Strategi Menteri Bahlil Kejar Target Investasi Rp1.650 Triliun di Tahun 2024
Tingginya target investasi tersebut untuk mendorong ekonomi Indonesia di tahun-tahun mendatang di atas 5 persen.
Tingginya target investasi tersebut untuk mendorong ekonomi Indonesia di tahun-tahun mendatang di atas 5 persen.
Strategi Menteri Bahlil Kejar Target Investasi Rp1.650 Triliun di Tahun 2024
Strategi Menteri Bahlil Kejar Target Investasi Rp1.650 Triliun di Tahun 2024
Target investasi Pemerintah di tahun 2024 naik menjadi Rp1.650 triliun.
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menyebut target tersebut bisa tercapai lewat hilirisasi.
Termasuk sektor-sektor yang mengusung prinsip keberlanjutan.
- Pemerintah Target Kumpulkan Pendapatan Negara Rp2.802 Triliun pada 2024
- Menteri Bahlil Blak-blakan Soal Target Investasi di Pemerintahan Jokowi 'Ngeri-Ngeri Sedap Tinggi Badan Saya Gak Naik-naik Tertekan'
- Menteri Bahlil ke MenPAN-RB: Tunjangan Kinerja Kementerian Investasi Belum Naik-Naik
- SKK Migas Kejar Target Investasi Hulu Migas Rp237 Triliun Tahun Ini
Menurut Bahlil, tingginya target investasi tersebut untuk mendorong ekonomi Indonesia di tahun-tahun mendatang di atas 5 persen.
“Ini merupakan arah kebijakan negara dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen. Arah kebijakan pemerintah Indonesia ke depan dalam konteks investasi, akan fokus utamanya ke hilirisasi,” kata Bahlil di Jakarta, Senin.
Bahlil menyatakan sekalipun kondisi ketidakpastian global yang terjadi saat ini ikut mempengaruhi keputusan investor dalam berinvestasi, akan tetapi Indonesia memiliki langkah strategis yang sangat besar untuk dapat bersaing secara global menarik investasi.
Langkah strategis untuk menarik investasi yang dimaksud yakni stabilitas politik, hukum dan ekonomi.
Termasuk kebijakan yang adaptif dan progresif terhadap perbaikan iklim investasi, serta potensi Sumber Daya Manusia (SDM). Baik dari sisi ketersediaan tenaga kerja maupun pasar, serta potensi hilirisasi sumber daya alam yang melimpah.
Melansir dari Antara, Bahlil mengungkapkan dinamika geopolitik yang ada telah menyebabkan resesi dan krisis di berbagai belahan dunia.
Karenanya, diperlukan investasi berkelanjutan yang dapat mendorong pembangunan yang lebih inklusif, adil, dan merata bagi semua.
Hal itu termasuk pula tren ramah lingkungan yang kini tengah digandrungi dunia.
“Oleh karena itu pemerintah fokus terhadap pembangunan industri yang ramah lingkungan dan menggunakan sumber energi baru terbarukan,” ucap Bahlil.
Di sisi lain, sumber daya alam Indonesia yang melimpah harus dapat dikelola secara bijak dan berkelanjutan lewat hilirisasi dan industrialisasi.
Tujuannya memberikan nilai tambah maksimal untuk kepentingan nasional, misalnya meningkatkan ekspor, menghasilkan devisa, meningkatkan pendapatan negara, serta mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
Hilirisasi juga dapat mendukung pencapaian sasaran SDGs. Khususnya terkait penciptaan lapangan kerja yang layak, mitigasi perubahan iklim dan pengentasan kemiskinan serta ketimpangan.
Bahlil juga menjelaskan Indonesia memiliki potensi penyimpanan CO2 terbesar dunia.
Sehingga investor bisa membangun hilirisasi menggunakan sumber energi baru terbarukan sekaligus tetap berkontribusi pada upaya mengurangi emisi lewat teknologi carbon capture, utilization and storage (CCUS).
Kementerian Investasi/BKPM memastikan melakukan pengawalan investasi dari hulu ke hilir.
Khususnya pada sektor prioritas, mulai dari promosi investasi, penerbitan perizinan berusaha dan berbagai insentif, financial closing, konstruksi, sampai dengan berproduksi komersial.
Kementerian Investasi telah menetapkan peta jalan hilirisasi investasi strategis dengan potensi USD545,3 miliar sepanjang 2023-2035 untuk 21 komoditas dari delapan sektor prioritas meliputi sektor mineral dan batu bara, minyak dan gas bumi, serta perkebunan, perikanan, kelautan, dan kehutanan.
Sepanjang Januari-September 2023, Kementerian Investasi/BKPM mencatat capaian realisasi investasi pada sektor industri hilir sebesar Rp266 triliun atau 25,3 persen dari total realisasi investasi yang mencapai Rp1.053,1 triliun.