Besuk Istri Mantan Ketua Dewan Pers, Tugas Ratmono Serukan Wartawan Sebar Pesan Indonesia Ramah Stroke
Yastroki menyerukan kepada khalayak agar senantiasa waspada. Sedini mungkin mencegah, mengobati serta peduli kepada penderita stroke.
Penyakit serupa matinya kehidupan atau stroke, berdampak ketergantungan berkelanjutan hingga akhir hayat penderita kepada sesama manusia. Terutama orang terdekat.
Fakta tersebut patut disikapi secara manusiawi, termasuk oleh kalangan pemangku kepentingan. Jumlah penderita terus bertambah.
Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) menyerukan kepada khalayak agar senantiasa waspada. Sedini mungkin mencegah, mengobati serta peduli kepada penderita stroke.
"Bentuk kepedulian paling dikedepankan adalah sikap ramah terhadap penderita stroke," kata Kata Ketua Umum Yastroki Mayjen (Purn) Tugas Ratmono saat bersama rombongan membesuk Sri Atmakusumah Astraatmadja (82) istri almarhum mantan Ketua Dewan Pers Pertama, di rumah Kompleks PWI Cipinang, Jakarta Timur, Sabtu (11/01).
Sri sudah 11 tahun terserang stroke. Awal disapa Tugas dan rombongan, tampak lemah. Pada 2 Januari 2025, sang suami wafat.
Hitungan menit, tampilannya berubah ceria. Menurut Tugas, keceriaan suatu tanda penderita stroke butuh keramah-tamahan dan dapat memulihkan kesehatan penderita.
Kunjungan tersebut mengawali rangkaian peringatan HUT ke-36 Yastroki. Puncak acara 17 Januari 2025 di Tower Prodia, Jl Kramat Raya. Tema peringatan Mengisi Tahun 2025 dengan Ramah Stroke.
Selain mendoakan kesehatan membaik, rombongan juga menyerahkan bantuan kepada Sri Atmakusumah berupa kursi roda. Di tempat yang sama, satu unit kursi roda lain untuk Ibunda Edy Suherli Suheimi, wartawan senior, sehari-hari sebagai wakil pemimpin redaksi satu media massa online.
Bantuan kursi roda kepada keluarga insan pers sebagai komitmen Yastroki turut memperingati Hari Pers Nasional (HPN) 9 Februari 2025.
Ke depan, menggandeng kalangan penyelenggara media massa dalam bentuk rangkaian menyebar-luaskan pesan terencana kepada khalayak tentang Indonesia ramah stroke.
"Jumlah kasus yang terus meningkat, sangat memperihatinkan dan harus diminimalisir melalui kerjasama di antaranya dengan wartawan, menyebar-luaskan pesan pencerahan yang dapat memberdayakan warga masyarakat menghadapi problem stroke," sambung Tugas.
Pucuk pimpinan Yastroki juga hendak beraudiensi dengan Pimpinan Dewan Pers, kepentingan menyatakan secara resmi turut berpartisipasi memperingati HPN 2025.
Rombongan siang itu melanjutkan kunjungan kemanusiaan ke insan pasca stroke (IPS) Uun Kurniasih, komunitas Yayasan Kreshna, di Pondok Ungu, Kelurahan Medan Satria, Bekasi, Jawa Barat.
Uun usia 41 tahun. Selama 11 tahun belakangan menderita stroke pasca melahirkan anak kedua. Sejak saat itu diberhentikan sebagai karyawati perusahaan swasta. Kini bersama orang tua, menekuni usaha warung di serambi depan rumahnya.
Proses kehamilan hingga melahirkan tergolong rawan stroke. Kondisi tersebut patut diwaspadai.
Kementerian Kesehatan mencatat jumlah penderita stroke di Indonesia setiap tahun tambah sekitar 2,9 juta jiwa. Menghabiskan biaya sekitar Rp3,23 triliun/tahun.
Angka kematian penderita di Indonesia menduduki urutan pertama dibandingkan akibat penyakit lain. Kematian akibat stroke tingkat dunia berada pada posisi kedua.
Pencetus stroke berupa sumbatan aliran darah ke otak. Banyak faktor penyebab. Paling dominan karena mengabaikan pola hidup sehat.
Upaya pencegahan paling sederhana, 5 hari dalam sepekan minimal jalan kaki 30 menit/hari. Sebagian besar penderita dari kalangan masyarakat ekonomi lemah atau miskin.
Keluarga Sri Atmakusumah, Edy Suherli dan Uun menyampaikan terima kasih atas kepedulian sekaligus mengucapkan selamat ulang tahun ke-36 disertai harapan agar Yastroki semakin peduli menangani problem stroke di Indonesia.