Strategi Bisnis Miliarder India yang Bisa Jadi Inspirasi Merintis Usaha
Gautam Adani, seorang miliarder, menegaskan bahwa keberhasilan bisnis sangat bergantung pada pelayanan yang baik kepada pelanggan.
Miliarder Gautam Adani menegaskan bahwa kunci keberhasilan bisnis terletak pada pelayanan kepada pelanggan.
Dalam sebuah postingan di akun X miliknya pada 8 Januari lalu, Gautam Adani mengungkapkan rasa terima kasihnya atas pencapaian luar biasa Bandara Internasional Chhatrapati Shivaji Maharaj (CSMIA) di Mumbai.
-
Bagaimana BSI ingin memperkuat bisnisnya? Menurut Gunawan, saat ini BSI sedang fokus untuk memperkuat bisnis secara organic guna mendukung visi menjadikan BSI sebagai salah satu top ten global Islamic Bank.
-
Bagaimana Gusti membangun bisnis mebelnya? Dari tantangan awal yang berat, ia kemudian membangun bisnis mebel dengan kerja keras dan strategi yang matang. Hasil itu kemudian terbayar, dengan hadirnya inovasi perlengkapan rumah tangga seperti lemari, meja hingga sofa yang estetik.
-
Bagaimana Sukanto Tanoto melebarkan sayap bisnisnya? Setelah sukses menjalankan bisnis kayu di Indonesia, melansir dari beberapa sumber Tanoto mulai melebarkan sayap bisnisnya dengan mendirikan kelompok usaha bisnis.
-
Bagaimana Alfred Budiman mengatasi kendala di bisnis tauge? Pasti yang namanya kegagalan pernah dialami pengusaha. Kaya waktu tiga bulanan lalu, yang kadang tidak dimengerti adalah kita beli bahan baku di tempat yang sama, di toko yang sama, merek sama, tapi hasilnya bisa beda dan ini banyak yang tidak bisa dipanen.
-
Kapan Ardhan Leemy memulai bisnis propertinya? Saat ini, di usianya yang menginjak 24 tahun, Ardhan Leemy telah menjelma menjadi seorang pengembang perumahan yang sukses. Ia memulai usaha bisnis propertinya sendiri pada tahun 2020.
-
Bagaimana Aqila berbisnis? Aqila tampaknya mengikuti kegiatan di sekolahnya yang mengajarkan siswa menjadi wirausahawan sejak dini.
Bandara ini berhasil meraih Akreditasi Level 5 dari Airports Council International (ACI) untuk kategori "Pengalaman Pelanggan," menjadikannya sebagai bandara pertama di India dan ketiga di dunia yang mendapatkan penghargaan prestisius ini.
Untuk informasi, Bandara Mumbai dikelola oleh Adani Airport Holdings Limited, yang merupakan salah satu anak perusahaan dari konglomerat yang dimiliki oleh Gautam Adani.
Dikutip dari etnownews pada Minggu, (12/1), Adani menyebut penghargaan ini sebagai pencapaian penting dan mendorong seluruh karyawan bandara untuk terus mengutamakan kepuasan pelanggan.
"Tidak ada bukti kesuksesan bisnis yang lebih besar daripada kemampuan perusahaan melayani pelanggannya," tulisnya.
Penghargaan yang diraih oleh Bandara Mumbai ini berkat pendekatan berbasis data, pemanfaatan teknologi digital, dan fokus terhadap kenyamanan penumpang.
CSMIA juga mencatat pertumbuhan yang signifikan, dengan melayani 4,77 juta penumpang pada November 2024, yang terdiri dari 3,40 juta penumpang domestik dan 1,37 juta penumpang internasional.
Jeet Adani, yang merupakan putra dari Gautam Adani, dalam unggahannya turut merayakan pencapaian ini sebagai langkah besar untuk memperkuat posisi Bandara Adani sebagai pemimpin global dalam layanan penumpang.
Ia mengajak seluruh tim untuk terus memberikan pelayanan terbaik bagi para pelancong. Dengan penghargaan ini, Bandara Mumbai menetapkan standar baru dalam pengalaman pelanggan dan berkomitmen untuk menyediakan perjalanan yang lebih lancar serta menyenangkan bagi semua penumpang.
Miliarder Gautam Adani mengalami kerugian sebesar Rp 872,33 triliun akibat tuduhan kasus suap
Pada Rabu, 27 November 2024, konglomerat India yang tergabung dalam grup Adani melaporkan bahwa mereka telah kehilangan kapitalisasi pasar hampir USD 55 miliar, yang setara dengan sekitar Rp872,33 triliun, berdasarkan kurs dolar AS yang diperkirakan di angka 15.860.
Penurunan ini terjadi setelah jaksa di AS mengungkapkan tuduhan bahwa pendiri grup Adani, Gautam Adani, dan beberapa pejabat lainnya terlibat dalam penipuan.
Mengutip dari Channel News Asia, pada 20 November 2024, muncul dakwaan mengejutkan di New York, AS, yang menuduh miliarder Gautam Adani dan timnya sengaja menyesatkan para investor global sebagai bagian dari skema suap.
Dalam dakwaan tersebut, mereka dituduh telah merancang suatu rencana untuk menawarkan, melaksanakan, dan menjanjikan suap kepada pejabat pemerintah India.
Meski demikian, grup Adani membantah semua tuduhan tersebut. Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Rabu pekan ini, mereka mengungkapkan bahwa sejak menerima pemberitahuan mengenai dakwaan dari Departemen Kehakiman (DoJ) AS, grup ini telah mengalami kerugian hampir USD 55 miliar dalam kapitalisasi pasar di 11 perusahaan yang terdaftar di bursa saham.
Gautam Adani, yang kini berusia 62 tahun, diduga terlibat dalam skema suap yang bernilai USD 250 juta, atau sekitar Rp 3,96 triliun, untuk memperoleh kontrak pemerintah yang menguntungkan.
Grup Adani mengeluarkan pernyataan tegas yang menyebut bahwa semua tuduhan yang dilayangkan kepada mereka adalah "tidak berdasar".
Namun, pernyataan tersebut justru memicu aksi jual besar-besaran terhadap saham Adani di pasar Mumbai pada pekan lalu, yang menyebabkan beberapa kali penghentian perdagangan saham.
Pada Rabu, 27 November 2024, saham Adani Enterprises mengalami kenaikan sebesar 1,8 persen, tetapi secara keseluruhan, perusahaan utama grup tersebut telah kehilangan lebih dari 20 persen dari kapitalisasi pasarnya sejak tuduhan tersebut muncul.
Sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada hari yang sama menyatakan bahwa pejabat Adani "hanya didakwa" terkait penipuan sekuritas dan konspirasi penipuan melalui penipuan sekuritas. Pernyataan ini dengan tegas membantah semua tuduhan yang ada.
Dalam pernyataannya, Grup Adani juga menekankan bahwa tidak benar jika Gautam Adani dan keponakannya, Sagar Adani, telah didakwa atas kasus penyuapan dan korupsi.
Adani, yang merupakan sekutu dekat Perdana Menteri Narendra Modi, pernah menduduki posisi sebagai orang terkaya kedua di dunia.
Namun, kritikus telah lama menuduhnya memanfaatkan hubungan dekat tersebut untuk mendapatkan keuntungan secara tidak sah. Tuduhan ini semakin memperkeruh situasi dan menambah ketidakpastian di pasar saham, yang sudah merespons negatif terhadap berita-berita tersebut.