Utang Luar Negeri Indonesia Naik Jadi Rp6.621 Triliun, Begini Kata BI
Rasio utang luar negeri Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang terjaga sebesar 31,0 persen.
Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada bulan Agustus 2024 tercatat sebesar USD425,1 miliar atau sekitar Rp6.621 triliun dengan kurs Rp15.579 per dolar Amerika Serikat. Nilai utang tersebut naik 7,3 persen secara tahunan.
Direktur Eksekutif Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso menilai kondisi tersebut masih terkendali. Dia menyebut, perkembangan utang luar negeri berasal dari sektor publik dan swasta.
Posisi utang luar negeri pada Agustus 2024 juga dipengaruhi oleh pelemahan nilai tukar dolar AS terhadap berbagai mata uang global, termasuk rupiah.
"Utang luar negeri pemerintah tetap terkendali," ujarnya dalam keterangan tertulis pada Senin (14/10).
Pada Agustus 2024, posisi utang luar negeri pemerintah mencapai USD 200,4 miliar, yang tumbuh 4,6 persen secara tahunan ( year on year, yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan 0,6 persen (yoy) pada Juli 2024.
Perkembangan ini terutama dipengaruhi oleh meningkatnya aliran modal asing ke Surat Berharga Negara (SBN) domestik, seiring dengan meningkatnya kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia.
Sebagai instrumen pembiayaan APBN, utang luar negeri terus diarahkan untuk mendukung pembiayaan sektor produktif dan belanja prioritas guna menjaga pertumbuhan ekonomi.
Pengelolaan utang luar negeri pemerintah dilakukan dengan hati-hati, kredibel, dan akuntabel, dengan alokasi pada sektor-sektor penting, seperti Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (20,9 persen dari total ULN pemerintah), Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib (18,9 persen), Jasa Pendidikan (16,8 persen), Konstruksi (13,6 persen), serta Jasa Keuangan dan Asuransi (9,3 persen).
"Posisi utang luar negeri pemerintah tetap terkendali karena hampir seluruh utang luar negeri memiliki tenor jangka panjang, mencapai 99,9 persen dari total ULN pemerintah," tambah Ramdan.
Utang luar negeri yang dimiliki oleh sektor swasta
Utang luar negeri swasta tetap terjaga dengan baik. Pada Agustus 2024, total utang luar negeri swasta tercatat sebesar USD197,8 miliar, mengalami pertumbuhan sebesar 1,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yang sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan 0,5 persen pada Juli 2024.
Pertumbuhan utang luar negeri ini terutama ditopang oleh utang perusahaan non-keuangan yang meningkat sebesar 1,6 persen dibandingkan tahun lalu.
Dari segi sektor ekonomi, utang luar negeri swasta terbesar berasal dari Sektor Industri Pengolahan, Jasa Keuangan dan Asuransi, Pengadaan Listrik dan Gas, serta Pertambangan dan Penggalian, yang bersama-sama menyumbang 79,3 persen dari total utang luar negeri swasta.
Selain itu, utang luar negeri swasta didominasi oleh utang jangka panjang, yang mencapai 75,5 persen dari keseluruhan utang luar negeri swasta.
Struktur utang masih sehat
Struktur utang luar negeri Indonesia tetap dalam kondisi yang sehat berkat penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.
Hal ini terlihat dari rasio utang luar negeri terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang terjaga pada angka 31,0 persen, dengan dominasi utang jangka panjang yang mencapai 84,3 persen dari total utang luar negeri.
Untuk menjaga kesehatan struktur utang luar negeri, Bank Indonesia dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam memantau perkembangan utang tersebut.
Selain itu, utang luar negeri akan terus dimanfaatkan secara optimal untuk mendukung pembiayaan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan, sambil meminimalkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian.