Suami Istri Nekat Resign dan Buka Bisnis Modal Rp1,5 Juta, Ujungnya Berbuah Manis
Untuk pemasaran, Diah melakukan rekrutmen secara daring. Hingga kini, terdapat 100 orang marketing, agen dan reseller Me Time yang dibinanya.
Tak tanggung-tanggung, uang sejumlah Rp1 juta yang masuk dalam modal dihabiskan untuk 'membeli' ilmu berbisnis.
Suami Istri Nekat Resign dan Buka Bisnis Modal Rp1,5 Juta, Ujungnya Berbuah Manis
Suami Istri Nekat Resign dan Buka Bisnis Modal Rp1,5 Juta, Ujungnya Berbuah Manis
- Nekat Resign dari BUMN, Pria Ini Jual Keripik Kentang Raup Omzet Ratusan Juta Rupiah per Bulan
- Resign Setelah 19 Tahun Bekerja, Pria Ini Sukses Jual Donat dengan Modal Awal Rp4 Juta
- Nekat Resign dari Pekerjaan, Pemuda 25 Tahun Ini Raup Cuan Ratusan Juta dari Jual Donat
- Suami di-PHK, Istri Ikut Resign dari Kerjaan Pilih Jualan Es Cokelat, Omzet Fantastis Baru 3 Hari Balik Modal
Keputusan Diah dan suaminya untuk resign dari pekerjaan dan nekat membuka bisnis bakal berbuah manis. Dengan modal hanya Rp 1,5 juta saja, Diah dan suaminya membuat brand minuman sehat yang dikemas kekinian, Me Time.
Tak tanggung-tanggung, uang sejumlah Rp1 juta yang masuk dalam modal dihabiskan untuk 'membeli' ilmu berbisnis.
Usaha plant based milk milik Diah berdiri sejak 2017. Produknya sudah menjangkau ke seluruh Indonesia, terutama untuk produk non cair seperti almond panggang, almond bubuk dan lainnya.
"Karyawan kita hanya bertiga. Saya, suami dan karyawan packing. Saya concern di marketing dan pembinaan SDM. Suami saya di produksi, stok, operasional," ujarnya kepada Liputan6.com.
Untuk pemasaran, Diah melakukan rekrutmen secara daring. Hingga kini, terdapat 100 orang marketing, agen dan reseller Me Time yang dibinanya melalui grup media sosial.
Tentu, bisnis Me Time Diah tidak langsung berhasil begitu saja. Me Time mengalami banyak jatuh bangun dalam perjalanannya.
"Kita kan rilis di 17 Februari 2017. Dari hari pertama, sampai pertengahan 2018 nanjak, nanjak banget terutama di 2017. Di 2018 mulai fluktuatif,"
Karena euforia bisnis baru, Diah dan suaminya sempat kewalahan mengelola keuangan Me Time utamanya dalam membagi jatah profit kepada investor dan reseller.
"Keuangannya sakit. Omzet besar, tapi profitnya kecil. Akhirnya, kita eliminasi orang-orang. Di November 2018, kita mulai dari awal, nggak pakai tim. Hanya saya dan suami saja," katanya.
Belum lagi, kala itu ada pembeli yang keberatan dengan ongkos kirim produk karena harganya lebih mahal dibandingkan harga minumannya.
Demi pelanggan, Diah dan suami beserta anak mereka rela mengantar produk minuman dari stasiun ke stasiun, supaya ongkos kirim bagi pelanggan lebih murah.
Pada pertengahan 2019, keuangan Me Time sudah mulai sehat. Meskipun pada tahun 2020 penjualan cukup sulit, Diah tidak menerapkan strategi banting harga untuk menggaet pembeli.
"Kita pasang strategi bisnis terus branding, rekrut marketer. Bagaimana membuat konten, bagaimana caranya tidak harus menurunkan harga," katanya.
Menurutnya, dalam memulai bisnis, seseorang wajib memiliki goal alias tujuan. Tujuan yang jelas akan menghindari si pebisnis dari inkonsistensi merawat bisnisnya.
"Sepengalaman saya 4 tahun merintis dan mengenal banyak pelaku UMKM, mereka itu kadang tidak fokus dengan produknya sendiri. Banyak yang mudah tergoda untuk berjualan produk lain," katanya.
"Padahal, bisnis itu layaknya mendidik dan membesarkan anak. Harus ulet dan konsisten. Jadi yang masih tergoda produk lain, itu tidak berbisnis, namun berjualan," tandasnya.
Diah juga tak lupa mengingatkan para pebisnis untuk selalu meng-upgrade ilmu agar usaha lebih terarah.
"Lalu yang tidak kalah penting, kerjakan sesuai passion supaya nggak lelah, karena bisnis butuh energi 3 kali lipat dari bekerja kantoran," tuturnya.