Rupiah Melemah Tertekan Kenaikan Imbal Hasil Obligasi AS
Rupiah dibuka di Rp14.145 per USD, melemah dibanding penutupan di perdagangan sebelumnya di Rp14.122 per USD. Rupiah masih melanjutkan pelemahan usai pembukaan ke posisi Rp14.166 per USD. Meski sempat menguat tipis, Rupiah kemudian bergerak stagnan dan saat ini berada di Rp14.163 per USD.
Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan hari ini, Jumat (22/10). Pagi tadi, Rupiah dibuka di Rp14.145 per USD, melemah dibanding penutupan di perdagangan sebelumnya di Rp14.122 per USD.
Mengutip data Bloomberg, Rupiah masih melanjutkan pelemahan usai pembukaan ke posisi Rp14.166 per USD. Meski sempat menguat tipis, Rupiah kemudian bergerak stagnan dan saat ini berada di Rp14.163 per USD.
-
Apa yang dimaksud dengan nilai tukar Dolar Singapura dan Rupiah? Nilai tukar antara Dolar Singapura dan Rupiah mencerminkan perbandingan nilai antara mata uang Singapura (SGD) dan mata uang Indonesia (IDR).
-
Kapan Pejuang Rupiah harus bersiap? "Jangan khawatir tentang menjadi sukses tetapi bekerjalah untuk menjadi signifikan dan kesuksesan akan mengikuti secara alami." – Oprah Winfrey
-
Kapan Ayat Seribu Dinar turun? Ayat seribu dinar adalah sebutan untuk dua ayat dalam Surat At Thalaq, yaitu ayat 2 bagian akhir dan ayat 3 seluruhnya.
-
Apa yang membuat Pejuang Rupiah istimewa? "Makin keras kamu bekerja untuk sesuatu, makin besar perasaanmu ketika kamu mencapainya."
-
Apa itu Rupiah Digital? Rupiah Digital merupakan uang Rupiah yang memiliki format digital.
-
Kenapa seni rupa penting? Seni rupa, sebagai salah satu cabang seni yang sangat beragam dan kaya akan ekspresi kreatif, telah memberikan sumbangan berharga dalam menggambarkan kompleksitas dunia visual.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta masih lanjut melemah tertekan kenaikan imbal hasil atau yield obligasi pemerintah Amerika Serikat.
"Nilai tukar rupiah mungkin bisa melemah lagi hari ini terhadap dolar AS seiring dengan kenaikan yield obligasi pemerintah AS terutama tenor 10 tahun yang menembus kisaran 1,7 persen," kata Ariston di Jakarta, dikutip Antara, Jumat (22/10).
Kenaikan imbal hasil obligasi AS tersebut menyusul data klaim tunjangan pengangguran mingguan AS yang dirilis semalam di mana hasilnya menunjukkan jumlah klaim yang di bawah ekspektasi.
Data klaim tunjangan pengangguran awal atau initial jobless claim AS pada pekan yang berakhir 16 Oktober lalu turun menjadi 290 ribu klaim, lebih rendah dibandingkan pekan sebelumnya (296 ribu klaim) maupun perkiraan konsensus (300 ribu klaim).
"Ini artinya warga yang menganggur mulai berkurang. Dan hasil ini akan mendukung kebijakan pengetatan bank sentral AS," ujar Ariston.
Ariston menyampaikan, pelaku pasar juga mewaspadai perkembangan isu utang raksasa properti asal China Evergrande di mana perusahaan tersebut dikabarkan kesulitan menjual anak perusahaannya yang rencananya hasil penjualan tersebut akan digunakan untuk membayar utang.
"Di sisi lain, pasar masih optimis dengan laporan keuangan perusahaan terdaftar di bursa yang mengindikasikan perbaikan pertumbuhan ekonomi global yang mungkin bisa menahan penguatan dolar AS," jelasnya.
Ariston mengatakan rupiah hari ini akan bergerak melemah ke kisaran Rp14.150 per USD dengan potensi penguatan di kisaran Rp14.100 per USD.
Baca juga:
Kurs Rupiah Ditutup Melemah Ke Level Rp14.130 per USD
Hari Ini, Rupiah Ditutup Menguat di Rp14.076 per USD
Jelang Libur Maulid Nabi, Kurs Rupiah Ditutup Menguat ke Rp14.076 per USD
Bank Indonesia Klaim Pelemahan Rupiah Masih Lebih Baik Dibanding Ringgit Malaysia
Rupiah Ditutup Melemah di Tengah Ekspektasi Tapering The Fed
CEK FAKTA: Tidak Benar Bank Indonesia Kembali Mencetak Uang Logam Rp100.000