Strategi Holding BUMN Perkebunan Kejar Target Swasembada Gula Nasional
Integrasi bisnis tebu antara on farm dan off farm akan menjaga keseimbangan Plant Cane dan Ratoon.
Dua anak usaha Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), yakni PTPN I dan PT Sinergi Gula Nusantara (SugarCo) resmi bersinergi di sektor on farm dan off farm guna memaksimalkan kinerja perusahaan dan mengejar target swasembada gula nasional.
Perjanjian kerja sama tersebut ditandatangani Direktur Utama PT SGN Mahmudi, dan Direktur Utama PTPN I Teddy Y. Danas, disaksikan oleh Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), M. Abdul Ghani.
- Terungkap, Begini Strategi Holding PTPN Capai Target Swasembada Gula Indonesia di 2030
- Terungkap, Begini Strategi Diterapkan Holding BUMN Jasa Survei Kejar Target Masuk Top 20 Global
- Dapat Tugas Jaga Stabilitas Pangan, Dirut PTPN: Produktivitas Tebu Meningkat Jadi 8 Ton Gula per Hektare
- Kejar Target Swasembada Gula, Lahan Karet Tak Produktif Kini Dimanfaatkan untuk Tanaman Tebu
Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), M. Abdul Ghani menyampaikan bahwa integrasi bisnis tebu antara on farm dan off farm akan menjaga keseimbangan Plant Cane dan Ratoon, penentuan jadwal tanam dan panen yg tepat menjadi kunci untuk mencapai produksi gula yang optimal.
"Penandatanganan KSO ini merupakan tonggak sejarah, sebagai langkah transformasi untuk mempercepat swasembada gula konsumsi
pada tahun 2028," ujarnya di Jakarta, Jumat (9/8).
Integrasi antara on farm dan off farm memberikan beberapa keunggulan, seperti standarisasi yang lebih baik dalam pengelolaan on farm baik secara teknis maupun non-teknis, efisiensi biaya on farm yang lebih tinggi dengan skala pengerjaan yang tepat.
Selain itu, peningkatan efisiensi rantai pasok dengan penjadwalan tebang, muat, angkut (TMA) yang diselaraskan, serta pemanfaatan nilai tambah produk samping secara menyeluruh.
Tanggung jawab dari Holding Perkebunan dan dukungan dari pemerintah menjadi faktor krusial dalam proses transformasi ini. Perannya tidak hanya sebagai motor penggerak, tetapi juga pengawal proses transformasi agar tetap berada di jalur yang tepat sesuai dengan rencana strategis yang telah ditetapkan.
Dengan adanya dukungan penuh dari pemerintah, baik dalam bentuk kebijakan maupun insentif, diharapkan proses integrasi ini dapat berjalan dengan lebih lancar dan cepat.
Lahan Karet Tak Produktif Dimanfaatkan untuk Tanaman Tebu
Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) terus mengejar target swasembada gula nasional pada tahun 2028, serta penyediaan bioethanol sebagai bahan bakar nabati (biofuel) guna menjamin ketahanan pangan nasional. Hal itu sesuai dengan Perpres No.40 Tahun 2023.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah memperluas lahan tebu, dengan mengonversi lahan PTPN Group dari komoditas yang kurang produktif ke komoditas tebu yang memberikan return lebih menjanjikan.
Saat ini, PTPN sendiri memiliki roadmap perluasan lahan tebu di lahan HGU seluas lebih kurang 100 ribu Ha, di mana akan dilakukan konversi serta optimalisasi lahan yang sesuai dikembangkan untuk budidaya tebu.
Implementasi aksi korporasi ini salah satunya dilakukan terhadap lahan PTPN I Regional 2 Kebun Jalupang, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Lahan konversi eks tanaman karet yang sudah tidak produktif itu akan dialihfungsikan menjadi tanaman tebu secara bertahap dengan rencana perluasan mencapai 4.216 Ha. Adapun, tanam perdana bibit tebu hasil kolaborasi PTPN I dengan PT SGN (Sinergi Gula Nusantara) dilakukan pada Kamis (30/5).
Tingkatkan Produksi Gula Putih Kristal Putih
Direktur Pemasaran Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), Dwi Sutoro menyampaikan langkah tersebut merupakan salah satu wujud nyata PTPN Group dalam meningkatkan produksi gula kristal putih (GKP) menuju swasembada gula konsumsi 2028 mendatang.
“Karena target swasembada gula nasional masuk dalam PSN, maka ini menjadi tugas bersama. Di dalam ranah Kementerian BUMN kita mendapatkan arahan-arahan terkait permodalan dan korporasinya. Sementara di internal PTPN, kita juga membentuk project management office (PMO) yang anggotanya dari semua bagian terkait untuk melakukan mapping dan mendetailkan supaya geraknya lebih cepat,” ujar Dwi dikutip di Jakarta, Jumat (31/5).
Dwi mengatakan, meski lahan tersebut sudah tidak produktif untuk ditanami karet, tetapi secara agroklimat dan tipologi, lahan layak untuk tanaman tebu.
Lokasi penanaman juga didukung oleh kesiapan sarana irigasi berupa sungai dan pompanisasi, sehingga tanaman tumbuh normal dan dapat dipanen untuk bibit pada umur 6-7 bulan, atau dipanen pada bulan November-Desember 2024.