. Investor pun berpikir ulang untuk menanamkan modal di sektor migas. Buktinya, dari 309 kontrak migas, baru 40 yang beroperasi.
"Satu pengeboran yang dilakukan Exxon menghabiskan USD 200 juta itu pun tidak berhasil," kata Wakil Ketua SKK Migas Johanes Wijonarko dalam diskusi bertajuk 'Kriminalisasi Kebijakan Korporasi' di Universitas Paramadina, Jakarta, Rabu (8/5).
-
Bagaimana cara membagi anggaran untuk investasi? Martua menyarankan adanya pembagian porsi alokasi anggaran untuk berinvestasi.“Untuk pemula, secara umum bisa dialokasikan dengan pembagian 40% - 30% - 20% dan 10%," rinci Martua.
-
Kapan orang kaya berinvestasi? Orang kaya berinvestasi untuk jangka panjang dan tidak panik saat pasar bergejolak.
-
Siapa saja yang hadir dalam kegiatan misi dagang dan investasi di Bengkulu? Bertempat di Hotel Grage Bengkulu, Senin (3/7), kegiatan misi dagang dan investasi ini dihadiri langsung oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Sekretaris Daerah Bengkulu Hamkah Sabri, Direktur Utama bankjatim Busrul Iman, Kepala OPD Jawa Timur dan Bengkulu serta Pimpinan BUMD Jawa Timur lainnya.
-
Gimana cara mitigasi bencana melindungi investasi dan sumber daya manusia? Pentingnya mitigasi terletak pada upaya membangun ketahanan masyarakat dan infrastruktur terhadap ancaman bencana. Melalui konsep ini, mitigasi berfungsi sebagai investasi jangka panjang untuk melindungi investasi dan sumber daya manusia.
-
Siapa yang mendorong investasi masuk ke daerah agar berkolaborasi dengan UMKM setempat? Di sisi lain, pihaknya mendorong setiap investasi yang masuk ke daerah, wajib berkolaborasi dengan pengusaha-pengusaha dan pelaku UMKM setempat.
-
Mengapa korban mau berinvestasi pada bisnis tersangka? Korban tidak langsung terima. Tetapi karena terus dibujuk, akhirnya korban mau berinvestasi dengan mentransfer uang pertama kali sebesar Rp13 juta.
Sejak 2003 hingga 2013, sekitar USD 1,6 miliar biaya investasi tidak bisa dikembalikan lantaran mereka gagal melakukan pengeboran. Johanes menyebutkan, cadangan migas Indonesia hanya 0,2 persen dari cadangan dunia. Indonesia sendiri saat ini hanya mampu memproduksi minyak 840.000 barel per hari.
Produktivitas minyak turun jauh bila dibandingkan pada periode 1996-1997. Pada periode tersebut, Indonesia mampu memproduksi minyak 1,5 juta barel per hari.
"Lapangan Minas ditemukan tahun 40-an, sekarang masih berproduksi. 40 persen produksi migas disumbang Chevron, pendapatannya USD 36 miliar, jadi satu hari pendapatan kita Rp 1 triliun, kalau terganggu bagaimana investasi ke depan," kata Johanes menjawab tantangan migas masa depan.
(mdk/noe)