Ternyata, Ini Penyebab Banyak Anak Muda Terjebak Utang Pinjol
Ada beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat khususnya anak muda terjebak pinjol, salah satunya karena kemudahan akses teknologi dan internet.
Direktur Bisnis Konsumer PT Bank Rakyat Indonesia (BRI), Handayani buka-bukaan terkait banyaknya generasi muda yang terjebak utang pinjaman online (pinjol) di kalangan generasi muda. Ia menyebut, tren gaya hidup kekinian memberikan pengaruh besar terhadap keuangan milenial.
Handayani mengungkapkan saat ini banyak anak muda yang terjebak dalam tren Latte Factor. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan pengeluaran kecil yang terlihat sepele seperti kopi, langganan streaming, atau makanan kekinian.
"Meski terlihat sepele, jika dijumlahkan nilainya bisa bikin dompet jebol,” ungkap Handayani dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (19/11).
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan ( OJK), karyawan dan pelajar merupakan profesi yang banyak terjerat pinjol (12 persen). Di mana kelompok profesi tersebut didominasi oleh generasi muda.
"Saat ini cukup banyak generasi muda yang terjerat pinjol," jelas Handayani.
Menurutnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat khususnya anak muda terjebak pinjol, salah satunya karena kemudahan akses teknologi dan internet.
Faktor lainnya, kurangnya literasi keuangan membuat anak muda banyak yang terjebak dengan pemborosan.
"Pinjaman online biasanya menawarkan skema pengajuan yang praktis, syarat mudah, dan approval instan sehingga lebih banyak diminati. Belum lagi gaya hidup konsumtif yang membuat pengaturan keuangan tidak berjalan sebagaimana mestinya," ucapnya.
Akibatnya, banyak generasi muda yang terjebak utang karena minimnya literasi terkait pinjaman online. Meskipun mereka memiliki gaji yang cukup, namun masih banyak dari mereka yang tidak memiliki tabungan, dana darurat, bahkan investasi.
"Di sinilah pentingnya untuk mulai melakukan perencanaan keuangan sedini mungkin," tegas Handayani.
OJK: Utang Warga RI di Paylater Capai Rp26,37 Triliun per Agustus 2024
Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawasan Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, LKM dan LJK Lainnya (OJK) Agusman, menyampaikan total pinjaman (utang) pada layanan bayar nanti atau buy now pay later (BNPL) yang dilakukan masyarakat Indonesia mencapai Rp 26,37 triliun per Agustus 2024.
Nilai pinjaman itu berasal dari industri perbankan dan multifinance yang menyediakan layanan BNPL. Untuk multifinance jumlah pinjamannya mencapai Rp7,99 triliun.
Adapun terkait penataan industri BNPL melalui Peta Jalan Pengembangan dan Penguatan Perusahaan Pembiayaan 2024-2028, pihaknya masih melakukan kajian.
Antara lain mengenai persyaratan perusahaan pembiayaan yang menyelenggarakan kegiatan PayLater, kepemilikan sistem informasi, pelindungan data pribadi, rekam jejak audit, sistem pengamanan, akses dan penggunaan data pribadi, kerja sama dengan pihak lain, serta manajemen risiko.