Triwulan II 2018, konsumsi rumah tangga mulai tumbuh di atas 5 persen
Kepala BPS Kecuk Suhariyanto mengatakan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga ini cukup menggembirakan. Mengingat beberapa tahun terakhir, konsumsi rumah tangga Indonesia berada di bawah 5 persen. Adapun pendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga antara lain dipengaruhi oleh masa panen, Lebaran, dan Pilkada.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi triwulan II 2018 sebesar 5,27 persen. Angka ini salah satunya disumbang oleh pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 5,14 persen.
Kepala BPS Kecuk Suhariyanto mengatakan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga ini cukup menggembirakan. Mengingat beberapa tahun terakhir, konsumsi rumah tangga Indonesia berada di bawah 5 persen.
-
Kapan BPS dibentuk? Sejarah BPS dimulai pada tahun 1960, ketika Biro Pusat Statistik didirikan.
-
Bagaimana BPS berperan dalam penyusunan kebijakan pemerintah? BPS memiliki peran yang sangat vital dalam memberikan data statistik yang akurat dan terpercaya. Serta dalam mendukung penyusunan kebijakan pemerintah, dan dalam menunjang kepentingan masyarakat umum.
-
Apa yang menjadi catatan BPS tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Apa yang membaik di Sulawesi Utara berdasarkan rilis BPS? Kepala BPS Sulawesi Utara, Asim Saputra menjelaskan, daya beli petani di Sulawesi Utara membaik di Bulan Oktober 2023.
-
Bagaimana BSI menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan perekonomian Aceh? Posisi September 2023, secara tahunan aset BSI di Aceh tumbuh 10,99% menjadi Rp19,40 triliun. Pembiayaan tumbuh 16,32% menjadi Rp18,86 triliun dengan 44,30% porsinya diserap sektor UMKM. Pertumbuhan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) mencapai 2,57% menjadi Rp15,30 triliun. Sedangkan pencapaian laba sebesar Rp474 miliar.
-
Apa yang dihapus dari BPJS? Kepala Humas BPJS Kesehatan Rizzky Anugerah menjawab pertanyaan publik terkait naiknya iuran ketika Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) berlaku.
"Konsumsi rumah tangga kita di triwulan II 2018 sebesar 5,14 persen," ujar Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta, Senin (6/8).
Adapun pendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga antara lain dipengaruhi oleh masa panen, Lebaran dan pemilihan kepala daerah (Pilkada). Selain itu, terdapat beberapa peningkatan penjualan produk seperti sepeda motor dan mobil.
"Kita tahun ini numpuk di triwulan II seperti Lebaran itu, masa panen. Ada penjualan sepeda motor, mobil, meningkatnya nilai transaksi kartu kredit, pertanian bagus, bansos besar. Sehingga pengeluaran konsumsi naik," jelasnya.
Ke depan, Suhariyanto berharap pertumbuhan konsumsi rumah tangga di atas 5 persen masih bisa terjadi. Mengingat akan ada masa libur panjang di triwulan IV 2018.
"Ke depan kita berharap konsumsi rumah tangga tetap kuat. Kita harus menjaga inflasi terkendali supaya tidak menggerus daya beli. Kemungkinan ke depan kuat tapi tak sekuat ini. Di triwulan IV ada momen libur panjang, tahun baru," jelasnya.
Baca juga:
Tertekan gejolak dunia, pertumbuhan RI 2018 diprediksi hanya 5,2 persen
Ada panen raya dan Pilkada, Menko Darmin proyeksi pertumbuhan kuartal II 5,3 persen
Daya beli masyarakat masih lemah, pertumbuhan 2018 diproyeksi hanya 5,1 persen
Rhenald Kasali soroti perubahan era digital dalam buku barunya
INDEF nilai Lebaran dan Pilkada tak bantu dongkrak daya beli, ini alasannya
Berdampak pada inflasi, kenaikan harga Pertamax Cs lemahkan daya beli masyarakat
Mendag Enggar: Penjualan ritel terus membaik, tak ada pelemahan daya beli masyarakat