Terbelit utang, aset Bakrie di wilayah kekuasaan mulai peretel
Penjualan aset-aset milik kerajaan bisnis Bakrie terus bergulir untuk membayar utang.
Masalah utang masih menjadi pekerjaan rumah besar yang harus dihadapi korporasi PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR). Hampir semua anak perusahaan di bawah payung BNBR, terbelit utang.
Tahun ini, petinggi-petinggi BNBR berniat mengurangi utang korporasi dari Rp 6,7 triliun menjadi Rp 3,5 triliun. Bisa ditebak, penjualan aset masih diyakini sebagai strategi ampuh untuk mengurangi beban utang perusahaan.
-
Apa yang dilakukan Tanri Abeng di Bakrie & Brothers? Di perusahaan tersebut, ia meluncurkan beberapa kebijakan bisnis strategis seperti merestrukturisasi perusahaan dengan memfokuskan perusahaan pada tiga industri utama yaitu telekomunikasi, dukungan infrastruktur, dan perkebunan, serta investasi dan aliansi strategis di bidang pertambangan, petrokimia, dan konstruksi.
-
Bagaimana Tanri Abeng meningkatkan kinerja Bakrie & Brothers? Hal itu membuat kinerja Bakrie & Brothers membaik dengan penjualan tahunan sebesar USD50 juta dan penjualan tahunan sebesar USD700 juta.
-
Bagaimana Bari dan Kiaraya mengembangkan bisnis mi lidi Si Umang? Bari dan Kiaraya pun memutuskan komitmen untuk membangun dan serius mengembangkan bisnis mie lidi Si Umang. Pada tahun 2016, Bari dan Kiaraya mencoba mengendorse Ria Ricis dengan tarif Rp700.000. Sejak endorse tersebut peningkatan penjualan ditaksir 100 kali lipat.
-
Dimana lokasi Pabrik Kina Bukit Unggul? Pabrik kina Bukit Unggul di Desa Cipanjalu, Cilengkrang.
-
Bagaimana BRI membantu pelaku usaha UMKM? Berbagai program yang dilakukan BRI, termasuk program pemberdayaan, nyatanya terbukti sukses dalam memutar perekonomian secara umum. "Ini adalah pilar perekonomian. UMKM yang terus bergerak dengan dukungan BRI, mampu menunjukkan kinerja yang sangat baik. Implikasinya terlihat dari level usaha riil di masyarakat. Ekonomi tumbuh. Di sisi lain, BRI pun menunjukkan catatan kinerja yang baik," ujar Erick.
-
Apa yang ditawarkan di warung Abah Unang? Menyesap kopi dan menyantap jajanan di warung Abah Unang menawarkan pengalaman mirip negeri di atas awan.
"Kita berniat untuk mengurangi utang sebesar Rp 2,5 triliun sampai Rp 3 triliun. Kalau agresif sebenarnya tahun depan itu bisa Rp 3,5 triliun," ungkap Direktur Keuangan BNBR Eddy Soeparno di penghujung tahun lalu.
"Utang itu sebenarnya kita turunkan dari tengah tahun ini. Seperti dengan penjualan aset," ujar Eddy.
Satu per satu aset dan saham kerajaan bisnis Bakrie mulai dijual ke perusahaan lain. Semisal konsesi jalan tol milik Bakrieland yang dilepas ke MNC Grup. Kerajaan bisnis milik Hary Tanoe juga membeli 19,90 persen saham PT Bali Nirwana Resort dari Sugilite Company Tbk dan PT Bakrie Nirwana Semesta.
Penjualan aset-aset milik kerajaan bisnis Bakrie terus bergulir. Bahkan, sejak tahun lalu, penjualan aset sudah dilakukan di wilayah kekuasaan kerajaan bisnis Bakrie di kawasan Epicentrum, Kuningan, Jakarta. Wajar saja mengingat jantung kerajaan bisnis Bakrie itu berada di kawasan strategi pusat bisnis dan ekonomi. Dengan pertimbangan itu, banyak investor tertarik mengakuisisi aset dan lahan Bakrie.
Sejak 2006, PT Bakrie Swasakti Utama (BSU) mengembangkan lahan seluas 28 hektare (ha) di kawasan Epicentrum. Superblok yang berada di kawasan bisnis itu memiliki lahan 53,5 hektar. Dari data tahun lalu, harga tanah di kawasan Kuningan rata-rata Rp 40 juta per meter persegi. Bakrieland masih memiliki cadangan lahan (landbank) seluas 10 hektar di Epicentrum.
Penjualan aset di kawasan utama bisnis kerajaan Bakrie dimulai Juli 2011. PT Bakrie Swasakti Utama (BSU), anak usaha Bakrieland, menjual tanah seluas 3 hektar (ha) di kawasan Rasuna Epicentrum, Kuningan, Jakarta. Penjualan dilakukan ke anak usaha Grup Tiara Marga Trakindo (TMT) yakni PT Triyasa Propertindo (Triyasa).
Proses penjualan ini dilakukan 27 Juli 2011 dengan total luas 30.000 meter persegi (m2). Rencananya, Triyasa akan membangun Gran Rubina Business Park yang terdiri dari dua menara perkantoran dan dua apartemen, dengan total investasi sebesar Rp 1,8 triliun.
Bakrie kembali menjual lahannya di kawasan Epicentrum. Kali ini ke Sinar mas Land Grup. Anak usahanya di bidang properti, PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) semakin berambisi melebarkan sayap bisnis propertinya. Pada semester satu tahun lalu, BSDE berhasil menancapkan kukunya untuk pertama kalinya di kawasan kekuasaan Bakrie. BSDE mengakuisisi lahan seluas 5 hektar (ha) di kawasan Epicentrum, Kuningan, Jakarta. Nilai investasi aksi ini ditaksir mencapai Rp 8 juta per meter persegi atau mencapai Rp 400 miliar.
Sekretaris Perusahaan BSDE Hermawan Wijaya mengatakan, lahan di kawasan ini disiapkan untuk pembangunan dua unit apartemen dengan masing-masing nilai investasi Rp 320 miliar.
"Tingginya permintaan dan posisi tanah yang strategis menjadi salah satu alasan perseroan untuk segera membangun proyek tersebut," ujar Hermawan. Rencananya, lahan yang dibeli dari Bakrieland ini akan dibangun apartemen. Pembangunannya direncanakan mulai tahun ini.
Tidak berhenti di situ saja, BSDE menggebrak di awal tahun ini. BSDE berambisi memperluas bisnisnya di wilayah kekuasaan bisnis Bakrie. Kali ini yang dibeli adalah strata title mal Epicentrum Walk yang selama ini dikelola anak perusahaan Bakrie.
BSDE mengakuisisi proyek Epicentrum Walk dengan luas 14.850 meter persegi. Nilai akuisisi tersebut mencapai Rp 297 miliar. Perseroan berharap, dengan mencaplok mal Epicentrum, pendapatan berkelanjutan (recurring income) hingga lima tahun ke depan bisa meningkat signifikan.
"Saat ini proporsi recurring income 15:85 terhadap pendapatan pengembangan. Nantinya ditargetkan mencapai 20:80 hingga lima tahun ke depan," ujarnya dalam siaran pers, Jakarta, Selasa (11/2).
Baca juga:
BSD mulai tancapkan kuku di area kekuasaan Bakrie
5 Pengakuan Bakrie beli saham Path
Bakrie bantah beli Path untuk kampanye Pemilu
Anindya Bakrie: Saham Path bukan dibeli dari utang
Bakrie Grup fokus garap pasar media sosial