Update Kondisi APBN 2023 Jelang Tutup Tahun, Bea Cukai Sumbang Berapa?
APBN hingga pertengahan bulan Desember 2023 tercatat positif dari target yang ditentukan
APBN hingga pertengahan bulan Desember 2023 tercatat positif dari target yang ditentukan
- PKB Usulkan Sederet Opsi Ini untuk Genjot APBN Selain Naikkan PPN jadi 12 Persen
- Pemerintah Kumpulkan Rp1.196,54 Triliun Penerimaan Pajak di Agustus 2024, Ini Rinciannya
- Data Sri Mulyani: Penerimaan Bea Cukai Rp154,4 Triliun per Juli 2024
- Bocoran Menko Luhut: Penerima BBM Subsidi Diperketat Mulai 17 Agustus 2024, Tujuannya untuk Hemat APBN
Update Kondisi APBN 2023 Jelang Tutup Tahun, Bea Cukai Sumbang Berapa?
Kinerja anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) hingga pertengahan bulan Desember 2023 tercatat positif dari target yang ditentukan.
Beragam manfaat baik pun diberikan kepada masyarakat. Tujuannya, mendukung momentum pemulihan dan tercapainya target pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dalam konferensi pers APBN Kita Desember 2023, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, kinerja APBN hingga 12 Desember 2023 masih positif.
Pendapatan negara tercatat mencapai Rp2.553,2 triliun atau meningkat 4,1% (yoy) diiringi belanja negara yang juga catat hasil positif di angka Rp2.588,2 triliun.
APBN terus diupayakan pemerintah untuk tetap memberikan beragam manfaat langsung kepada masyarakat, yang direalisasikan dalam bentuk perlindungan sosial, kesejahteraan petani, fasilitas UMKM, pendidikan, infrastruktur, dan investasi.
Sementara itu, ihwal kinerja penerimaan sektor kepabeanan dan cukai, Kepala Subdirektorat Humas dan Penyuluhan Bea Cukai, Encep Dudi Ginanjar menjelaskan, hingga 12 Desember 2023 pihaknya turut berkontribusi sebesar Rp256,5 triliun.
Sektor cukai menjadi penerimaan tertinggi dengan total Rp196,7 triliun, didukung penerimaan bea masuk sebesar Rp47,6 triliun dan bea keluar Rp12,3 triliun.
Dibandingkan tahun sebelumnya, penerimaan bea masuk dan bea keluar mengalami perlambatan. Masing-masing di angka 0,1% dan 68,5%.
Perlambatan penerimaan bea masuk dipengaruhi beberapa hal, seperti penurunan nilai impor sampai dengan Oktober.
Termasuk, pengaruh peningkatan FTA, sedangkan bea keluar diperngaruhi oleh turunnya harga produk sawit dan tembaga, serta terhentinya aktivitas ekspor sawit.
“Untuk penerimaan cukai, hasil tembakau (HT) masih menyumbang mayoritas nilai capaian, yaitu Rp188,9 triliun. Capaian HT ini turun 3,7% (yoy) karena dampak kebijakan pengendalian konsumsi, keberlangsungan tenaga kerja, dan pengawasan rokok ilegal,” jelas Encep.
Menanggapi kondisi ini, Bea Cukai terus berupaya mengoptimalkan penerimaan negara melalui kinerja pelayanan dan pengawasan.
Beragam fasilitas dan kemudahan pun terus diberikan, seperti pelayanan E-CD, kemudahan arus barang Pekerja Migran Indonesia, rush handling, Klinik Ekspor bagi UMKM, serta penerapan Nasional Logistics Ecosystem (NLE) di beberapa pelabuhan dan bandara di Indonesia.
“Melalui kawasan ekonomi khusus (KEK), Bea Cukai mendorong peningkatan fasilitas bea masuk hingga 88,3% dengan jumlah serapan kerja tumbuh 250% dan investasi naik 9,27%,” kata Encep.
Encep menambahkan, Bea Cukai juga mampu menurunkan biaya logistik ekspor mencapai 23,75 persen melalui multimoda NLE dan turut membina 3.988 UMKM dengan 836 di antaranya berhasil ekspor.
Sedangkan di sisi pengawasan, Bea Cukai catat peningkatan kinerja dengan jumlah penindakan balepress (309), Minerba (25), dan perbatasan (590) dalam kurun tiga tahun terakhir.
“Apresiasi juga kami sampaikan kepada masyarakat, berkat segala kontribusi dan dukungan yang telah diberikan terhadap kinerja APBN dan Bea Cukai,” pungkas Encep.